< Previous 155 Gambar 5.95 Susunan Roda Gigi Mesin Drawing 156 Keterangan : A = puli Ø 112 mm B = puli Ø 340 mm Roda gigi R1 = 58 gigi Roda gigi R2 = 30 gigi Roda gigi R3 = 47 gigi Roda gigi R4 = 20 gigi Roda gigi R5 = 43 gigi Roda gigi R6 = 25 gigi Roda gigi R7 = 50 gigi Roda gigi R8 = 20 gigi Roda gigi R9 = 49 gigi Roda gigi R10 = 40 gigi Roda gigi R11 = 20 gigi Roda gigi R12 = 50 gigi Roda gigi R13 = 40-60 (RPR)gigi Roda gigi R14 = 120 gigi Roda gigi R15 = 30 gigi Roda gigi R16 = 27 gigi Roda gigi R17 = 70 gigi Roda gigi R18 = 53 gigi Roda gigi R19= 25 gigi Roda gigi R20= 25 gigi Roda gigi R21= 35 gigi Roda gigi R22= 38 gigi Roda gigi R23= 24 gigi Secara singkat, gerakan dari sumber gerakan ke rol penyuap dapat diikuti sebagai berikut : Puli motor A puli B, roda gigi R14; roda gigi R13; roda gigi R12; roda gigi R6; roda gigi R5; roda gigi R5; roda gigi R3; roda gigi R2; roda gigi R1; rol penyuap. 5.14.5.2 Putaran Rol-rol Peregang Puli motor A berhubungan dengan puli B. Satu poros dengan B terdapat roda gigi R15, R16 dan rol peregang IV yang merupakan rol depan dari rol-rol peregang. Roda gigi R15 berhubungan dengan roda gigi R14. Seporos dengan roda gigi R14 terdapat roda gigi R13 yang berhubungan dengan roda gigi R12. Satu poros dengan R12 terdapat R9, R6 dan rol peregang I yang merupakan rol peregang belakang dari rol-rol peregang. Roda gigi R6, berhubungan dengan roda gigi R8 melalui roda gigi perantara R7. Pada poros R8 terdapat rol peregang II. Roda gigi R9 berhubungan dengan roda gigi R11 melalui roda gigi perantara R10. Pada poros R11 terdapat rol peregang III. Secara singkat, hubungan dari sumber gerakan ke rol-rol peregangan dapat diikuti sebagai berikut : Puli A; Puli B; rol peregang IV (rol depan). Roda gigi R15; roda 157 gigi R14; roda gigi R13; roda gigi R12 rol peregang I. Roda gigi R6; roda gigi R7; roda gigi R8; rol peregang II. Roda gigi R9; roda gigi R10; roda gigi R11; rol peregang III. 5.14.5.3 Putaran Rol Penggilas (Calender) Puli motor A berhubungan dengan puli B satu poros dengan B terdapat roda gigi R16 yang berhubungan dengan roda gigi R18 terdapat rol penggilas I yang berhubungan dengan rol penggilas II melalui roda gigi R19 dan R20. Secara singkat, hubungan sumber gerakan ke rol penggilas dapat diikuti sebagai berikut : Puli A; puli B; roda gigi R17, roda gigi R18; rol penggilas. 5.14.5.4 Tetapan Regangan Seperti pada mesin-mesin sebelum mesin Drawing, maka tetapan regangan dapat dihitung dari perhitungan regangan mekanik dengan memisalkan roda gigi Pengganti Regangan = 1. RM = penyuaprolpermukaanKecepatanpenggilasrolpermukaanKecepatan Dimisalkan rol penyuap berputar 1 kali, maka rol penggilas akan berputar. = 1 · 21RR · 32RR · 54RR · 65RR · 1312RR · 1514RR· 2716RR · 1817RR = 1 · 3058 · 4730 · 4320 · 2543 · RPR50 · 30120· 7027 · 5370 putaran RM = 30··53·70·30·RPR · 25·43·47·3075· · 70 ·27·120·50·43·20·30·58·1SS = RPR56,271 Tetapan regangan = 271,56 5.14.5.5 Regangan Mekanik Regangan mekanik dapat dihitung dengan membandingkan kecepatan permukaan rol penggilas dengan kecepatan permukaan dari rol penyuap. Hasil perhitungan disini adalah 158 merupakan regangan jumlah dari mesin Drawing. Menurut perhitungan di atas, didapat : RM = RPR56,271 Bila RPR yang digunakan, mempunyai gigi sebanyak 45, maka : RM = 4556,271 = 6,034 Regangan jumlah dapat pula dihitung dari hasil perkalian dari regangan masing-masing bagian dari daerah Regangan. a) Regangan antara rol penyuap dan rol I. RM =penyuaprolpermkKecIrolpermkKec.. = 30··130··2520·4758·1 = 0,987 b) Regangan antara rol I dan rol II RM = IrolpermkKecIIrolpermkKec.. = 25,130.3,14.130.3,14.2025.1 c) Regangan antara rol II dan rol III RM = IIrolpermkKecIIIrolpermkKec.. =63,130.3,14.125.3,14 .2049.2520.1 d) Regangan antara rol III dan rol IV RM = IIIrolpermkKecIVrolpermkKec.. = 25.3,14.130.3,14 . 