< Previous 250 Dewi Sukesi menurut apa kata Begawan Sarwa. Maka De-wi Sukesi dirias dengan dandanan secantik mungkin dan diberi man-tra-mantra oleh Begawan Sarwa supaya kelihatan seperti perawan lagi.Setelah waktu yang ditentukan telah tiba maka Dewi Sukesi di-hantarkan Begawan Sarwa ke Dalem Tandawaru, akan tetapi sebe-lum berangkat, datanglah Raden Jambumangli dan Raden Prahasta adik Dewi Sukesi menghadap kepada Begawan Sarwa. Dia tidak te-rima kalau kakaknya dipermainkan Begawan Sarwa, maka Begawan Sarwa harus dihukum. Begawan Sarwa akan dihajar oleh Raden Prahasta dan Raden Jambumangli, tetapi belum sampai kedua satri-ya itu bergerak, Begawan Sarwa berkata “tindakan Raden Prahasta dan Raden Jambumangli yang berani kepada orang tua seperti itu bukan sifatnya manusia tetapi raksasa. Maka seketika itu juga keduanya berubah menjadi raksasa seperti apa yang diucapkan Begawan Sarwa. Kedua satriya tersebut menyesal dan mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Begawan Sarwa, mohon untuk dikembalikan seperti wujud asalnya, tetapi apa daya nasi sudah menjadi bubur, Begawan Sarwa tidak sanggup dan tidak bisa mengembalikan wujud mereka seperti sedia-kala. Begawan Sarwa menyarankan agar Raden Prahasta pergi kembali ke negara Sela Gringging dan Raden Jambumangli pergi ke kerajaan Sunggela, supaya dijadikan Patih di kerajaan Sunggela. Keduanya lalu berangkat, Begawan Sarwa dan Dewi Sukesi juga be-rangkat ke Kadipaten Tandawaru. Raden Daneswara menerima kedatangan ayahnya dan ca-lon istrinya, yaitu Begawan Sarwa dan Dewi Sukesi, keduanya diteri-ma dengan sangat hormat, setelah Dewi Sukesi dipsrahkan kepada Raden Daneswara untuk diperistri, Begawan Sarwa mohon diri kem-bali Pertapan Gajah Mungkur. Setelah Begawan Sarwa pergi Raden Daneswara dan Dewi Sukesi hanya berdua, melihat keadaan Dewi Sukesi sebetulnya Raden Daneswara sudah menduga bahwa Dewi Sukesi sudah tidak perawan lagi, tetapi perasaan itu ditutupi, lalu ia bertanya kepada Dewi Sukesi, apakah Dewi Sukesi betul-betul ma-sih perawan seperti yang dituturkan Begawan Sarwa. Mendapat per-tanyaan yang tiba-tiba itu, Dewi Sukesi tersipu malu memandang ke wajah Raden Daneswara, tidak terasa keluarlah air mata dari Dewi Sukesi, dengan dada terasa sesak karena merasa malu, maka Dewi Sukesi berterus terang kepada Raden Daneswara, bahwa dia sudah tidak perawan lagi dan sudah mempunyai tiga orang anak hasil hu-bungannya dengan Begawan Sarwa. Mendengar jawaban Dewi Su-kesi, Raden Daneswara lalu turun dari singgasana, menyembah ke-pada Dewi Sukesi yang dianggap sebagai ibunya sendiri. Lalu Ra-den Daneswara mengadakan persiapan untuk mengantar Dewi Su-kesi ke Pertapan Gajah Mungkur. Di Pertapan Gajah Mungkur, Begawan Sarwa sedang diha-dap ketiga anaknya yaitu Raden Dasamuka, Raden Kumbakarna, 251dan Dewi Sarpakenaka. Melihat kedatangan Raden Daneswara dan Dewi Sukesi, Begawan Sarwa terkejut, belum hilang keterkejutannya lalu Raden Daneswara maju menghajar Begawan Sarwa. Begawan Sarwa tidak melawan karena marasa bersalah. Dari angkasa turun-lah Batara Narada untuk melerai pertengkaran anak dan bapak itu. Batara Narada menyalahkan Begawan Sarwa, karena berani meng-goda calon menantunya sampai mempunyai tiga orang anak, tetapi hal itu sudah menjadi kehendak raja para dewa. Raden Daneswara juga disalahkan oleh Batara Narada karena berani memukul orang tuanya sendiri. Begawan Sarwa dan Raden Daneswara meminta maaf kepada Batara Narada, Batara Narada berkata “untuk mene-bus dosa, maka Begawan Sarwa harus