< Previous52 8. Timbangan atau neraca yang digunakan untuk menimbang beras sebanyak satu karung adalah.... A. Neraca sama lengan B. Neraca pegas C. Timbangan kodok D. Neraca ohaus E. Timbangan gantung 9. Faktor kesalahan dan kendala yang biasa ditemukan dalam pengukuran massa menggunakan neraca yang paling tepat adalah.... A. Kesalahan sistematik B. Pengaruh alat ukur C. Ketidak cermatan membaca skala, dan kesalahan posisi pengamat atau kesalahan paralak D. Kesalahan acak (random) E. Gangguan dari luar yang tak dapat dihindari yang akan berakibat mempengaruhi keakuratan hasil pengukuran 10. Fungsi Waterpass pada neraca analitik adalah…. A. sebagai penanda posisi neraca pada saat akan digunakan B. sebagai alat pemutar C. sebagai tombol penghemat daya D. sebagai penanda berat awal E. sebagai bagian dasar neraca 11. Perhatikan gambar alat dan bahan serta data pengukuran berikut 53 Besaran fisika yang terukur sesuai dengan data yang diperlihatkan tersebut adalah…. A. Volume zat cair 79,6 cm3 B. Volume zat cai 204,6 cm3 C. Massa zat cair 79,6 gram D. Massa zat cair 204,6 gram E. Massa zat cair 125 gram 3. Keterampilan NO ASPEK YANG DINILAI PENILAIAN 1 2 3 1. Menyiapkan timbangan untuk praktikum 2. Menyiapkan alat-alat pendukung untuk melakukan penimbangan bahan 3. Menyiapkan bahan untuk penimbangan sesuai dengan kebutuhan 4. Memeriksa neraca apakah sudah baik 5. Menghidupkan power(swich on), sehingga layar timbangan menunjukkan skala timbangan 6. Memeriksa neraca apakah pada posisi setimbang, dimana waterpass berada di tengah 7. Melakukan kalibrasi , dimana muncul tulisan“ready” 8. Menyimpan wadah/tempat bahan atau zat yang akan ditimbang di tengah piringan 9. Menekan tombol “tare”, sehingga timbangan menunjukkan angka 0,0000 gram dan wadah/botol timbang dinyatakan dengan 0,0000 gram 10. Menggunakan spatula untuk mengambil bahan yang akan ditimbang 11. Menimbang bahan tidak melebihi kapasitas 54 NO ASPEK YANG DINILAI PENILAIAN 1 2 3 timbangan 12. Melakukan pembacaan massa bahan yang tercantum dalam layar timbangan 13. Mengeluarkan wadah yang berisi bahan/zat dengan hati-hati dan tidak tumpah 14. Mematikan neraca (swich off) 15. Membersihkan neraca dengan kuas halus atau tissu 16. Menutup pintu neraca dan melepaskan steker dari stop kontak Rubrik : ASPEK YANG DINILAI PENILAIAN 1 2 3 Menyiapkan alat untuk praktikum Alat tidak disiapkan Alat disiapkan tidak sesuai dengan diperlukan Alat disiapkan sesuai dengan yang diperlukan Menggunakan bahan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam praktikum Bahan yang digunakan tidak lengkap Bahan yang digunakan lengkap tapi ada yang tidak dibutuhkan Bahan yang digunakan lengkap dan sesuai dengan yang dibutuhkan Memilih metode analisis sesuai standar Pemilihan metode analisis tidak sesuai dengan jenis bahan dan tidak sesuai standar yang ditentukan Pemilihan metode analisis sesuai jenis bahan dan tidak sesuai standar yang ditentukan Pemilihan metode analisis sesuai jenis bahan dan standar yang ditentukan Melakukan persiapan pendahuluan pada bahan/sampel yang akan Tidak melakukan persiapan pendahuluan terhadap bahan/sampel Melakukan persiapan pendahuluan terhadap bahan/sampel yang akan Melakukan persiapan pendahuluan terhadap bahan/sampel yang akan dianalisis 55 ASPEK YANG DINILAI PENILAIAN 1 2 3 dianalisa yang akan dianalisis dianalisis belum optimal dengan optimal Melaksanakan langkah kerja sesuai prosedur Langkah kerja tidak sesuai prosedur Sebagian langkah kerja ada yang salah Semua langkah kerja benar dan sesuai prosesur Melakukan pengamatan saat praktikum berlangsung Pengamtan tidak cermat Pengamatan cermat, tetapi mengandung interpretasi Pengamatan cermat dan bebas interpretasi Melakukan pencatatan data pengamatan Data pengamatan tidak dicatat Data pengamatan dicatat tetapi ada kesalahan Data pengamtan dicatat dengan lengkap Menghitung/ mengolah data hasil pengamatan Perhitungan data hasil pengamatan salah Perhitungan data hasil pengamatan benar tetapi tidak sesuai dengan rumus Perhitungan data hasil pengamatan benar dan lengkap sesuai rumus Membuat laporan hasil praktikum Laporan hasil praktikum tidak dibuat Laporan hasil praktikum rapi dan tidak lengkap Laporan hasil praktikum rapi dan lengkap Membersihkan lingkungan tempat praktikum Lingkungan tempat praktikum tidak dibersihkan Lingkungan tempat praktikum dibersihkan dan tidak rapi Lingkungan tempat praktikum dibersihkan dengan rapi. 56 Kegiatan Pembelajaran 2. Penanganan Limbah B3 dan Non B3 A. Deskripsi Penanganan limbah B3 dan Non B3 merupakan salah satu kompetensi dasar dari mata pelajaran teknik dasar pekerjaan laboratorium kimia untuk peserta didik SMK program keahlian teknik kimia pada paket dasar program keahlian Kimia Analisis dan Kimia industri. Kompetensi dasar ini merupakan perluasan dan pendalaman yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman fakta, konsep, prinsip dan prosedur serta metakognitif mengenai penanganan limbah B3 dan non B3. Pembelajaran ini meliputi prinsip dan konsep penanganan B3 dan Non B3, tujuan, identifikasidan karakterisasi limbah B3 dan non B3, persyaratan penanganan limbah B3 dan non B3. Pelaksanaannya meliputi langkah-langkah pembelajaran mengamati, menanya, mengeksplorasi keterampilan proses dalam bentuk eksperimen, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan sampai menyimpulkan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Media yang digunakan meliputi alat dan bahan praktikum serta OHP. Penguasaan materi peserta didik dievaluasi melalui sikap, pengetahuan dan keterampilan. B. Kegiatan Belajar 1. Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, peserta didik mampu: 1. Menerapkan sifat dan karakteristik limbah dalam penanganan limbah B3 dan non B3 2. Melaksanakan penanganan limbah B3 dan Non B3 57 2. Uraian Materi a. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1). Konsep dan Prinsip Penanganan Limbah B3 Kimia industri atau industri yang berbasis kimia merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan, baik limbah padat, cair maupun gas. Bagi industri-industri besar, seperti industri obat-obatan, teknologi pengolahan limbah yang digunakan mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah secara benar. Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah kebanyakan limbah yang dihasilkan dalam industri kimia merupakan limbah dalam kategori bahan berbahaya dan beracun(B3). Walaupun ada sebagian limbah yang termasuk limbah non B3. Oleh karena itu kompetensi untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi jenis limbah dan cara penanganan limbah ini harus diperhatikan dengan serius karena apabila penanganannya tidak baik akan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang beresiko membahayakan kesehatan manusia. Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang disebabkan konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, 58 mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya merupakan kategori bahan berbahaya dan beracun. Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemari lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Menurut RCRA(Resource Conservation and Recovery Act) Limbah (Solid) atau gabungan berbagai limbah dengan jumlah dan konsentasinya, atau karena karakteristik fisik-kimia-dan daya infeksiusnya bersifat : Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan, Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut , dibuang atau dikelola dengan baik. 2). Tujuan Penanganan limbah B3 Tujuan penanganan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula. 59 3). Identifikasi dan Karakterisasi Limbah B3 Identifikasi dan karakteristik limbah B3 dalam pengelolaan limbah B3, adalah hal yang penting dan mendasar. Didalam pengelolaan limbah B3, prinsip pengelolaan tidak sama dengan pengendalian pencemaran air dan udara yang upaya pencegahannya di poin source, sedangkan pengelolaan limbah B3 yaitu from cradle to grave. From cradle to grave adalah pencegahan pencemaran yang dilakukan dari sejak dihasilkannya limbah B3 sampai dengan di timbun/ dikubur (dihasilkan, dikemas, digudangkan, ditransportasikan, di daur ulang, diolah, dan ditimbun). Pada setiap fase pengelolaan limbah tersebut ditetapkan upaya pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dan yang menjadi penting adalah karakteristik limbah B3 nya, hal ini karena setiap Kegiatan 1 : Berkaitan dengan materi penanganan limbah B3, anda ditugasi untuk mencari informasi atau data dari laboratorium/balai penelitian terdekat tentang jenis-jenis limbah B3. Amati limbah B3 yang dihasilkan! Apakah limbah B3 tersebut dibuang, dikemas, di daur ulang/diolah atau ditimbun! Diskusikan hasilnya dengan teman kelompok anda! Presentasikan dan simpulkan dengan kelompok lain! 60 usaha pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan karakteristiknya. Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, semua limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3, kecuali bila limbah tersebut dapat mentaati peraturan tentang pengendalian air dan atau pencemaran udara. Misalnya limbah cair yang mengandung logam berat tetapi dapat diolah dengan water treatment dan dapat memenuhi standar effluent limbah yang dimaksud, maka limbah tersebut tidak dikatakan sebagai limbah B3 tetapi dikategorikan limbah cair yang pengawasannya diatur oleh Pemerintah. Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu berdasarkan (1) sumbernya dan (2) karakteristiknya. (a) Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibagi menjadi (PP.05/1999) : Sumber tidak spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 1, PP 85 /1999) Sumber spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 2, PP 85/1999) Bahan kimia kadaluarsa; tumpahan; sisa kemasan; buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi 61 Gambar 7Identifikasi Limbah B3 Sumber: http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1422 Keterangan : Limbah B3 dari sumber tidak spesifik : Limbah B3 yang berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll. Limbah B3 dari sumber spesifik : Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu. Limbah B3 dari sumber lain : bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi: Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik. Next >