30120 . 4550.4920.1 = 2,18 e) Regangan antara rol IV dan rol penggilas RM = IVrolpermkKecpenggilasrolpermkKec.. = 27,130.3,14.175.3,14 .5327.1 Regangan jumlah antara rol penyuap dan rol penggilas = 0,987 x 1,25 x 1,63 x 2,18 x 1,27 = 5,57 159 5.14.5.6 Regangan Nyata Regangan nyata dapat dihitung dengan membandingkan berat bahan masuk persatuan panjang tertentu dan berat bahan keluar persatuan panjang tertentu. Atau dapat pula membandingkan antara nomor bahan keluar dengan nomor bahan masuk untuk sistem nomor Ne1. Misalkan mesin Drawing mengolah sliver Carding yang mempunyai Ne1 0,149 dan disuapkan dengan 6 rangkapan. Sedangkan hasilnya berupa sliver yang mempunyai nomor Ne1 0,145. Maka regangan nyata dapat dihitung sebagai berikut : RN = masukNomor keluar NoRangkpn.· = 145,0149,06x = 6,16 Bila limbah yang dihasilkan selama proses pada mesin Drawing adalah sebesar 2%, maka : RM = 100)2100( · RN = 10098 · 6,16 = 6,037 5.14.6 Perhitungan Produksi Produksi mesin Drawing, pada umumnya dinyatakan dalam satuan berat per satuan waktu tertentu. 5.14.6.1 Produksi Teoritis Berdasarkan gambar susunan roda gigi mesin Drawing (gambar 5.95) kecepatan permukaan dari rol penggilas terlebih dahulu. Kecepatan permukaan rol penggilas RPM motor · BA · 1716RR · 1817RR · 722 · 75 mm/menit Bila mesin Drawing menghasilkan sliver dengan nomor Ne1 0,135 dan mesin ini mempunyai 5 delivery, efisiensi mesin = 90%, maka produksi/jam/5 delivery : = 0,9 · 990 · 340112 · 5327 · 722 · 75 · 5 · 60 mm = 1000 ·7 · 53 ·34060 · 5 · 75 · 22 · 27 · 112 ·990 ·9,0 Nm = 1,693 · 0,135 = 0,229 160 Produksi/Jam/5 delivery = 1000 · 0,229 ·1000 ·7 · 53 ·34060·5 · 75 · 22 · 27 · 112 ·990 ·9,0 kg = 46,17 kg Produksi/Jam/del = 517,46 = 9,23 kg 5.14.6.2 Produksi Nyata Produksi nyata mesin Drawing dapat dilihat dari hasil pencatat panjang sliver (hank-meter) pada mesin tersebut. Hasil pencatatan ini biasanya dikumpulkan untuk suatu periode tertentu misalnya satu minggu. Misalnya dalam satu minggu tercatat dari hasil pengumpulan data-data, menunjukkan = 330,6 hank/delivery. Menurut jadwal produksi untuk minggu ini, mesin harus berjalan selama = 155,5 jam. Jumlah mesin berhenti = 21,75 jam. Jumlah jam mesin berjalan efektif = 133,75 jam. Produksi yang dicapai selama satu minggu/delivery = 330,6 hank. Nomor sliver = Nm 0,229 Produksi/minggu/delivery = 229,07686,330x x 10001 kg = 1.108,74 kg Jadi produksi nyata rata-rata = per jam/del = 75,13374,108.1 = 8,29 kg 5.14.6.3 Efisiensi Perhitungan efisiensi mesin Drawing dapat dilakukan dengan membandingkan produksi teoritis dan produksi nyata yang dinyatakan dalam proses. Menurut perhitungan di atas produksi teoritis/jam/delivey = 9,23 kg. Sedangkan produksi nyata rata-rata per jam = 8,29 kg maka efesiensi mesin Drawing 23,929,8 x 100% = 90% 5.14.7 Penggantian Roda Gigi Roda gigi yang terdapat pada mesin Drawing, tidak semuanya mengalami penggantian atau perubahan jumlah gigi. Bila akan dibuat perubahan macam-macam produksi dalam pembuatan benang, roda gigi yang mengalami perubahan adalah : 5.14.7.1 Roda Gigi Pengganti Regangan Bila akan diadakan perubahan nilai regangan pada mesin 161 Drawing, maka diadakan penggantian roda gigi. Roda gigi ini adalah Roda gigi Pengganti Regangan (RPP). Pada perhitungan di muka, didapat : RM = RPR56,271 RPR = RM56,271 Misalnya mesin Drawing diperlukan untuk memproses sliver yang memerlukan regangan = 5,73. Maka RPR yang diperlukan adalah yang mempunyai jumlah gigi : 73,556,271 = 47,2 Karena jumlah gigi tidak ada pecahan, maka dibulatkan menjadi 48. 