tetap mengawini Dewi Suke-si, sekaligus mendidik ketiga putranya dengan baik. Sedangkan Ra-den Daneswara disuruh bertapa di tepi Bengawan Silugangga. Lalu Batara Narada kembali ke Kahyangan Suralaya. Setelah Batara Na-rada pergi, Raden Daneswara meminta maaf kepada Begawan Sar-wa atas kesalahan yang sudah dilakukannya, sekaligus memohon diri untuk bertapa di tepi Bengawan Silugangga. Diceritakan, pada saat Raden Daneswara bertapa di tepi sungai Gangga, kedatangan Batara Bayu, dan memberikan putrinya yang bernama Batari Bayuwati untuk diperistri Raden Daneswara, dan juga diberikan kendaraan dewata berupa kereta yang bisa berja-lan di angkasa yaitu kereta Jaladara. Lalun Raden Daneswara ber-sama istrinya yaitu Batari Bayuwati pulang ke Kadipaten Tandawaru dengan naik kereta Jaladara. Setelah sampai di Dalem Tandawaru keduanya hidup tenang, rukun, dan damai. Begawan Sarwa merasa prihatin dan menyesali kesalahan-nya di masa lalu. Dia selalu tekun bersemedi dan selalu minta maaf kepada Tuhan atas semua dosa-dosa yang telah biperbuatnya. Ber-selang beberapa bulan, Dewi Sukesi mengandung lagi. Setelah ge-nap waktu kandungannya, Dewi Sukesi melahirkan seorang bayi yang tampan dan tanpa cacat diberi nama Raden Gunawan Kunta Wibisana. Setelah ke empat putranya sudah berangkat dewasa, Be-gawan Sarwa mengajak anak-anaknya pergi ke negara Sunggela. Ke empat putranya dititipkan ke Prabu Misrahwana untuk di didik il-mu kenegaraan dan ilmu keprajuritan, di mana Prabu Misrahwana adalah anak tertua Begawan Sarwa. Setelah menitipkan ke empat putranya, Begawan Sarwa kembali ke Pertapan Gajah Mungkur un-tuk melanjutkan bertapa. 5.4.2 Berdirinya Kerajaan Maespati Di Kahyangan Suralaya, Batara Guru sedang dihadap Bata-ra Narada dan para Dorandara, sedang membicarakan tentang Pa-lau Slaka Tanah Indukeling yang sudah berubah menjadi Negara Alengka dan yang menjadi raja di sana adalah Prabu Dasamuka (Rahwana) titisan Raden Rasa Sejati yang terkenal mempunyai ke- 252 digdayaan dan kesaktian yang luar biasa. Di alam mercapada taka ada yang sanggup menandingi kesaktian Prabu Dasamuka. Batara Guru lalu memanggil Batara Wisnu sebagai senapati di Kahyangan Suralaya. Setelah Batara Wisnu menghadap, Batara Guru memberi dua pertanyaan, lalu disuruh memilih. Pertanyaan tersebut adalah enak pungkasane lara, artinya hidup enak berakhir sengsara, atau lara pungkasane enak, artinya sengsara dahulu senang kemudian. Di beri pertanyaan tersebut Batara Wisnu memilih yang no-mer dua (2), setelah menentukan pilihannya, Batara Guru lalu me-merintahkan kepada Batara Wisnu beserta Batari Sri Widowati, dan juga Batara Basuki yaitu kakak Batara Wisnu untuk turun ke alam mercapada menggelar jaman Tirtalaya, untuk mengimbangi kesak-tian Prabu Dasamuka. Batara Wisnu menyanggupi, lalu mohon diri untuk kembali ke Kahyangan Nilawindu atau Kahyangan Batralaut. Batara Wisnu memanggil kakaknya yaitu Batara Basuki dan Batari Sri Widowati la-lu keduanya diajak turun ke alam mercapada untuk menggelar jaman Tirtalaya. Di tengah perjalanan Batara Wisnu bertemu dengan Se-mar dan Bagong lalu keduanya diajak bersama-sama di hutan Indra-sana. Di ceritakan, pada waktu yang bersamaan, Prabu Dasamuka sedang mengelilingi wilayah Negara Alengka dengan cara terbang di udara, dari kejauhan Prabu Dasamuka melihat cahaya yang menyi-laukan lalu didekati, setelah dekat cahaya tersebut keluar dari ketiga dewata yang baru turun Kahyangan Suralaya yaitu Batara Wisnu, Batara Basuki, dan Batari Sri Widowati. Melihat