< Previous92 tumpukan sampah setinggi gedung-gedung perkantoran yang ada di kota-kota besar misal di Jalan Sudirman Jakarta? Gambar berikut ini adalah perjalanan setumpuk sampah dari berbagai sumber sampah di sebuah kota menuju TPA. Gambar 17. Sistem pengelolaan sampah Sumber: http://dandysmainfile.blogspot.com/2012/01/study-manajemen-pengelolaan-sampah-2012.html#.UodKkNKBmRs 93 Keterangan gambar: TPS= tempat pembuangan sementara TPA = tempat pembuangan akhir B3 = Bahan Berbahaya dan Beracun PPLI = Pusat Pengolahan Limbah Industri Sistem pengelolaan sampah (Gambar 10) terlihat bahwa penghasil sampah terbesar (lebih dari 50%) adalah rumah tangga. Jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang. Jarak rata-rata sumber sampah ke TPA adalah 40 km, karena lokasi TPA berada di luar batas wilayah DKI Jakarta. Hal ini juga banyak terjadi di kota besar lainnya di Indonesia, yang sering berakibat pada protes masyarakat yang tinggal dekat dengan TPA. Dengan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, ceceran air sampah yang terjadi selama pengangkutan sampah juga akan berkurang, dan biaya truk serta bahan bakar juga akan jauh berkurang. Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa manusia! Seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005 lalu – TPA Leuwigajah yang menyebabkan meninggalnya lebih dari 140 nyawa tertimbun longsor sampah sejumlah jutaan meter kubik dalam semalam. Tahun 2006 yang lalu kejadian serupa pun terjadi di TPA Bantargebang, yang menewaskan sejumlah pemulung. Kejadian menyedihkan ini tentunya dapat dicegah jika sampah dapat kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah lingkungan rumah tangga kita sendiri. 94 Kerusakan Lingkungan Akibat Sampah Gambar 18. Kerusakan Lingkungan Akibat Sampah Sumber: http://wartakota.tribunnews.com/2013/03/18/ larangan - buang-sampah-di-sungai Gambar pemandangan yang sering dijumpai di kota besar: sungai yang dipadati sampah lindi. Lindi lebih dikenal sebagai air sampah yang baunya sangat menyengat. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses pembusukan sampah. Seringkali lindi bercampur dengan air hujan sehingga jumlahnya menjadi sangat banyak, seperti sering kita lihat menetes dari truk yang mengangkut sampah di jalan raya. Lindi mengandung zat berbahaya apalagi jika berasal dari sampah yang tercampur. Jika tidak diolah secara khusus, lindi dapat mencemari sumur air tanah, air sungai, hingga air laut dan menyebabkan kematian biota (makhluk hidup) laut. TPA Lahan Urug Saniter (Sanitary Landfill) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) jenis ini menerapkan sistem pengendalian pencemaran akibat sampah yang sangat ketat. Setiap hari, sampah yang ditimbun harus dipadatkan dan ditutup kembali dengan lapisan tanah menggunakan alat berat seperti 95 buldozer. Lapisan dasar TPA menggunakan bahan tertentu sehingga lindi tidak meresap ke air tanah, melainkan dialirkan ke instalasi pengolahan lindi yang telah disiapkan. Sanitary Landfill juga dilengkapi dengan jaringan pipa gas untuk mengendalikan gas metana (gas berbahaya yang dapat menyebabkan kebakaran) yang timbul akibat proses biokimia yang terjadi pada sampah di TPA. Biaya operasional TPA jenis ini tidak murah. Gambar 19. Sanitary Landfill Sumber: https://durianburgdavao.wordpress.com/2010/02 /19/the-davao-city-p268-million-sanitary-landfill/ 96 TPA Penimbunan Terbuka (Open Dumping) Gambar 20. Open dumping Sumber: http://www.airlimbahku.com/2013/05/ menuju-tpa-sanitary-lan Sdfill.html Umumnya TPA yang ada di kota-kota besar di Indonesia menggunakan metoda penimbunan terbuka (open