5.14.7.2 Roda Gigi Pengganti Produksi (RPP) Pada mesin Drawing, bila akan mengubah jumlah Produksi, diadakan penggantian diameter puli produksi. Puli ini disebut puli pengganti produksi (PPP), sedangkan untuk memperbesar produksi, maka putaran rol penggilas harus diperbesar pula. Menurut gambar 5.95 susunan gigi mesin Drawing, RPM rol penggilas = RPMmotor = BA · 1716RR · 1817RR RPMmotor = BA · 1816RR Dalam hal ini, RPM motor, Puli A, R16 dan R18 adalah tetap. Maka bila B diperkecil, akan didapat RPM rol penggilas menjadi besar, yang berarti produksi akan menjadi besar pula. Sebaliknya bila puli B diperbesar, maka RPM rol penggilas akan menjadi kecil dan produksi akan kecil pula. 5.15 Persiapan Combing Tujuan dari proses persiapan combing adalah untuk meluruskan serat, memperbaiki kerataan berat persatuan panjang dan dan mengubah sliver carding menjadi lap kecil yang sesuai untuk penyuapan mesin combing. Pada mesin-mesin persiapan combing model lama, beberapa sliver carding disuapkan berjajar satu sama lain pada mesin sliver lap dan hasilnya berupa lap kecil yang digulung pada bobin. Beberapa lap kecil tersebut kemudian disuapkan ke mesin ribbon lap dan hasilnya berupa lap kecil yang lebih rata dan lebih lurus serat-seratnya. Karena penggulungan lap kecil pada bobin di mesin sliver lap 162 tidak dapat memuat banyak, maka bobin lekas penuh dan segera harus dilakukan doffing sehingga efisiensi mesin menjadi rendah. Apabila lap kecil pada mesin ribbon lap, maka gulungan lap kecil pada bobin juga cepat habis, penggantian lap kecil yang disuapkan harus sering dilakukan, sehingga memer lukan perhatian dan pelayanan yang lebih banyak. Untuk meningkatkan efisiensi mesin-mesin persiapan combing maka pada mesin model baru, beberapa sliver carding yang disuapkan dan telah mengalami peregangan tidak digulung dalam bentuk lap kecil melainkan dikumpulkan menjadi satu melalui terompet dan ditampung dalam can besar. Karena mesin tersebut tidak menghasilkan lap kecil, maka sesuai dengan tujuan mesin tersebut, lazim disebut mesin pre drawing. Beberapa sliver hasil mesin pre drawing kemudian disuapkan ke mesin lap former (super lap) dan hasilnya berupa lap kecil yang sesuai untuk penyuapan mesin combing. Karena sliver yang disuapkan tersedia cukup banyak dalam can, maka penyuapan tidak cepat habis, sehingga tidak banyak memerlukan perhatian dan pelayanan. Secara singkat urutan proses persiapan combing dapat digambarkan sebagai berikut : Model Lama Model Baru Carding Carding Sliver lap pre Drawing Ribbon lap lap former (super lap) Combing Combing Gambar 5.96 Urutan Proses Persiapan Combing Kalau kita perhatikan perkem bangan proses persiapan combing seperti terlihat pada kedua urutan proses tersebut diatas, pada hakekatnya tidak ada penyingkatan proses, kecu ali peningkatan efisiensi. Hal ini disebabkan karena apabila satu proses dihilangkan maka seba gian besar dari serat-serat yang mempunyai tekukan akan disuapkan dalam arah yang salah sehingga hasil