< Previous40 pada balok beton bertuIang biasa dan Iebih sering dijumpai pada balok beton prategangan. Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton bertulang tidak terlepas dari pengaruh serta tersusun sebagai kombinasi beberapa kejadian atau mekanisme sebagai berikut: a) Adanya perlawanan geser beton sebelum terjadi retak. b) Adanya gaya ikatan antar-agregat (pelimpahan geser antar-permukaan butir) ke arah tangensial di sepanjang retakan, yang serupa dengan gaya gesek akibat saling ikat antar agregat yang tidak teratur di sepanjang permukaan beton kasar. c) Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai perlawanan terhadap gaya transversal yang harus ditahan. d) Terjadinya perilaku pelengkung pada balok yang relatif tinggi, dimana segera setelah terjadi retak miring, beban dipikul oleh susunan reaksi gaya tekan yang membentuk busur melengkung dengan pengikatnya (tali busur) adalah gaya tarik di sepanjang tulangan memanjang yang ternyata memberikan cadangan kapasitas cukup tinggi, e) Adanya perlawanan penulangan geser yang berupa sengkang vertikal ataupun miring (untuk balok bertulangan geser). Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan geser yang sebenarnya terjadi di sepanjang bentang dan kedalaman penampang balok, meskipun studi dan penelitian telah dilakukan secara luas untuk kurun waktu cukup lama, mekanisme kerusakan geser yang tepat sebetulnya masih juga belum dikuasai sepenuhnya. Untuk menentukan seberapa besar tegangan geser tersebut, umumnya peraturan-peraturan yang ada memberikan rekomendasi untuk menggunakan pedoman perencanaan berdasarkan nilai tegangan geser rata-rata nominal sebagai benikut: dbVuvuw dimana : vu = tegangan geser rencana rata-rata nominal total (MPa) Vu = gaya geser rencana total karena beban luar (kN), , = faktor reduksi kuat bahan (untuk geser 0,60), Bw = lebar balok, untuk penampang persegi = b (cm), 41 d = tinggi efektif balok (cm). Seperti yang telah dikemukakan bahwa di tempat garis netral penampang, nilai tegangan geser sama dengan tegangan tarik diagonal. Maka untuk kepentingan pendek atan perencanaan, ditetapkan bahwa tegangan geser dapat dipakai sebagai alat ukur yang baik untuk mengukur tegangan tarik diagonal yang terjadi, meskipun sesungguhnya bukanlah tegangan tarik diagonal aktual. Walaupun teori umum perencanaan geser yang dipakai sebagai dasar peraturan dan persyaratan belum diubah, SK SNI T-15-1991-03 mmbenikan rokomendasi bahwa perencanaan geser dapat didasarkan pada gaya geser Vu, yang bekerja pada penampang balok. Hal demikian berbeda dengan peraturan-peraturan sebelumnya, PBI 1971 dan sebelumnya, yang mendasarkan pada tegangan geser. Sehingga tidak jarang terjadi penafsiran bahwa gaya geser, sama seperti halnya tegangan geser, secara umum dapat berlaku sebagal alat pengukur tarik diagonal yang timbul. 3) Tugas 3. Perencanaan Penulangan Geser Dasar pemikiran perencanaan penulangan geser atau penulangan geser badan balok adalah usaha menyediakan sejumlah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap retak tarik diagonal sedemikian rupa sehingga mampu mencegah bukaan retak lebih lanjut. Berdasarkan atas pemikiran tersebut dan juga dengan memperhatikan pola retak seperti tergambar pada Gambar di bawah, penulangan geser dapat dilakukan dalam beberapa cara, seperti: (1) sengkang vertikal, (2) jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial, (3) sengkang miring atau diagonal, (4) batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara membengkok batang tulangan pokok balok di tempat-tempat yang diperlukan, atau (5) tulangan spiral. Perencanaan geser untuk komponen-komponen struktur terlentur didasarkan pada anggapan bahwa beton menahan sebagian dan gaya geser, sedangkan kelebihannya atau kekuatan geser di atas kemampuan beton untuk menahannya dilimpahkan kepada tulangan baja geser. Cara yang umum dilaksanakan dan lebih sering dipakai untuk penulangan geser ialah dengan menggunakan sengkang, di mana selain pelaksanaannya 42 lebih mudah juga menjamin ketepatan pemasangannya. Penulangan dengan sengkang hanya memberikan