< Previous Tungten, Wolfram (W) memiliki titik cair 34100C berwarna kelabu, sangat keras dan rapuh pada temperature ruangan, tetapi ulet dan liat pada Temperatur tinggi. Bahan dasar dari Tungten, Wolfram (W) ini ialah Oxide mineral dan diperoleh melalui proses reduksi. Tungten, Wolfram (W) digunakan sebagai bahan pembuatan filament, untuk kwat radio dan lampu serta digunakan pula sebagai unsur paduan pada alat potong (Tool Steel) yakni sebagai bahan High Speed Steel (HSS) atau baja kecepatan tinggi, baja Magnet serta dibentuk melalui proses sintering untuk bahan perkakas. 30. Vanadium (V) Vanadium (V) akan mencair pada Temperatur diatas 19000C, logam yang berwarna putih ini sangat keras, jika ditambahkan pada baja sebagai unsur paduan akan menambah kekenyalan dari baja tersebut. 31. Beryllium (Be) Beryllium (Be) Logam yang berwarna kelabu ini memiliki sifat yang sangat keras dengan titik cair 12850C tetapi lebih ringan dari pada Aluminium. Beryllium memiliki sifat yang rendah dalam peredaman Neutronnya pada arah memotong sehingga tidak bereaksi terhadap berbagai bentuk dan derajat Neutron yang dilaluinya. Beryllium (Be) merupakan logam yang memiliki sifat thermal konduktor serta tegangan yang baik dan stabil pada Temperatur tinggi namun keuletannya rendah. Oleh karena itu proses metallurgy bubukan (Powder metallurgy) bukan metoda yang baik dalam pembentukan dengan bahan Beryllium ini. dengan puitaran yang sangat rendah sebagaimana pemotongan pada Aluminium. Proses fabrikasi Zirconium harus dilakukan secara hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya kontaminasi dengan oxygen, Nitrogen serta Hydrogen akibat pemanasan. Zirconium kadang-kadang digunakan sebagai unsur paduan padan Magnesium dalam memenuhi kebutuhan dalam Teknologi Nuclear dimana Zirconium dapat meredam unsur Neutron secara melintang dengan kekuatan tarik yang stabil didalam suhu runagan, tahan terhadap korosi air , uap serta berbagai media pendingin. Pemakaian Zirconium juga sebagai unsur paduan dengan bahan-bahan lain seperti timah putih (Tin), Besi, Chromium, Nickel, Tembaga dan Molybdenum. 34. Niobium (Nb) Niobium ialah logam yang sangat ulet (ductile) dan lunak dengan kekuatan tarik 280 N/mm2 dan titik cairnya 24690C. Keuletan dari sifat Niobium ini ialah karena pengaruh Oxygen dan Carbon, pengerjaan panas serta udara. Niobium yang dibentuk menjadi plat tipis dapat dilas dengan resistance-Welding, sedangkan untuk bahan yang tebal diatas 0,5 mm harus dilas dengan Argon-arc atau Argon-arc Spot welding. Niobium digunakan dan dikembangkan pemakaiannya untuk memenuhi kebutuhan bahan dlam Teknologi Nuclear serta bahan pembuatan Turbine gas. Macam - Macam Paduan Dari Logam Non - Ferro (Non - Ferrous Alloys) Tembaga dan Paduannya Tembaga digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik dalam keadaan murni maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm2 dalam bentuk tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 melalui proses pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan aangka kekerasanya hanya mencapai 45 HB namun dapat ditingkatkan menjadi 90 HB melalui pengerjaan dingin, dimana dengan proses pengerjaan dingin ini akan mereduksi keuletan, walaupun demikian keuletannya dapat ditingkatkan melalui proses annealing (lihat proses perlakuan panas) dapat menurunkan angka kekerasan serta tegangannya atau yang disebut proses “temperature” dimana dapat dicapai melalui pengendalian jarak pengerjaan setelah annealing. Tembaga memiliki sifat thermal dan electrical conduktifitas nomor dua setelah Silver. Tembaga yang digunakan sebagai penghantar listrik banyak digunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9 %. Sifat lain dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric serta berbagai serangan media korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui proses penyoderan, Brazing serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat dimana memiliki berat jenis 8,9 kg/m3 dengan titik cair 10830C. Pembuatan tembaga Unsur dasar tembaga diperoleh dalam bentuk bijih tembaga dengan kadar yang rendah dengan rata-rata kurang dari 4%. Proses pemecahan dan pembubukan dilakukan untuk memisahkan unsur tembaga dari butiran-butiran pengikat melalui pengapungan serta untuk menghilangkan butiran-butiran yang tidak berguna Butiran-butiran yang mengandung unsur tembaga dipanasakan didalam dapur pemanas untuk melepaskan ikatannya dengan unsur batuan serta persenyawaan dengan unsur sulphide besi. Unsur ini kemudian diolah didalam converter untuk pemisahan besi dan sulphur. Proses pemurnian api (Fire-refining) Dari proses tersebut diatas akan dihasilkan tembaga untuk dilakukan proses pemurnian api (Fire-refining) dimana tembaga yang dalalm keadaan tidak murni dicairkan dan dilakukan proses oksidasi untuk melepaskan berbagai unsur lainnya yang terkandung didalam Tembaga tersebut. Selanjutnya dengan menggunakan batang kayu yang ditekankan kedalam larutan untuk menggerakkan oxygen oleh pembakaran dan selanjutnya dituangkan kedalam cetakan dan menghasilkan tembaga dalam bentuk batangan. Electrolytic refining Electrolytic refining yaitu proses pemurnian dengan cara elektrolit yang akan menghasilkan tembaga murni, prosesnya ialah tembaga yang berbentuk batangan yakni tembaga yang akan dimurnikan berfungsi sebagai anoda digantungkan didalam cairan panas asam sulphuric dan cooper sulphate dan dihubungkan melalui plat tembaga murni sebagai katoda, dengan demikian unsur tembaga ini akan mngendap pada cathode dan unsur-unsur lainnya akan mengendap pada kubangan dari larutan elektrolite. Kadar Tembaga Kadar Tembaga ialah derajat kemurnian tembaga yang berhubungan dengan proses pembuatan serta fungsi pemakaiannya, yang meliputi Cathode Copper Kadar Tembaga diperoleh dari proses electrolisa (electrolytic refining) yang digunakan sebagai raw material untuk penghantar arus listrik serta tembaga paduan dan bahan tuangan. Electrolytic Tough High Conductivity Copper Tembaga ini ialah dimana Cathode copper dicairkan dan dituangkan kedalam cetakan dengan bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, kadar oxygen atau Pitch harus dikendalikan secarahati - hati karena dapat mengakibatkan timbulnya efek yang merugikan terhadap sifat kemurniannya.Fire refined Tough Pitch High Condictivity Copper Conduktifitas Tembaga ini lebih baik dari pada electrolytic Tough Pitch Copper, akan tetapi tingkat kemurniannya lebih rendah dimana sebagian kecil dari unsur-unsur lain tidak sapat dihilangkan melalui proses ini. Saat ini ada beragam kebutuhan yang harus anda penuhi untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. kualitas hidup yang lebih baik ini bisa di dapat dimana saja, termasuk beberapa perlengkapan yang anda gunakan. dengan penggunaan barang yang beragam dan banyak ini tentunya membuat anda harus lebih jeli dan teliti dalam melakukan banyak hal. Salah satu perlengkapan yang sering di gunakan adalah pipa. Pipa merupakan bagian terpenting karena dengan menggunakan pipa segala sesuatu dapat teraliri dengan sangat baik. namun, jenis pipa yang di maksud berbeda karena hanya di gunakan untuk daerah atau tempat produksi yang besar. Tahukah anda apa itu. Menurut fungsinya pipa terbagi menjadi pipa saluran air bersih, pipa saluran air bekas, pipa