kecantikan Batari Sri Widowati, Prabu Dasamuka teringat bahwa ia adalah titisan Raden Rasa Sejati. Gambar 4.3 Kumbakarna 253 Gambar 4.4 Sarpakenaka dan Wibisana Maka dari itu tanpa rasa takut dan malu Prabu Dasamuka meminta supaya Batari Sri Widowati mau menjadi istrinya. Mende-ngar perkataan Prabu Dasamuka, Batara Wisnu marah, terjadilah peperangan antara Batara Wisnu melawan Prabu Dasamuka. Mere-ka berperang dengan menggunakan kesaktian masing-masing, teta-pi keduanya sama-sama sakti dan digdaya, sehingga sampai bebe-rapa lama berperang dan belum kelihatan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Lalu Batara Wisnu meminta waktu sebentar untuk bertanya kepada Batari Sri Widowati dia mau apa tidak seumpama di peristri oleh Prabu Dasamuka Prabu Dasamuka mengijinkan lalu bendera perang dirobohkan. Batara Wisnu lalu memanggil istrinya, keduanya bersemedi untuk menciptakan gambaranya masing-ma-sing. Setelah selesai, gambar tersebut ditukar, Batara Wisnu membawa gambar Batari Sri Widowati, sedangkan gambar Batari Sri Widowati di bawa Batara Wisnu, lalu keduanya bersumpah, besuk kalau sudah menjadi manusia, Batari Sri Widowati tidak akan ber-suami kecuali calon suaminya nanti sama dengan gambar yang telah dibawanya, yaitu gambar Batara Wisnu, begitu pula sebaliknya de-ngan Batara Wisnu. Batari Sri Widowati lalu disuruh berlari manjauhi hutan Indrasana. Setelah Batari Sri Widowati pergi, semar dan Ba-gong dipanggil oleh Batara Wisnu, keduanya disuruh mencari satriya yang mempunyai drajat calon raja, keduanya lalu mohon diri. Setelah mempersiapkan segalanya, Batara Wisnu lalu menemui Prabu Dasa-muka, dia berkata bahwa Batari Sri Widowati tidak mau di peristri oleh Prabu Dasamuka yang berwatak angkara. Mendengar perkata-an Batara Wisnu, Prabu Dasamuka menjadi murka kepada Batara Wisnu, sehingga terjadi peperangan lagi, dalam peperangan itu se- 254 mua pusaka sudah tidak berguna karena keduanya tidak mempan dengan senjata, lalu keduanya bergulat dan berguling di tanah, da-lam pergulatan itu gambar Batari Sri Widowati yang di bawa Batara Wisnu hilang entah kemana rimbanya, karena kalah besar, Batara Wisnu dapat dipegang oleh Prabu Dasamuka, lalu dilempar jauh dan jatuh di dekat Bangunan yang semuanya terbuat dari besi (Gedong waja). Setelah bangun, Batara Wisnu teringat bahwa bangunan Ge-dong waja itu buatanya sewaktu dulu melawan Keboandanu. Sambil masuk ke dalam Gedong waja, Batara Wisnu menantang Prabu Da-samuka dari kajauhan. Mendengar tantangan Batara Wisnu, Prabu Dasamuka tambah murka, dia mengambil limpung Candrasa, Ge-dong waja dipukuli dengan senjata limpung Candrasa dari luar, kare-na bangunan itu terbuat dari baja pilihan, maka senjata limpung tidak mampu merobohkannya hingga Prabu Dasamuka kelelahan. Melihat Prabu Dasamuka yang kelelahan, terdengar suara dari dalam Gedong Waja Batara Wisnu bersabda kepada Prabu Da-samuka, sebenarnya Prabu Dasamuka memukuli Gedong waja itu salah, sebab yang dicari adalah Batari Sri Widowati, sedangkan se-karang Batari Sri Widowati sudah berlari jauh dari hutan Indrasana, mendengar perkataan Batara Wisnu, Prabu Dasamuka lalu pergi meninggalkan Gedong waja, berlari mengejar Batari Sri Widowati. Batari Sri Widowati berlari dan di buru oleh Prabu Dasamuka hingga sampai ke negara Sela Perwata, sedangkan gambar Batara Wisnu yang dibawanya telah hilang tak tahu kemana rimbanya. Batari Sri Widowati saking takutnya, jangan sampai tertangkap oleh Prabu Da-samuka, Batari Sri Widowati lalu masuk ke dalam pucuk (menur) ga-pura yang ada di wilayah Negara Sela Perwata. Melihat kejadian itu, Prabu Dasamuka lalu memanggil raksasa Kala Darimuna dan Kala Darumkala, keduanya adalah raksasa pengikut Prabu Dasamuka yang sangat setia. Kedua raksasa tersebut di suruh mengawasi Ba-tari Sri Widowati yang berada di dalam menur gapura Sela Perwata, sewaktu-waktu Batari Sri Widowati pindah dari tempatnya, kedua raksasa tersebut di suruh melapor kepada Prabu Dasamuka. Se-dangkan Prabu Dasamuka sendiri pulang ke Negara Alengka sebab sudah lama meninggalkan kerajaan. Di Pertapan Cendana Setilar, Begawan Jamanendra se-dang di hadap oleh ketiga anaknya, yaitu Raden Kertawirya, raden Kerta Gunawan, Raden Kerta Suwaja. Begawan Jamanendra ber-sabda kepada ketiga putranya, bahwa ketiganya sudah cukup men-dapatkan pelajaran dari Begawan Jamanendra, oleh sebab itu ketiga putranya disuruh turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang sudah didapatnya. Lalu ketiganya mohon diri untuk turun gunung. Di perjalanan, ketiga satriya tersebut bertemu dengan Se-mar dan Bagong yang kebetulan disuruh Batara Wisnu mencari bibit calon raja, lalu ketiganya di ajak menghadap kepada Batara Wisnu. Di tangah hutan Indrasana, Batara Wisnu menerima kedatangan Se- 255mar dan Bagong yang di ikuti oleh ketiga orang satriya yang sangat tampan. Batara Wisnu menerima ketiganya dengan baik, maka sete-lah perkenalan, Batara Wisnu lalu bersemedi meminta kepada dewa-ta Agung supaya dikabulkan oleh dewata. Hutan Indrasana yang ta-dinya ditumbuhi oleh pepohonan yang lebat, seketika itu juga menja-di bentuk bangunan negara yang lengkap dengan segala isinya, lalu negara tersebut di beri nama: Negara Maespati. Karena Raden Ker-tawirya adalah saudara yang tertua di antara ketiga bersaudara, ma-ka Raden Kertawirya di angkat menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Kertawirya. Raden Kerta Gunawan menjadi patih di Negara Maespati bergelar Patih Gumiyatmaja. Sedangkan Raden Kerta Su-waja tidak mau menjadi pejabat negara dia ingin menjadi brahmana seperti ayahnya yaitu Begawan Jamanendra. Raden Kerta Suwaja lalu diperintahkan untuk menebang pohon jati (babat alas jati) yang tak jauh dari Negara Maespati. Setelah di tebang di dirikan sebuah bangunan pertapaan yang di beri nama Pertapaan Jatisrana atau pertapan Sulingga. Raden Kerta Suwaja menjadi brahmana bergelar Begawan Suwaja. Batara Wisnu akhirnya dapat menemukan calon ratu agung yang mampu dan sanggup membasmi sifat angkara mur-ka, karena angkara murka telah merusak jagad raya. Setelah mem-persiapkan segalanya, Batara Wisnu lalu mohon diri untuk kembali ke Kahyangan Nilawindu, sedangkan Semar dan Bagong ikut Prabu Kertawirya sebagai abdi dalem sekaligus sebagai pamong. Gambar 4.5 Begawan Suwaja 256 5.4.3 Lakon Icir Keraton (Berdirinya Negara Hastina). Sumber Buku “ Layang Kandha Kelir” serial Mahabharata. Di istana negara Gilingwesi, Prabu Resapada sedang diha-dap oleh Patih Gentayasa atau Gentawiyasa, beserta para pung-gawa sedang membahas adik Prabu Respada yang bernama Dewi Resweni yang dianggap sebagai perawan tua, meskipun banyak yang melamar tetapi belum mau berumah tangga. Selain itu, mereka membicarakan kedua anak Prabu Respada yang bernama Dewi Reswati, dan Dewi Resawulan yang sudah berangkat dewasa serta telah banyak yang melamar, tetapi kedua putri itu belum juga mau di-kawinkan sehingga membuat sedih Prabu Respada. Belum selesai berbicara tiba-tiba ada ta-mu bernama Raden Kus-wanalendra yang berniat meminta-minta kursi