andil terhadap sebagian pertahanan geser, karena formasi atau arah retak yang miring. Tetapi bagaimanapun, cara penulangan demikian terbukti mampu memberikan sumbangan untuk peningkatan kuat geser ultimit komponen struktur yang mengalami lenturan. Untuk komponen-komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja, persamaan (3.4-3) SK SNI T-15-1991-03 memberikan kapasitas kemampuan beton (tanpa penulangan geser) untuk menahan gaya geser adalah Vc, dbfcVcw'61 atau dengan menggunakan persamaan persamaan yang lebih terinci sebagal berikut, dbMudVufcVcww120'71 dimana Mu adalah momen terfaktor yang terjadi bersamaan dengan gaya geser terfaktor maksimum Vu, pada penampang kritis, sedangkan batas atas faktor pengali dan Vc adalah sebagai berikut: 0,1MudVu. Vc ≤ (0,30'fc) bw d. Dalam persamaan tersebut satuan fc’ daIam MPa, bw dan d dalam mm, dan satuan V, dalam kN, sedangkan untuk balok persegi bw sama dengan b. Kuat geser ideal beton dikenakan faktor reduksi kekuatan Ø = 0,60 sehingga menjadi kuat geser beton (SK SNI T-1 5-1991- 03 pasal 3.2.3). Sedangkan kuat geser rencana Vu, didapatkan dari hasil penerapan faktor beban, dimana nilai Vu lebih mudah ditentukan dengan menggunakan diagram gaya geser. Di dalam peraturan juga dinyatakan bahwa meskipun secara teoretis tidak perlu penulangan geser apabila Vu ≤ Ø Vc, akan tetapi peraturan mengharuskan untuk selalu menyediakan penulangan geser minimum pada semua bagian struktur beton yang mengalami lenturan (meskipun menurut perhitungan tidak memerlukannya), kecuali untuk: (1) plat dan fondasi plat, (2) struktur balok beton rusuk seperti yang ditentukan dalam SK SNI T-15-1991-03, pasal 3.1.11, (3) balok yang tinggi totalnya tidak lebih dari 250 mm, atau 2,5 kali tebal flens, atau 1,5 kali lebar badan balok, diambil mana yang terbesar, (4) tempat di mana nilai V,< 1/2 V. 43 Ketentuan penulangan geser minimum tersebut terutama untuk menjaga agar apabila timbul beban yang tak terduga pada komponen struktur yang mungkin akan mengakibatkan kerusakan (kegagalan) geser. Eksperimen dan penelitian menunjukkan bahwa kerusakan akibat geser pada komponen struktur beton bertulang terlentur selalu terjadi secara tiba-tiba tanpa diawali peringatan terlebih dahulu. Pada tempat dimana tidak diperlukan tulangan geser (plat dan plat fondasi) yang memiliki ketebalan cukup untuk menahan Vu, tulangan geser minimum tidak diperlukan. Sedangkan pada tempat dimana diperlukan tulangan geser minimum, jumlah luasnya ditentukan dengan persamaan (3.4-14) SK SNIT-15-1991-03 sebagai berikut: fysbAvw31 Av = luas penampang tulangan geser total dengan jarak spasi antar-tulangan s, untuk sengkang keliling tunggal Av = 2 As, dimana As adalah luas penampang batang tulangan sengkang (mm2). bw = lebar balok, untuk balok persegi = b (mm). s = jarak pusat ke pusat batang tulangan geser ke arah sejajar tulangan pokok memanjang (mm). fy = kuat leleh tulangan geser (MPa). Gambar 13. Penampang isometrik susunan sengkang Apabila gaya geser yang bekerja Vu lebih besar dari kapasitas geser beton Ø Vc maka diperlukan penulangan geser untuk memperkuatnya. Apabila gaya geser yang bekerja di sembarang tempat sepanjang bentang lebih besar dari ½ Ø Vc peraturan mengharuskan memasang paling tidak 44 tulangan geser minimum yang disyaratkan Pada SK SNI T1 5-1991-03 pasal 3.4.1 dinyatakan bahwa dasar perencanaan tulangan geser adalah: Vu ≤Ø Vn dimana Vn = Vc + Vs sehingga Vu ≤ Vc + Ø Vs dimana Vu, Ø, Vc, sudah ditentukan, Vn adalah kuat geser ideal atau nominal, dan Vs adalah kuat geser nominal yang dapat disediakan oleh tulangan geser. Untuk sengkang tegak (verikal), Vs dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.4-17) SK SNIT-15-1991-03: sdfyAvVs Persamaan-Persamaan tersebut di atas dapat diuraikan dengan menganggap bahwa sengkang menahan komponen vertikal dan gaya tarik diagonal yang bekerja di daerah ½ s kanan dan kiri dan sengkang yang bersangkutan. Sedangkan komponen horizontal dimasukkan dalam perencanaan tulangan pokok memanjang. Seperi telah disebutkan terdahulu, sebagal pembatas geser rencana (Vu) atau gaya