dumping). Sampah yang ditimbun dibiarkan terbuka atau tidak ditutup secara harian dengan tanah, dan sistem pengumpulan dan pengolahan lindi (air sampah) tidak optimal. Gas metana yang timbul akibat reaksi biokimia sampah tidak dikendalikan sehingga sering terjadi kebakaran di TPA. TPA jenis ini sangat merusak lingkungan dan menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah lainnya seperti longsor. Ancaman Penyakit Akibat Kotoran Manusia dan Sampah Dari seluruh jumlah sampah yang dihasilkan penduduk DKI Jakarta setiap hari, 13% nya tidak dapat ditangani oleh Dinas Kebersihan (data Dinas Kebersihan, 2005). Jumlah ini termasuk 97 sampah yang dibuang langsung ke sungai, selokan, tercecer di jalan, dibakar, atau ditimbun di lahan kosong yang sering disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) / TPS (Tempat Pembuangan Sementara) liar. Apa akibatnya dengan kesehatan keluarga kita ? Gambar 21. Diagram transmisi kuman Sumber: EHP 1999 Dari diagram diatas, lalat merupakan salah satu ’jalur pengantar’ kuman yang utama. Sampah yang berceceran, terutama sampah organik atau yang mudah membusuk sangat digemari oleh lalat. Oleh sebab itu, melalui pengolahan sampah organik yang baik, kita akan mempersempit kesempatan lalat untuk hinggap dan berkembang biak. Begutu pula halnya dengan tikus, karena sampah yang tercampur adalah tempat favorit tikus untuk bersarang. 2). Jenis-Jenis Sampah Setiap hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Setiap jenis memiliki metoda 98 pengolahan yang berbeda. Sampah yang tercampur menyebabkan biaya pengolahan menjadi mahal. Oleh karena itu, kunci dari pengelolaan sampah adalah pemilahan, atau pemisahan antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah yang lain. Marilah kita memahami lebih lanjut apa saja jenis sampah dan bagaimana pengolahan masing-masing. Sampah Organik Gambar 22. Sampah organik Sumber: http://anekamesin.com/pemanfaatan-sampah- organik-yang-ada-di-lingkungan.html Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/ daun/ ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime (makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalah 99 melalui pembusukan yang dikendalikan, yang dikenal dengan pengomposan atau komposting. Sampah Non-organik Gambar 23. Sampah non-organik Sumber: http://mamagilang.blogspot.com/ 2012/12/mengurangi-penggunaan-sampah-anorganik.html Sampah non-organik atau sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan 100 tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik. Perbandingan lamanya sampah organik dan non-organik hancur dapat dilihat pada tabel 3. berikut: Tabel 5. Jenis Sampah dan Lamanya Hancur Jenis Sampah Lama Hancur Kertas Kulit Jeruk Dus Karton Filter Rokok Kantong Plastik Kulit Sepatu Pakaian/Nylon Plastik Alumunium Styrofoam 2-5 bulan 6 bulan 5 bulan 10-12 tahun 10-20 tahun 25-40 tahun 30-40 tahun 50-80 tahun 80-100 tahun tidak hancur Gelas / Kaca 101 Tabel 6. Sampah gelas di pantai Sumber: http://log.viva.co.id/news/read/382362-pantai- yang-tercipta-oleh-tumpukan-sampah-gelas Tabel 7. Sampah gelas/ kaca Sampah gelas dapat didaur ulang dengan menghancurkan, melelehkan, dan memproses kembali sebagai bahan baku dengan temperatur tinggi sampai menjadi cairan gelas dan kemudian dicetak. Jika dibuang, sampah gelas membutuhkan ratusan bahkan ribuan tahun untuk bisa hancur dan menyatu Sebagian besar kaleng dibuat dari aluminium melalui proses yang membutuhkan banyak energi. Sampah kaleng dapat didaur ulang dengan melelehkan dan menjadikan batang aluminium sebagai bahan dasar produk baru. Dengan demikian, sumber energi dapat Next >