sing-gasana yang sedang didu-duki Prabu Respada. Ra-den Kuswanalendra keluar dan Prabu Respada me-nyuruh Patih Genthayasa untuk mengusir Kuswana-lendra karena meminta kursi yang di dudukinya di negara Gilingwesi. Patih Gethayasa keluar istana diikuti oleh para wadyaba-la. Sesampai di Alun-alun, Patih Genthayasa mene-mui Kuswanalendra dan menghimbau agar segera meninggalkan negara Gi-lingwesi supaya tidak me-nimbulkan keributan. Raden Kuswanalendra tidak bersedia pergi, bahkan berte-rus terang bahwa kedatangannya ini ingin menjadi raja di Negara Gi-lingwesi. Mendengar jawaban Raden Kuswanalendra, Patih Gentha-yasa sangat marah, sehingga terjadi pertempuran antara Patih Gen-thayasa melawan Raden Kuswanalendra. Patih Genthayasa kewa-lahan meladeni kesaktian Raden Kuswanalendra, segera ia menyi-apkan wadyabala. Raden Kuswanalendra dibantu oleh Raden Ber-janggapati, semar dan bagong. Raden Berjanggapati melepaskan pusaka neraca bala, sehingga terjadi hujan anak panah di alun-alun Negara Gilingwesi menghujani dan menyerang para wadyabala Ne-gara Gilingwesi. Akibatnya, banyak wadyabala yang tewas dan terlu-ka. Wadyabala Negara Gilingwesi mundur, namun terus diburu oleh Gambar 4.6 Kuswanalendra 257Raden Kuswanalendra beserta Raden Berjanggapati sampai ke da-lam istana. Di dalam istana Negara Gilingwesi, Prabu Respada menda-pat laporan Patih Genthayasa, bahwa para wadyabala Negara Gi-lingwesi tidak mampu menghadapi Raden Kuswanalendra dan Ra-den Berjanggapati. Prabu Respada merasa kawatir, lalu beliau me-merintahkan Patih Genthayasa untuk menyelamatkan dan mengung-sikan dewi Reswani dan segera meninggalkan istana Negara Giling-wesi. Segeralah mereka melarikan diri dari pintu rahasia. Setelah Patih Genthayasa dan dewi reswani meninggalkan istana, Raden Kuswanalendra datang beserta Raden Berjanggapati, Semar dan Bagong. Prabu Respada di tangkap Raden Kuswanalen-dra hendak dibunuhnya tetapi segera dicegah oleh Raden Berjang-gapati Semar dan Bagong. Raden Kuswanalendra tetap pada pendi-riannya, ingin menguasai kerajaan Negara Gilingwesi. Sebelum me-laksanakan niatnya membunuh Prabu Respada, tiba-tiba datanglah dewi Resawati dan Resawulan, memohon kepada Raden Kuswana-lendra agar sudi melepaskan Prabu Respada, mereka berdua sang-gup menggantikan hukuman ayahnya. Melihat kecantikan kedua ga-dis tersebut, Raden Kuswanalendra mengurungkan niatnya untuk membunuh Prabu Respada. Sebagai gantinya dewi Resawati dan Resawulan akan dikawinkan dengan Raden Kuswanalendra dan Ra-den Berjanggapati. Kedua putri itu menyanggupinya. Akhirnya Prabu Respada diampuni, tetapi tidak berkuasa lagi di Negara Gilingwesi, Prabu Respada juga sanggup. Selanjutnya Raden Kuswanalendra menikah dengan dewi Resawati, dewi Resawulan menjadi istri Ra-den Berjanggapati. Raden Kuswanalendra menggantikan kedudukan Prabu Respada sebagai raja Negara Gilingwesi bergelar Prabu Kus-wanalendra. Melihat kajadian itu, Semar dan Bagong tidak berkenan dengan apa yang telah dilakukan oleh Raden Kuswanalendra karena telah meninggalkan watak satriya, maka Semar dan Bagong mening-galkan Negara Gilingwesi, mencari kerabat keturunan kasutapan. Diceritakan, Patih Genthayasa yang mendapat perintah me-ngungsikan Dewi Resweni telah sampai di tengah hutan, mereka beristirahat karena kelelahan berlari. Setelah hilang rasa lelahnya Patih Genthayasa mendekati Dewi Resweni dan menyatakan cinta-nya kepada Dewi Resweni. Mendengar pernyataan Patih Genthaya-sa Dewi Resweni terkejut dan merasa risih jika berdekatan dengan