< Previous 85 B . X = Q . Y Q = YX . B Kalau G adalah tenaga yang timbul karena adanya perputaran puli S1 dan penahan m, K1 adalah usaha yang timbul karena adanya gaya Q dan K2 adalah usaha yang disebabkan gaya P pada S2 maka : G = u . Q G . S1 = K1 . b K1 = bSG1. atau K1 = bSQu1.. K1 . a = K2 . S2 K2 = K1 2Sa atau K2 = u . ba . 21SS . Q Atau P = u . ba . 21SS . B Kalau berat penahan lap = R, maka tekanan pada salah satu ujung dari batang penggulung = P + R. Karena tekanan pada batang penggulung terdapat pada kedua belah ujungnya, maka jumlah tekanannya menjadi 2(P + R). Kalau berat batang penggulung lap itu sendiri juga perlu diperhitungkan dan misalnya = L, maka dengan demikian jumlah tekanan batang penggulung lap pada kapas (F) = 2 (P + R) + L. Tekanan pada kapas seberat F ini dilakukan sepanjang batang penggulung lap, sehingga tekanan kapas/cm = F/panjang batang penggulung lap dalam cm. Contoh : Bila diketahui berat batang penggulung = 20 kg. Berat sebuah penahan lap = 15 kg. Berat pemberat B = 15 kg. Coefisien gesekan u = 0,25. Roda gigi a = 120 gigi dan b = 40 gigi. diameter brake pulley S1 = 45 cm dan diameter S2 = 9 cm Jarak titik putar T ke pemberat B = 54 cm Jarak titik putar T ke titik gesekan Q = 6 cm Maka : P = u . ba . yx . 21SS . B = 0,25 . 40120 . 654 . 945 . 15 = 506,25 kg F = 2(P + R) + L = 2 . (506,25 + 15) + 20 = 1062,5 kg Bila panjang batang penggulung = 90 cm, maka tekanan batang 86 penggulung per cm kapas = 905,1062 = 11,8 kg atau tekanan per inch kapas = 11,8 x 2,54 = 29,97 kg. Gesekan-gesekan yang terdapat antara roda-roda gigi dan sebagainya adalah merupakan tenaga penahan, yang berarti menambah tekanan P. Misalkan efisiensi kerja dari hubungan roda-roda gigi dan puli ini = 90%, maka besarnya F = 2 10090 . 506,25 +15) + 20 = 961,25 kg. Tekanan per cm kapas = 9025,961 = 10,7 kg atau tekanan per inch kapas = 10,7 . 2,54 = 27,2 kg. Tekanan batang penggulung lap pada rol penggulung lap. Semenjak lap itu digulung pada batang penggulung dan ditahan oleh dua penahan lap, maka tekanan besi penggulung F akan terbagi dua, dengan tekanan yang sama besar pada tiap-tiap rol penggulung lap. Apabila tekanan batang penggulung F tetap, maka tekanan pada rol penggulung akan berubah-ubah sebanding dengan membesarnya gulungan lap. Pada gambar 5.41a menunjukkan gulungan lap masih kecil dan pada gambar 5.41b menunjukkan gulungan lapnya yang sudah besar. Gambar 5.41 Tekanan Batang Penggulung Pada Rol Penggulung Lap F = tekanan dari batang penggulung f1 ; f2 = tekanan pada rol penggulung lap pada waktu gulungan lap kecil F1 ; F2= tekanan pada rol penggulung lap pada waktu gulungan lap besar 87 F untuk kedua-duanya adalah sama. Gulungan lap makin besar berarti bahwa sudut E makin kecil atau sudut D makin besar. Pada gambar 5.41a, tekanan F juga terbagi dua sama besar yaitu f1 dan f2, dan pada gambar 5.30b tekanan F juga terbagi dua sama besar yaitu F1 ; F2. Sin 21D = 2F : f1 f1 = D21sin.2F Dari gambar 5.41 terlihat bahwa makin besar gulungan lap, sudut D makin besar pula. Kalau D makin besar, berarti harga sin 21 D makin besar pula sehingga harga f1 makin kecil. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa makin besar gulungan lap makin kecil tekanan pada rol penggulung lapnya, begitu juga keadaan sebaliknya. 