geser yang telah dikalikan dengan faktor beban, sama dengan kuat geser beton ditambah kuat geser tulangan geser. Vu ≤ Ø (Vc + Vs) Gambar 14. Penentuan jarak spasi sengkang berdasarkan syarat kekuatan Dengan menggunakan konsep tegangan geser SK SNI T-15-1991-03 dan memberikan beberapa substitusi, maka didapatkan: 45 Tegangan geser = dbVsVcdbVuww dan persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Tegangan geser = dbVsdbVcww suku pertama dbVcw adalah kapasitas tegangan geser beton, sedangkan suku kedua sebagai kelebihan tegangan geser di atas kapasitas beton yang harus didukung oleh tulangan baja geser pada balok. Luas daerah tempat bekerjanya tegangan yang harus ditahan, oleh tulangan geser adalah 1,414 s bw sehingga seperti tampak pada Gambar 14 gaya tarik diagonal adalah: dwbVsbws414,1 komponen vertikal gaya tank diagonal: dsVsbVsbwsdbVsbwsdww414,1707,0 Av, fy adalah kapasitas tarik ultimit sengkang , karena ke arah vertikal harus terjadi keseimbangan, maka: dsVsfyAv sehingga sdfyAvVs Dengan cara yang sama, untuk tulangan sengkang miring sesuai dengan persamaan (3.4-18) SK SNI T-15-1991-03: sdCosSinfyAvVs dimana s adalah jarak spasi pusat ke pusat antar-sengkang arah horizontal sejajar tulangan pokok memanjang. Adalah Iebih praktis apabila persamaan-persamaan (3.4-17) dan (3.4-18) SK SNI T1 5-1991 -03 disusun ulang untuk mengungkapkan jarak spasi sengkang, karena pada umumnya ukuran batang tulangan sengkang, kekuatan bahan, dan tinggi efektif telah tertentu. Maka perencanaannya adalah menentukan jarak spasi tulangan sengkang dengar menggunakan persamaan sebagal berikut: Untuk sengkang vertikal VsdfyAvperlus 46 Untuk sengkang miring VsdfyAvperlus414.1 Harap dicatat bahwa kedua persamaan tersebut digunakan untuk menghitung jarak maksimum antar-sengkang didasarkan pada kuat bahan yang diperlukan. Kuat tulangan geser nominal yang diperlukan Vs dapat ditentukan dari diagram gaya geser terfaktor Vu dan persamaan SK SNI T-15-1991-03 (3.4-1) serta (3.4-2): Vu ≤ Ø Vc + Ø Vs selanjutnya didapat: VcVuVcVuperluVs Apabila penampang komponen struktur terlentur juga menahan momen torsi (puntiran) dimana momen torsi tertaktor Tu melebihi nilal yxfc2'241 (maka kuat geser Vc adalah: dbwVuTuCtfcVc250,21'61 dan apabila pada komponen tersebut kuat geser terfaktor Vu > ½ Ø Vc, sehingga mernerlukan dipasang tulangan geser minimum, maka luas sengkang tertutup minimum harus dihitung dari persamaan berikut: fysbwAtAv312 dimana At adalah luas satu kaki sengkang tertutup pada daerah sejarak s untuk menahan torsi, mm2. Dengan demikian prosedur umum perencanaan tulangan sengkang adalah: a) Hitung nilai geser bordasarkan diagram geser Vu, untuk bentang bersih, b) Tentukan apakah dibutuhkan tulangan sengkang atau tidak, apabila diperlukan sengkang gambarkan diagram Vs c) Tentukan bagian dan bentangan yang memerlukan tulangan sengkang. d) Pilih ukuran diameter batang tulangan sengkang (gunakan sengkang vertikal). Ikutilah petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan anggapan-anggapan yang berlaku dan analisis yang harus dilakukan. 47 e) Tentukan jarak spasi sengkang maksimum sesuai syarat SK SNI T-1 5-1991-03. f) Hitung kebutuhan jarak spasi sengkang berdasarkan kekuatan yang mampu disumbangkan oleh penulangan sengkang. g) Tentukan pola dan tata letak sengkang secara keseluruhan dan buatlah gambar sketsanya. Beberapa petunjuk ketentuan penulangan sengkang a) Bahan-bahan dan tegangan maksimum Untuk mencegah terjadinya lebar retak berlebihan pada balok akibat gaya tarik diagonal, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 2 memberikan ketentuan bahwá kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh melampaui 400 MPa. Sedangkan nilai Vs tidak boleh melebihi (2/3 'fc bw d) terlepas dan berapa jumlah luas total penulangan geser (pasal 3.4.5 ayat 6.8). b) Ukuran batang tulangan untuk sengkang Umumnya digunakan batang tulangan D10 untuk sengkang. Pada kondisi dimana bentang dan beban sedemikian rupa sehingga mengakibatkan timbulnya gaya geser yang relatif besar, ada kemungkinan harus menggunakan batang tulangan