saluran air kotor, dan pipa saluran air hujan. Beda air bekas dan air kotor adalah sumbernya, air bekas bersumber dari bekas pakai atau cuci sedangkan air kotor bersumber dari toilet / closet maupun urinal. Intinya biasanya air bekas bisa langsung masuk saluran kota, tetapi kalau air kotor akan masuk septic tank atau STP. Menurut letaknya saluran pipa terbagi menjadi pipa vertikal dan pipa horisontal. Menurut materialnya pipa terbagi antara lain : 1. Pipa GIP (Galvanized Iron Pipe) Pipa GIP atau pipa besi galvanis digunakan untuk intalasi air bersih dingin saja, tidak dianjurkan untuk pipa air panas. 2. Pipa PVC Pipa PVC (Polyvinyl Chloride) adalah pipa plastik yang terbuat dari gabungan materi vinyl yang menghasilkan pipa yang ringan, kuat, tidak berkarat dan tahan lama. Hanya digunakan untuk intalasi air dingin saja. 3. Pipa HDPE Pipa HDPE (high-density polyethylene) adalah pipa yang terbuat dengan bahan polyethylene dengan kepadatan tinggi sehingga jenis pipa yang dihasilkan dapat menahan daya tekan yang lebih tinggi. Karakteristik pipa HDPE adalah kuat, lentur/flexible dan tahan terhadap bahan kimia. 4. Pipa Baja (Steel Pipe) Pipa baja digunakan sebagai jalur pipa untuk pasokan energi, misalnya : air, gas, minyak, dan cairan mudah terbakar lainnya. 5. Pipa Tembaga Pipa tembaga merupakan pipa yang kuat dan tahan lama, biasanya digunakan untuk instalasi air panas. 6. Pipa Beton Berupa beton precast, biasa digunakan sebagai saluran drainase. Pipa beton terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe light duty dan heavy duty. Berikutnya akan diuraiankan bahan pipa tembaga beserta ornamen penyambungannya Pipa Gambar 1.2. pipa PVC Pipa adalah istilah untuk benda bulat/silinder yang berlubang dan digunakan untuk memindahkan zat hasil pemrosesan seperti cairan, gas, uap, zat padat yang dicairkan maupun serbuk halus. Material yang digunakan sebagai pipa sangat banyak diantaranya adalah: Pipa PVC, Pipa GIG (galvanized), beton cor, gelas, , kuningan (brass), tembaga, , besi tuang, dan lain lain . Pemilihan material pipa akan sangat membingungkan sehingga perlu pemahaman mendalam untuk apa saluran/sistem pipa itu dibuat, mengingat setiap material memiliki keterbatasan dalam setiap aplikasinya. Dalam pekerjaan Plambing kita sebagai pengguna bahan pipa yang setiap jenisnya mempunyai karakteristik yang berbeda,perlu mengenal karakteristik pipa yang akan digunakan sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis/bahan untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Awet dan tahan lama. Untuk menentukan material pipa, faktor yang paling penting adalah fluida apa yang mengalir didalamnya. Selain itu, kondisi luar dari pipa juga mempengaruhi. Dan terakhir, tentu saja sisi ekonomi juga menjadi dasar pemilihan material. lihat Pipe Distributor Pipa dapat dibagi menjadi 2 bagian besar. Pipa dari logam dan non-logam. Dalam memilih Pipa dibutuhkan pemahaman yg cukup ( Pipe Distributor) . Baik bahan baku, fungsi maupun aplikasinya. Sesuaikanlah dgn kebutuhan seperti, untuk saluran air bersih, kotoran atau pembuangan limbah. Hal lain yg perlu diperhatikan adalah, faktor tekanan air. Semakin besar tekanannya, maka haruslah menggunakan Pipa industri yg memiliki kekuatan lebih DetailSuatu hasil pekerjaan tidak akanada artinya bila menggunakan bahan yang salah. Untuk itulah pengetahuan tentang bahan-bahan yang digunakan pada suatu pekerjaan menjadi sangat penting.Salah satu komponen yang penting dalam sistem Plambing adalah pipa, Pipa pipa yang beraneka ragam dan jenisnya terbagi menurut fungsinya, letak dan materialnya. Seorang Plumber (pekerja) selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan cara mempergunakan peralatan dengan aman. Ia harus mengetahui juga spesifikasi bahan-bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan plambing. Pengetahuan mengenai bahan-bahan yang dipergunakan pada pekerjaan system plambing meliputi : jenis dan fungsi pipa,alat penyambung, peralatan saniter dan bahan-bahan untuk pembuatan saluran. Pengertian dari pekerjaan pipa itu sebenarnya sangat luas sekali, tapi dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu : a. Jaringan pipa dalamJaringan pipa dalam adalah pemasangan atau penyambungan pipa-pipa untuk pemasukkan dan pipa pengeluaran khusus yang terdapat di dalam bangunan untuk segala keperluan alat plambing, seperti : kamar mandi, wc, tempat cuci piring (sink), tempat cuci tangan, tempat buang air kecil (urinoir), jaringan pipa gas, jaringan pipa untuk keperluan rumah, dan lain-lain. b. Jaringan pipa luar Jaringan pipa luar adalah pemasangan atau penyambungan pipa-pipa di luar bangunan. Batasan tanggung jawab perawatan dan perbaikan kerusakan adalah sebagai berikut : - dari meteran ke dalam ( instalasi dalam rumah ) adalah tanggungjawab yang punya rumah ( gedung ). - dari meteran ke luar adalah tanggungjawab PDAM atau pihak penjual jasa.Jenis pipa dan ukurannya Pemilihan bahan pipa Material pipa ada berbagai jenis. Bagaimana cara menentukan material yang harus digunakan? Untuk menentukan material, terutama untuk industri, faktor yang paling penting adalah fluida apa yang mengalir didalamnya. Selain itu, kondisi luar dari pipa juga mempengaruhi. Dan terakhir, tentu saja sisi ekonomi juga menjadi dasar pemilihan material. Pipa dapat dibagi menjadi 2 bagian besar. Pipa dari logam dan non-logam. Logam terdiri dari carbon steel, stainless steel, aluminium, nickel dan lainnya. Berikut ini adalah contoh dalam desain pipa untuk pabrik industri gas alam, minyak, atau pabrik kimia lainnya. Pertama, insinyur proses harus menghitung apa dan berapa banyak macam kandungan yang akan melewati pipa. Pada dasarnya, semua pipa untuk proses biasanya harus memakai pipa logam dan dimulai dari material carbon steel yang paling murah. Akibat aliran fluida, bagian dalam pipa mengalami korosi, dan salah satu cara untuk menetapkan kecepatan korosi adalah memakai grafik de Waard – Milliams nomograph. Grafik ini membantu untuk menentukan berapa kecepatan korosi (mm/tahun) yang disebabkan adanya kandungan CO2 dalam fluida. Problem disebabkan korosi dapat diatasi dengan menambah ketebalan pipa sebesar kecepatan korosi dikali tahun lamanya pabrik didesain. Tetapi, jika total ketebalan yang dibutuhkan untuk mengatasi korosi itu terlalu tebal, pipa akan menjadi sangat tebal dan tidak efektif dalam pembangunannya. Untuk keadaan ini, pipa dari stainless steel menjadi pilihan selanjutnya. Selain korosi, suhu fluida juga menentukan material pipa. Semakin rendah suhu, logam akan menjadi mudah mengalami retakan. Ini karena sifat brittle (getas) logam bertambah pada suhu rendah . Stainless steel merupakan salah satu yang tahan akan suhu rendah. Karena itu, untuk cryogenic service (fluida dengan suhu operasi dibawah -196 degC) stainless steel adalah material yang cocok dibandingkan dengan carbon steel. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan materal pipa, yaitu (Tim Wentz, 1997): 1.Korosivitas Beberapa jenis buangan seperti buangan khusus dari laboratorium yang bersifat asam dapat menyebabkan korosi. Untuk kondisi seperti ini harus dipilih pipa air buangan yang tahan terhadap korosi. 