5.12.9 Pengujian Mutu Hasil Gulungan lap hasil mesin Blowing perlu diuji mutunya yang terdiri dari uji : Nomor, Kerataan dan % Limbah. 5.12.9.1 Penimbangan Berat Lap Pengetesan berat tiap gulung lap, dilakukan dengan menimbang lap-lap yang dihasilkan dan bila ternyata menyimpang dari standard, lap dikembalikan kepada Feeder. Tes ini dilakukan pada setiap hasil doffing ditimbang dan dicatat dalam tabel. Biasanya setiap gulungna lap diberi toleransi ± 150 gram untuk batas atas dan batas bawah. 5.12.9.2 Pengujian Nomor Lap Pengetesan ini dilakukan pada setiap gulungan untuk dicari Nomornya dari hasil perbandingan panjang pemberat. Biasanya panjang gulungan lap untuk setiap kali doffing telah ditetapkan panjangnya. 5.12.9.3 Pengujian Kerataan Lap Pengetesan ini dilakukan untuk mengetahui kerataan lap caranya dengan memotong-motong 1 gulung lap menjadi potongan-potongan 1 yard dan menimbangnya. Dari angka-angka berat per yard dapat diketahui rata atau tidaknya lap yang dihasilkan. Tes ini dilakukan 1 lap setiap hari. 88 5.12.9.4 Pengujian Persen Limbah Pengetesan ini untuk mengontrol besarnya limbah yang terjadi pada mesin Blowing. Tes ini dilakukan pada setiap ada pergantian bahan-bahan. 5.12.10 Perhitungan Regangan 5.12.10.1 Susunan Roda Gigi Mesin Scutcher Pada susunan mesin Blowing, perhitungan-perhitungan yang dilakukan terutama pada mesin Scutcher karena mesin ini menghasilkan lap yang merupakan akhir dari susunan mesin Blowing. x Gerakan-gerakan yang terdapat pada Mesin Scutcher Sebagai contoh diambil mesin Scutcher type Sacco Lowell seperti terlihat pada gambar 5.42. Susunan Roda Gigi (Gambar 5.42) gerakannya berasal dari motor listrik yang mempunyai kekuatan ± 7 PK dengan putaran antara 1200 – 1400 putaran per menit. Gerakan ini diteruskan dengan perantaraan puli-puli dan roda-roda gigi ke bagian-bagian mesin yang lain. Pergerakan-pergerakan yang ada hubungannya dengan perhitungan-perhitungan pada mesin Scutcher antara lain adalah : - Pergerakan rol penyuap - Pergerakan rol penggulung lap (lap-roll) - Pergerakan rol penggilas (calender-roll) Mesin Scutcher tidak semuanya mempunyai satu sumber gerakan yang menggerakkan ketiga pergerakan diatas. Ada pula yang mempunyai dua sumber gerakan. Sumber gerakan yang pertama menggerakkan rol-rol penggilas dan rol-rol lap, sedang sumber gerakan yang kedua menggerakkan rol penyuap berikut lattice penyuapnya. x Pergerakan Rol Renyuap Gerakan dimulai dari motor yang mempunyai puli sebagai sumber gerakan. Puli A dihubungan dengan puli B dengan perantaraan belt. Satu poros dengan puli B terdapat puli C yang menggerakkan puli D dengan perantaraan V – blet. Pada poros D terdapat cone-drum CB sebagai pemutar dan cone-drum ini. 89 Gambar 5.42 Susunan Roda Gigi Mesin Scutcher dengan Satu Sumber Gerakan 90 Keterangan : puli A = Ø 5 inch puli B = Ø 15 inch puli C = Ø 6 inch puli D = Ø 8 inch puli E = Ø 10 inch puli F = Ø 24 inch Roda gigi R1 = 78 inch Roda gigi R2 = 20 inch Roda gigi R3 = 55 inch Roda gigi R4 = 14 inch Roda gigi R5 = 88 inch Roda gigi R6 = 33 inch Roda gigi R7 = 31 inch Roda gigi R8 = 47 inch Roda gigi R9 = 19 inch Roda gigi R10 = 20 inch Roda gigi R11 = 91 inch Roda gigi R12 = 16 inch Roda gigi R13 = 14 inch Roda gigi R14 = 29 