D12. Penggunaan batang tulangan Dl2 untuk tulangan sengkang merupakan hal yang jarang dilakukan. Untuk balok ukuran besar kadang-kadang digunakan sengkang rangkap dengan perhitungan kemungkinan terjadinya retak diagonal yang menyilang empat atau lebih batang tulangan sengkang vertikal. Apabila digunakan sengkang tertutup tunggal, luas yang disediakan oleh setiap sengkang untuk menahan geser Av adalah dua kali luas penampang batang tulangan yang digunakan, karena setiap sengkang menyilang retak diagonal pada dua tempat, sehingga misalnya untuk batang tulangan D10: Av = 157 mm2, sedangkan untuk D12: Av = 226 mm2. Apabila mungkin jangan menggunakan diameter batang tulangan sengkang yang berlainan atau bermacam, gunakan ukuran batang tulangan sama untuk seluruh seongkang kecuah tiada pilihan lain. Pada umumnya yang diatur bervariasi adalah jarak spasi sengkang sedangkan ukuran batang tulangannya diusahakan tetap. 48 c) Jarak antara sengkang (spasi) Jarak spasi dan pusat ke pusat antar-sengkang tidak boleh lebih dan ½ d atau 600 mm, mana yang lebih kecil (SK SNI T-1 5-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.1). Apabila Vs melebihi nilai (1/3 'fc bw d) jarak spasi sengkang tidak boleh lebih dan ¼ d atau 300 mm, mana yang lebih kecil (pasal 3.4.5 ayat 4.3). Pada umumnya akan lebih praktis dan ekonomis untuk menghitung jarak sengkang perlu pada beberapa tempat (penampang) untuk kemudian penempatan songkang diatur sesuai dengan kelompok jarak. Sehingga jarak spasi antar-sengkang sama untuk suatu kelompok jarak dan peningkatan jarak antara satu kelompok dengan Iainnya tidak lebih dan 20 mm. Peraturan menetapkan bahwa jika reaksi tumpuan berupa gaya tekan vertikal di daerah ujung komponen (misalnya suatu balok), maka geser maksimum diperhitungkan akan terjadi pada penampang benjarak d dan tumpuan kecuali untuk brackets, konsol pendek, atau kondisi khusus yang semacam. Penampang di tempat berjarak dari tumpuan disebut sebagai penampang kritis, dan perencanaan sengkang penampang-penampang yang berada daf am jarak d dan tumpuan menggunakan nilal geser sama yaitu Vu. Dengan kata lain, spasi sejak dan tumpuan sampal ke penampang kritis bernilai tetap dan dihitung berdasarkan kebutuhan sengkang di penampang kritis. Sengkang yang paling tepi dipasang pada jarak ±1/2 s dan tumpuan, dimana s adalah spasi sengkang yang diperlukan di daerah tersebut dengan maksud untuk mempertimbangkan keserasian pemasangan keseluruhan bentang. Pengaturan spasi sengkang merupakan fungsi diagram Vs. Dalam praktik pelaksanaan, pola perencanaan sengkang sepenuhnya tergantung pada pilihan perencana yang dalam hal mi dibatasi oleh pertimbangan segi kebutuhan kekuatan dan ekonomi biaya. Tersedia banyak kemungkinan untuk pengembangan pola tersebut. Pada umumnya nilai gaya geser akan berangsur berkurang sejak dan tempat tumpuan sampai di tengah bentang dan dengan demikian spasi jarak sengkang-pun berangsur ditambah sejak dan penampang kritis sampai mencapai nilai janak spasi maksimum yang 49 diperkenankan oleh peraturan. Pekerjaan mi memerlukan ketekunan karena merupakan pekerjaan detail dalam kaitannya dengan operasi penempatan tulangan sengkang sedemikian hingga diperoleh penggunaan baja yang seekonomis mungkin. Untuk balok dengan beban meraata pada umumnya digunakan tidak lebih dan dua atau tiga macam spasi sengkang. Sedangkan untuk balok bentangan panjang atau pembebanan terpusat yang kompleks tentunya akan membutuhkan lebih banyak perhitungan dalam perencanaan polanya. Pada umumnya jarak spasi sengkang diambil tidak kurang dari 100 mm. Contoh Perhitungan Balok beton bertulang persegi dengan perletakan sederhana, panjang bentangan bersih 10 m, lebar b = 300 mm, tinggi etektif d = 610 mm, menahan beban rencana total (tarmasuk berat sendiri) w = 46 kN/m, fc’ = 20 MPa, fy = 240 MPa, rencanakan penulangan gesernya. Gambar 15. Sketsa Contoh Penyelesaian Gambar diagram gaya geser Vu (lihat Gambar di atas). Vu maks = ½ Wu l = ½ (46) (10) = 230 kN. Gambar diagram gaya Vs perlu (lihat Gambar di atas). VcVuVsperlu kNdbfcVcw4,136106103002061'613 Next >