< Previous 167 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 (6) Mesin Opener Cleaner Gambar 50. Skema mesin opener cleaner Keterangan : 1. Gumpalan kapas 2. Penggerak 3. Penahan (baffles) 4. Pemukul (beater) 5. Batang saringan (gridbars) 6. Pintu pembersih 7. Penghisap (fan) 8. Saluran pneumatis (a) Proses di mesin opener cleaner Karena putaran pemukul, maka gumpalan kapas akan masuk ke depan secara bertahap. Kotoran-kotoran akan berjatuhan melalui celah-celah batang saringan. Kapas yang keluar dari mesin ini, kemudian diteruskan ke mesin Picker/Scutcher. 168 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 (b) Pemisahan kotorandi mesin opener cleaner Gambar 51. Skema Rol Pemukul dan Batang Saringan Keterangan : 1. Rol Pemukul (pined beater) 2. Batang Saringan (gridbars) 3. Celah Batang Saringan (7) Mesin condensor at picker Gambar 52. Skema mesin condensor at picker Keterangan : 1. Saluran in let 2. Saluran out let 3. Condensor 4. Rol pemukul 169 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 (a) Proses di mesin condensor at picker Gumpalan kapas masuk melalui saluran in let (1) karena hisapan fan jatuh ke permukaan condensor (3). Kotoran-kotoran (batang, biji, daun, pasir, logam) akan masuk ke lubang condensor untuk ditampung pada air filter for condensor at picker melalui saluran out let (2). Sementara itu gumpalan kapas yang masih menempel pada permukaan condensor akan digaruk/diambil oleh rol pemukul untuk disuapkan ke mesin berikutnya. (b) Pemisahan Kotoran di mesin condensorat picker Gambar 53. Skema pemisah kotoran mesin condensor at picker Keterangan : 1. Batang saringan(Condensor) 2. Saluran fan penghisap 3. Fan penghisap Gumpalan serat akan menempel pada permukaan condensor karena hisapan fan. Kotoran-kotoran berupa biji, batang daun, pasir, atau logam cenderung berada di bagian bawah gumpalan serat dan serat-serat pendek karena hisapan fan juga cenderung berada pada lapisan gumpalan serat di atas permukaan condensor. Gerakan rol pengambil akan membantu kotoran-kotoran dan serat pendek 170 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 terhisap oleh fan melalui celah-celah condensor dan saluran fan untuk ditampung pada air filter for condensor at cleaner. (8) Mesin micro even feeder Gambar 54. Skema mesin micro even feeder Keterangan : 1. Condensor 2. Rol pemukul 3. Gumpalan kapas 4. Rol pemukul 5. Pintu pengontrol isi 6. Apron berpaku 7. Rol pengontrol 8. Kick rol (a) Proses di mesin micro even feeder Gumpalan serat (3) yang diambil rol pemukul (2) dari condensor (1) akan jatuh ke pasangan rol pemukul (4) untuk mendapatkan pukulan (proses pembukaan) yang selanjutnya akan dibawa ke atas oleh apron berpaku (6) dan akan diambil oleh rol pengambil (7) untuk diteruskan ke mesin berikutnya. Volume kapas dikendalikan oleh kick 171 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 rol (8) dan pintu berayun (5) yang akan menghentikan mesin bila penuh dan menjalankan mesin kembali secara otomatis. (9) Mesin scutcher Gambar 55. Skema mesin scutcher Keterangan : 1. Silinder penampung (condensor) 2. Saluran penyuap 3. Pemukul (beater) 4. Pelat penaha (buffle rack) 5. Apron berpaku (spike lattice) 6. Pembersih (stripper) 7. Saluran penyuap 8. Pemukul (beater) 9. Penghisap (fan) 10. Rol pembersih (stripping rolls) 11. Rol penggilas (calender rolls) 12. Gulungan lap 13. Batang penggulung (lap arbor) (a) Proses di mesin scutcher Mesin scutcher model baru ini konstruksinya lebih kuat dibandingkan dengan mesin scutcher model lama. Mesin ini dapat digunakan untuk mengolah kapas atau serat serat buatan dengan produksi 172 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 yang tinggi. Bahan yang akan diolah ditarik mesin scutcher oleh silinder penampung (1). Penghisapnya terpisah dan motornya dapat digunakan untuk melayani dua atau lebih silinder penampung apabila digunakan lebih dari satu mesin scutcher untuk pembukaan dan pembersihan. Penyuapannya diatur secara otomatis. Silinder penampung bertugas menampung kapas untuk penyuapan dengan menggunakan pelat penahan yang bekerja mengatur penyuapan kepada pre opener beater. Pre opener beater menyuapkan kapas yang sudah benar-benar terbuka pada suatu daerah penyuapan yang dilengkapi dengan pelat penahan yang bekerja dengan baik. Kapas dinaikkan ke atas dengan perantaraan apron berpaku (5) untuk memperoleh hasil pencampuran yang baik. Serat-serat yang sudah rata sekali kemudian disuapkan ke daerah pemukul yang terakhir. Selanjutnya akan dihasilkan gulungan lap seperti mesin scutcher model lama. (b) Gerakan pengaturan penyuapan