pelurusan serat selama penyisiran kurang efektif. Menurut teori Prof. Morton yang didasarkan atas beberapa hasil penyelidikannya, menunjukkan bahwa serat-serat didalam sliver hasil mesin carding sebagian besar mempunyai ujung yang tertekuk dibagian belakangnya. Dengan adanya tekukan serat, maka pelurusan dan penjajaran serat pada mesin drawing tidak 163 akan sempurna. Untuk menghi langkan / meluruskan tekukan-tekukan serat tersebut, selain mesin drawing juga mesin com bing dapat melaksanakannya dengan jalan penyisiran. Penyi siran ini juga dapat berfungsi meluruskan tekukan serat disam ping serat ini terjadi bilamana letak tekukan selama penyua pan ada dibagian depan serat, sedang bagian belakangnya dalam keadaan dijepit. Hal ini dapat terlihat jelas pada gambar berikut ini. (a) (b) Gambar 5.97 Arah Penyuapan Serat pada Mesin Combing Gambar 5.97a memperlihatkan arah penyuapan tekukan serat yang betul sehigga tekukan serat dapat diluruskan selama penyisiran. Sedang gambar 5.97b memperlihatkan arah penyuapan tekukan serat yang salah sehingga tekukan serat tidak terluruskan pada waktu penyisiran. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka pada urutan proses persiapan combing baik model lama maupun baru, harus disusun sedemikian rupa sehingga penyuapan serat pada mesin combing, sebagian besar tekukan serat berada dibagian depan seperti yang terlihat pada gambar 5.97a. Dengan demikian sebagian besar tekukan serat dengan mudah dapat diluruskan oleh sisir-sisir mesin combing. Dengan cara model baru yaitu dengan urutan mesin-mesin pre drawing dan lap former, maka selain mesin pre drawing mengubah kedudukan tekukan serat dari bagian belakang (travelling hook) ke bagian depat serat (leading hook), maka mesin pre drawing juga berfungsi sebagai mesin drawing. Gambar 5.98 menunjukkan susunan mesin pada proses persiapan combing dengan keadaan tekukan serat-seratnya. Dengan memasang 1 atau 3 mesin drawing sebagai proses pre drawing, yang kemudian hasil slivernya disuapkan pada lap former, maka serat-serat dari lap hasil lap former yang akan disuapkan ke dalam mesin combing, akan mempunyai tekukan yang terletak dibagian depan (leading hook). Dengan demikian sisir pada mesin combing dapat menyisir serat 164 serta meluruskan tekukan, kare na bagian belakang serat dalam keadaan dijepit. Pemakaian mesin lap former dan mesin ribbon lap (gambar 5.98a), meskipun juga mengu bah letak tekukan serat dari bagian belakang (lap hasil lap former) ke bagian depan (lap hasil ribbon lap) yang kemudian disuapkan ke mesin combing, tetapi dengan cara ini perega ngan (drafting) dan pelurusan tekukan serat sebagai akibat proses peregangan pada mesin drawing kurang sempurna, karena fungsi utama dari lap former yaitu membuat lap dengan memberikan peregang an yang kecil. Dengan demikian hasil proses berikutnya tidak akan lebih baik dari cara seperti pada gambar 5.98b, dimana dengan cara ini lebih banyak dilakukan peregangan dengan mesin drawing, sehingga serat-seratnya makin terarah dan sejajar. Karena adanya kekurangan pa da cara seperti gambar 5.98a, maka cara yang konvensional ini tidak lazim dipakai lagi, yang berarti bahwa mesin sliver lap juga sudah jarang sekali dijumpai dalam urutan proses persiapan combing pada proses pemintalan model baru. Gambar 5.98 Tekukan Serat yang disuapkan ke Mesin Combing Keterangan : C. mesin Carding D. mesin Drawing LF. Lap Former Cb. Combing SL. Sliver Lap RL. Ribbon Lap SL Next >