2. Temperatur dan tekanan Pada umumnya, seperti pada sistem pembuangan, pengaliran dilakukan secara gravitasi. Namun untuk situasi dimana diperlukan tekanan pada sistem, maka harus digunakan pipa dengan tekanan yang sebanding. Begitu pula apabila air yang melalui pipa bertemperatur tinggi, maka dipilih pipa dengan material yang tahan terhadap temperatur tersebut. 3. Ketersediaan pipa Beberapa material pipa tidak tersedia dalam berbagai diameter. Untuk mengatasi hal ini bisanya diameter pipa diperbesar atau diganti dengan material lain yang memiliki diameter yang sama. 4. Peraturan yang berlaku Pemilihan pipa harus sesuai dengan aturan lokal yang berlaku. 5. Biaya Penggunaan material tembaga dapat digantidengan material plastik yang harganya relatif lebihmurah. 6. Pertimbangan lain Pertimbangan lainnya seperti tidak menggunakan pipa dengan material plastik untuk bangunan dengan plafond yang dijadikan tempat menyimpan barang-barang yang mudah terbakar. Selain itu, pipa dengan material plastik juga seringkali menimbulkan suara berisik karena pipa jenis ini kurang mampu mengabsorpsi suara yang dihasilkan dari sistem plambing. Material pipa Gambar 1.3. Material pipa Dalam membuat saluran air bersih kita punya banyak pilihan bahan, yaitu dengan pipa besi yang digalvanis (lapisan tahan karat/sering disebut pipa GIP, pipa PVC pipa yang dibuat dari polyvinyl chloride, polimer yang disuling dari minyak bumi yang direkayasa, Tembaga, Pipa PE dan lain-lain yang masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Namun, pada intinya umumnya dipakai pipa PVC karena jauh lebih murah (hampir empat lebih murah). Pipa GIP dipakai hanya pada tempat terbuka/tidak terlindungi karena memang pipa ini lebih tahan terhadap benturan mekanis. Poin utama dari penentuan pemilihan bahan pada sistem saluran ini adalah Spesifikasi dari bahan pipa yang dipakai karena berhubungan dengan karakterisistik air yang digunakan serta tekanan air di dalam pipa sehingga penggunaan bahan pipa akan awet dan tahan lama. Memilih bahan pipa PVC Gambar 1.4 Pipa PVC Polivinil adalah salah satu jenis plastik yang dibuat secara termoplastic. Salah satu contohnya yang paling banyak digunakan adalah Polivinilclorida (PVC). Sifat PVC adalah keras, kaku, dan sedikit rapuh, dapat melunak pada pemanasan 80oC tanpa titik lebir yang tajam. Jika suhu diturunkan, maka PVC akan menjadi rapuh dan jika massanya dinaikkan maka sifat liatnya semakin besar. PVC murni sangat stabil terhdap minyak tumbuhan, minyak mineral, alkohol, dan senyawa anorganik. Bahan yang bersifat basa kuat dan bersifat mengoksidasi dapat mempengaruhi PVC. PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama, yaitu minyak bumi dan garam dapur (NaCl). Bahan baku minyak bumi diolah melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai macam zat termasuk etilena. Garam dapur diolah melalui proses elektrolisa menjadi natrium hidroksida dan gas klor. Etilena direakikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida. Proses cracking atau pemecahan molekul etilen diklorida tersebut menghasilkan suatu gas vinil klorida (CHCl=CH2) dan asam klorida (HCl). Melalui proses polimerisasi (penggabungan molekul monomer) dihasilkan molekul besar dengan rantai panjang (polimer) polivinil klorida yang berupa bubuk halus berwarna putih. Polimerisasi: Polimer PVC yang mengandung gugus klor memiliki ketahanan terhadap oksidai oleh udara, tahan lama, tetapi mudah rusak pada suhu yang rendah. Resin PVC tersebut masih memerlukan langkah-langkah untuk diubah menjadi berbagai produk akhir yang bermanfaat. Biasanya polivinil klorida banyak digunakan untuk pipa, isolator kabel, botol plastik, plastik pembungkus, dan lain-lain. Pengolahan PVC menjadi produk akhir adalah dengan compounding (pembuatan adonan). Adonan (compound) tersebut adalah resin PVC yang telah dicampur dengan bahan-bahan tambahan dengan fungsi tertentu, sehingga dapat untuk diproses menjadi produk dengan sifat-sifat yang diinginkan. Sifat-sifat yang diinginkan meliputi warna, kefleksibelan bahan, ketahanan terhadap sinar ultra violet, kekuatan mekanik transparansi, dan lain-lain sesuai dengan produk apa yang akan dibuat. Untuk mempermudah pemprosesan dan menambah sifat elastis yang cocok untuk berbagai aplikasi maka perlu ditambahakan plasticizer seperti trikrestil posfat atau dibutil ptalat. Juga diperlukan stabilizer atau zat penstabil sehingga dimungkinkan pemprosesan PVC tanpa kandungan plasticizer. Pada pembuatan pipa dan kabel, PVC dibuat dengan diekstruksi atau dipanaskan dan dialirkan melalui suatu cetakan sehingga dihasilkan produk memanjang. Pada pembuatan botol menggunakan teknik cetak tiup (blow molding), lelehan PVC ditiup ke dalam suatu cetakan membentuk produk botol. Contoh polivinil lain yang dapat digunakan sebagai pengemas adalah polivinil denklorid (PVDC). Dibuat dari polimerisasi vinildenklorid yang caranya hampir sama pada polimerisasi vinilklorid. Untuk tujuan teknis umunya dilakukan polimerisasi campur dari vinildenklorid dengan senyawa vinil lainnya. Contoh produknya adalah kapsul berkerut yang terdiri dari polivinildenklorid, dapat melunak pada suhu rendah atau lembab dan dapat ditarik melalui sumbat dan penutup, kemudian dikeringkan dan menjadi keras serta kedap gas dan air. Senyawa polivinil lainnya polivinil asetat (PVA) yaitu polimer karet sintetis. PVA dibuat dari monomernya, vinil asetat, yang hidrolisis dari sebagian senyawa ini menghasilkan polivinil alkohol (PVOH). PVA dijual dalam bentuk emulsi dalam air sebagai bahan perekat untuk bahan berpori seperti kayu. PVA juga dapat digunakan untuk melindungi keju dari jamur dan kelembaban. PVA bereaksi perlahan dengan basa dan membentuk asam asetat sebagai hasil hidrolisis. Telah menjadi mitos bahwa khususnya pembakaran sampah PVC memberikan kontribusi yang besar terhadap terjadinya dioxin. Dioxin dapat dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan organoklorin, yang sebenarnya banyak terdapat di alam (dedaunan, pepohonan). Suatu penelitian yang dilakukan oleh New York Energy Research and Development Authority pada tahun 1987 menyimpulkan bahwa ada atau tidaknya sampah PVC tidak berpengaruh terhadap banyaknya dioxin yang dihasilkan dalam proses insinerasi/pembakaran sampah. Kontribusi terbesar bagi terjadinya dioxin adalah kebakaran hutan, hal yang justru tidak banyak diekspos. Kandungan klor (Cl) dalam PVC diketahui memberikan sifat-sifat yang unik bagi bahan ini. Tidak seperti umumnya bahan plastik yang merupakan 100% turunan dari minyak bumi, sekitar 50% berat PVC adalah dari komponen klor-nya, yang menjadikannya sebagai bahan plastik yang paling sedikit mengkonsumsi minyak bumi dalam proses pembuatannya. Relatif rendahnya komponen minyak bumi dalam PVC menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis minyak bumi yang akan terjadi di masa datang serta menjadikannya sebagai salah satu bahan yang paling ramah lingkungan. Walaupun PVC merupakan bahan plastik dengan volume pemakaian kedua terbesar di dunia, sampah padat di negara-negara maju yang paling banyak menggunakan PVC-pun hanya mengandung 0,5% PVC. Hal ini dikarenakan volume pemakaian terbesar PVC adalah untuk aplikasi-aplikasi berumur panjang, seperti pipa dan kabel. Sampah PVC juga dapat diolah secara konvensional, seperti daur-ulang, ditanam dan dibakar dalam insinerator (termasuk pembakaran untuk menghasilkan energi). Next >