Penyuapan mesin scutcher ini biasanya dilakukan oleh mesin penyuap yang ditempatkan sebelumnya. Gambar 56. Pengatur penyuapan 173 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 Keterangan : 1. Kapas 2. Lattice penyuap 3. Rol penekan 4. Pedal penekan 5. Rol penyuap 6. Daerah pemukulan Bagian-bagian yang mengatur penyuapan pada scutcher ialah seperti terlihat pada gambar 56 dan biasanya terdiri dari lattice penyuap (2), rol penekan (3) yang gunanya untuk memadatkan kapas, pedal penyuap (4) yang dapat bergerak sesuai dengan tebal tipisnya kapas yang disuapkan, dan rol penyuap (5) yang menyuapkan dan menjepit kapas yang disuapkan. Prinsip kerja peralatan tersebut dapat diikuti pada uraian dan gambar. (c) Cara bekerja alat pengatur penyuapan Apabila keadaan lap yang dihasilkan normal belt yang menghubungkan kedua cone drum kedudukannya harus ada di tengah-tengah serta kapas yang terjepit oleh rol penyuap dan pedal juga mempunyai ketebalan tertentu. Apabila kapas yang masuk antara rol penyuap dan pedal mempunyai tebal yang berbeda dengan tebal kapas pada saat kedudukan belt ada di tengah-tengah, pedal yang dapat bergerak seperti timbangan itu akan bergerak ke atas atau ke bawah. 174 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Gambar 57. Pengatur penyuapan (feed regulator) Gerakan ini diteruskan melalui b, c1, c 2 , c 3 , d, o, dan f sehingga menyebabkan terjadinya penggeseran belt pada cone drum sehingga rol penyuap akan berputar lebih lambat atau lebih cepat. Jika penyuapan kapas terlalu tebal, kapas akan menekan ujung pedal (a) ke bawah sehingga ujung pedal yang lain (b) bergerak ke atas dan gerakan ini akan menarik ke atas berturut-turut c1, c2, c3, d, dan dengan perantaraan poros (e), batang (f) akan menggeserkan belt ke kiri sehingga cone drum (g2) berputar lebih lambat. Perputaran dari cone drum atas akan diteruskan ke rol penyuap (h) melalui roda-roda gigi S, T1,T2 , dan T3, sehingga putaran dari rol penyuap juga menjadi lambat. Dengan demikian penyuapan kapas oleh rol penyuap juga menjadi lebih lambat. Demikian juga akan terjadi sebaliknya apabila kapas yang disuapkan terlalu tipis. 175 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 (d) Pergerakan pedal dan perpindahan belt Perpisahan kedudukan atau letak belt terjadi langsung dan sebanding dengan terbukanya atau tertutupnya gerakan pedal. Gambar 58. Pergerakan pedal dan perpindahan belt Keterangan : 1. Kapas 2. Lattice penyuap 3. Pedal 4. Roda gigi 5. Rol penyuap 6. Roda gigi 7. Daerah pemukulan 8. Cone drum atas (pasif) 9. Belt 10. Cone drum bawah (aktif) Sebagai contoh jika perbandingan tebal tipisnya kapas yang masuk di antara rol penyuap dan pedal sama dengan t = 1, maka untuk apisan kapas yang lebih tebal dari pada lapisan kapas yang dikehendaki, harga t lebih besar dari 1 dan untuk lapisan kapas yang lebih tipis, harga t harus kurang dari 1 (gambar). Jika untuk lapisan kapas yang paling tipis harga t = 0,5 dan untuk lapisan kapas yang paling tebal harga t = 1,5 dan panjang cone drum masing-masing = 25 cm, maka untuk lapisan kapas yang dikehendaki = 1, kedudukan belt pada cone drum kira-kira di tengah dan berada pada diameter cone drum bawah D = 20 176 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 cm dan pada diameter cone drum atau d = 25 cm. Untuk setiap kedudukan belt pada cone drum agar belt selalu tegang maka (D + d) harus selalu tetap. Dan setiap perubahan putaran cone drum atas (d/D) akan berubah-ubah berbanding terbalik dengan tebal tipisnya lapisan kapas t, sehingga d/D. t = tetap. Jadi jika harga t kecil maka harga d/D besar dan jika harga t besar maka harga d/D kecil. Untuk harga t = 1, maka(d/D). t = (25/20). 1 = 0,8 dan harga ini tetap dan berlaku untuk harga-harga yang lainnya dari t = 0,5 sampat = 1,5. D + d = 20 + 25 = 45 cm (d/D)x t = 0,8 atau (d/D)=(t/0,8) D + d =(d x D)/d+d d ((d/D)+1)=45 cm d=((45/1+(D/d)) =((45/1+(0,8+t)) =(45t/(t+0,8)) D = 45 – d Dari uraian di atas, maka dapat dicari hubungan antara tebal kapas dengan putaran cone drum seperti tercantum pada tabel dibawah ini . Tabel 16. Hubungan antara tebal kapas dengan putaran cone drum t 45t D = t+0,8 D = 45 - d Ppm cone drum atas apabila putaran cone drum bawah = 1000 ppm 0,5 17,3 cm 27,7 cm 1.600 ppm 0,6 16,3 cm 25,7 cm 1.330 ppm 0,7 21,0 cm 24,0 cm 1.142 ppm 0,8 22,5 cm 22,5 cm 1.000 ppm 0,9 23,8 cm 21,2 cm 893 ppm 1,0 25,0 cm* 20,0 cm 800 ppm 1,1 25,2 cm 18,8 cm 720 ppm 1,2 27,0 cm 18,0 cm 667 ppm 1,3 27,9 cm 17,1 cm 613 ppm 1,4 28,6 cm 16,4 cm 573 ppm 1,5 29,3 cm 15,7 cm 537 ppm *)Kedudukan belt ada ditengah–tengah cone drum Next >