inch Roda gigi R15 = 9 inch Roda gigi R16 = 68 inch Roda gigi R17 = 180 inch dihubungkan dengan cone-drum CA yang diputarkan dengan perantaraan cone belt. Cone belt ini dapat bergeser. Satu poros dengan cone-drum CA terdapat roda gigi R2 yang berhubungan dengan roda gigi R3. Pada roda gigi R3 dipasang pula rol penyuap. Secara singkat gerakan rol penyuap terjadi sebagai berikut : Puli A (motor); Puli B; Puli C; Puli D; Cone-drum CB. Cone-drum CA. Roda gigi cacing RC; Roda gigi cacing R1; Roda gigi R2; Roda gigi R3; dan akhirnya rol penyuap berputar. x Pergerakan Rol Penggulung Lap (Lap Roll) Puli motor A menggerakkan puli B. Poros puli B merupakan poros beater dari mesin Scutcher. Pada bagian lain dari poros ini terdapat puli E yang berhubungan dengan puli F dengan perantaraan belt. Puli F terdiri dari kopling yang dapat memisahkan gerakan antara keduanya. Apabila kopling tidak bekerja maka puli F berputar tanpa memutarkan porosnya. Sebaliknya, bila kopling bekerja, maka poros puli ikut berputar. Pada poros F terdapat roda gigi R4 yang berhubungan dengan roda gigi R5. Satu poros dengan R5, terdapat roda gigi R6 yang berhubungan dengan roda gigi R8 dengan perantaraan roda gigi perantara R7. 91 Seporos degan R8 terdapat rol penggulung lap. Secara singkat, pergerakan rol penggulung lap terjadi sebagai berikut : Puli A (motor); Puli B; Puli E; Puli F; Roda gigi R4; Roda gigi R5; Roda gigi R6; Roda gigi R7; Roda gigi R8; dan akhirnya lap roll. x Pergerakan Rol Penggilas (Calender-Roll) Puli motor A berhubungan dengan puli B. Seporos dengan puli B terdapat puli E yang berhubungan dengan puli F yang dilengkapi kopling pada porosnya. Pada poros puli F terdapat roda gigi R4 yang berhubungan dengan roda gigi R5. Satu poros dengan R5 terdapat roda gigi R10 yang berhubungan dengan roda gigi R11. Pada poros R11 terdapat rol penggilas yang saling berhubungan dengan rol penggilas lainnya dengan perantaraan roda-roda gigi. Dari rol penggilas, dapat pula diikuti pergerakan screen (silinder saringan). Salah satu poros rol penggilas pada bagian lain terdapat roda gigi R12 yang berhubungan dengan roda gigi R14 dengan perantaraan roda gigi R13. Seporos dengan roda gigi R14 terdapat roda gigi R16 yang berhubungan dengan roda gigi R17. Satu poros dengan R17 terdapat screen (silinder saringan) yang berhubungan dengan screen yang lain dengan perantaraan roda gigi. Secara singkat pergerakan rol-rol penggilas dapat diikuti sebagai berikut : Puli motor A. Puli B; Puli E; Puli F; Roda gigi R4; Roda gigi R5; Roda gigi R10; Roda gigi R11; Rol penggilas; Roda gigi R12; Roda gigi R13; Roda gigi R14; Roda gigi R16; Roda gigi R17; dan akhirnya silinder saringan (screen). 5.12.10.2 Sistem Hidrolik pada mesin Blowing Sistem hidrolik pada mesin Blowing digunakan pada unit mesin Scutcher, yaitu pada pengaturan tekanan terhadap lap oleh calender roll maupun pengaturan tekanan terhadap lap arbour untuk mengatur kekerasan gulungan lap. Kerja kopling pada mesin ini juga diatur dengan menggunakan tekanan udara. 92 5.12.10.3 Perhitungan Regangan Regangan dapat dihitung berdasarkan gambar susunan roda gigi mesin Scutcher. Dengan membandingkan antara kecepatan keliling rol pengeluaran dan kecepatan keliling rol pemasukan, didapat suatu angka yang disebut Regangan Mekanik. (RM) atau Mechanical Draft (MD). Pada mesin Scutcher, yang dimaksud dengan rol pengeluaran disini adalah rol penggulung lap (lap-roll), sedang yang dimaksud dengan rol pemasukan ialah rol penyuap (feed-roll). Regangan dapat pula dihitung berdasarkan perbandingan berat bahan yang masuk per satuan panjang tertentu dengan berat bahan yang keluar per satuan waktu yang sama. Dalam hal ini satuan berat maupun satuan panjang bahan yang keluar dan bahan yang masuk harus sama. Atau berdasarkan nomor bahan yang keluar dan nomor bahan yang masuk. Regangan dengan cara ini disebut Regangan Nyata (RN) atau Actual Draft (AD). x Tetapan Regangan (TR) atau Draft Constant (DC) Susunan roda-roda gigi pada mesin Scutcher, umumnya tidak berubah, baik letak maupun jumlah giginya. Hanya beberapa roda gigi yang dapat diganti-ganti. Untuk regangan, ada satu roda gigi pengganti, sehingga dapat mengubah besarnya Regangan Mekanik. Apabila roda gigi pengganti Regangan ini dimisalkan sama dengan satu, maka akan didapatkan suatu angka yang disebut Tetapan Regangan (TR) atau Draft Constant (DC). Menurut susunan roda gigi (gambar 5.31) maka Regangan Mekanik dapat dihitung sebagai berikut : Kecepatan permukaan rol penggulung lap = RPM lap-roll x S x diameter rol penggulung lap. Kecepatan permukaan rol penyuap = RPM rol penyuap x S x diameter rol penyuap. Dimisalkan bahwa rol penyuap berputar satu kali, maka kecepatan permukaan rol penyuap = 1 x S x diameter rol penyuap. Melalui gambar susunan roda gigi di atas dapat dihitung putaran rol penggulung lap, bila RM = penyuaprolpermukaankecepatanlappenggulungrolpermukaankecepatan 93 rol penyuap berputar satu putaran yaitu : 1 x 23RR x CRR1 x baCC x CD x FE x 54RR x 76RR x 87RR Maka : 1 x23RRxCRR1xbaCCxCDx FEx54RRx86RRxS diameter rol penggulung lap RM = 1 x S x diameter rol penyuap Dengan memasukkan harga pada gambar 5.42 didapat : RM = 319473388142410681137855xxxxxxxxxxRPRSS = RPR22,266 Bila dimisalkan besarnya RPR = 1, maka : RM = 122,266 = 266,22 Angka RM dengan RPR = 1 tersebut, sehingga angkanya disebut Tetapan Regangan (TR). Jadi TR = 266,22. Regangan Mekanik (RM) atau Mechanical Draft (MD) Kalau rol penggulung lap berputar satu kali, maka rol penyuap akan berputar : = 1 · 3347 · 1488 · 1024 · 86 · 11 · 783 · 552R · Putaran Dengan demikian maka : RM = penyuaprolpermukaankecepatanlappenggulungrolpermukaankecepatan 94 RM = penyuaproldiameterRlappenggulungroldiameterSS5578311861024148833471..12 RM = 33162488471955781810143312SSR Kalau besarnya Regangan Mekanik (RM) akan diubah karena ada perubahan nomor benang yang akan dibuat, biasanya roda gigi yang diubah adalah roda gigi R2 yaitu yang biasanya disebut Roda Gigi Pengganti Regangan (RPR) atau Draft Change Wheel (DCW). Jadi kalau Roda Gigi R2 diganti dengan RPR, maka : RM = 3316248847195578181014331SSRPR = 331624884795578181014331SSRPR = RPR1 . 266,22 = RPR22,266 · Angka 266,22 merupakan Tetapan Regangan (TR) RM = RPRTR atau MD = DCWDC Persamaan di atas dapat pula ditulis sebagai berikut : RPR = RMTR atau DCW = MDDC Kalau RPR = 20, maka besarnya : RM = RPRTR = 2022,266 = 13,331 Kalau RPR = 25, maka besarnya : RM = RPRTR = 2522,266 = 10,50 Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa RPR sebagai Next >