Patih Genthayasa, maka Dewi Resweni melarikan diri menghindar dari Patih Genthayasa. Patih Genthayasa berusaha mengejarnya. Dalam pelarian itu, Dewi Resweni memasuki wilayah Pertapaan Te-jageni. Di Pertapaan Tejageni, Begawan Bahusena sedang me-ngasuh putranya yang bernama Raden Bahusancana atau Raden Mandrabahu. Diceritakan, setelah Begawan Sekutrem dan Begawan Sakri meninggal dengan keadaan hilang bersama raganya (Mekrat), 258 Pertapaan Tejageni menjadi kosong. Oleh karena itu, Batara Narada menurunkan putra Prabu Harjuna Wijaya yang bernama Raden Ba-husena. Semasa hancurnya negara Mahespati, Bahusena masih ke-cil. Saat ini Bahusena diserahi tugas untuk membangun Pertapaan Tejageni dan bergelar Begawan Bahusena. Sebagai upah Bahu-sena dinikahkan dengan bida-dari yang sangat cantik berna-ma Dewi Mandrawati putri Bata-ra Sukra. Sudah menjadi ke-hendak Batara Agung, bahwa dewi Mandrawati meninggal du-nia ketika malahirkan Raden Mandrabahu. Dengan perasaan sedih Begawan Bahusena ber-usaha membesarkan Raden Mandrabahu sendirian tanpa is-trinya. Saat termenung memi-kirkan nasibnya, Begawan Ba-husena di kejutkan oleh suara orang bersendau gurau. Bega-wan Bahusena sambil meng-gend Mandrabahu mendekati suara itu. Kiranya setelah me-ninggalkan negara Gilingwesi Semar dan Bagong tersesat sampai di Pertapaan Tejageni. Mereka berkenalan, Begawan Bahusena menyatakan, bahwa ia sebetulnya putra raja Mahespati, putra Prabu Harjuna Wija-ya yang dilahirkan oleh dewi Srinadi. Mendengar keterangan Bega-wan Bahusena, Semar dan Bagong merangkul Begawan Bahusena sambil menangis. Setelah reda tangisnya, Semar bercerita, bahwa ia dulu bekas Abdi Prabu Harjuna Wijaya. Sebetulnya Prabu Harjuna Wijaya mempunyai dua putra yang dilahirkan oleh kedua istrinya. Dewi Citrawati malahirkan Raden Kusumacitra yang sewaktu keru-suhan terjadi di selamatkan Semar dan Bagong, dan yang satu lagi Raden Bahusena yang dilahirkan oleh Dewi Srinadi, yang pada wak-tu terjadi kerusuhan masih bayi dan diberitakan hilang. Kiranya hi-langnya Raden Bahusena pada waktu itu diambil oleh dewata. Bega-wan Bahusena membenarkan cerita Semar itu setelah jelas perso-alanya. Semar dan Bagong bersedia mengikuti Begawan Bahusena bertempat tinggal di Pertapaan Tejageni. Semar dan Bagong mem-bantu mengasuh Raden Mandrabahu. Setelah beberapa hari di Pertapan Tejageni, Semar dan Bagong dipanggil Begawan Bahusena untuk diajak berunding. Ber-hubung Raden Mandrabahu sudah besar, maka Begawan Bahusena Gambar 4.7 Begawan Sakri 259ingin menebang hutan dan membangun suatu negara yang nantinya akan diberikan kepada Raden Mandrabahu. Semar dan Bagong sa-ngat setuju dengan rencana Begawan Bahusena itu, maka mereka segera mengadakan persiapan untuk mencari hutan mana yang hen-dak di tebang. Gambar 4.8 Bagong dan Semar Belum sampai berangkat, tiba-tiba mereka mendengar sua-ra jeritan minta tolong. Begawan Bahusena mencari suara itu, tam-pak dari kejauhan Dewi Resweni sedang berlari dikejar Patih Gen-thayasa. Sesampai di hadapan Begawan Bahusena Dewi Resweni menangis minta pertolongan, dijelaskan bahwa ia dipaksa Patih Genthayasa hendak diperistri, maka bila Begawan Bahusena sang-gup menolong, Dewi Resweni bersedia menjadi istri Begawan Bahu-sena. Dewi Resweni lalu diajak masuk ke dalam pertapaan. Melihat Dewi Resweni ada yang menolong, Patih Genthayasa menjadi ma-rah, sehingga terjadi pertempuran antara Begawan Bahusena mela-wan Patih Genthayasa. Patih Genthayasa kalah, lalu menyerah dan minta ampun kepada Begawan Bahusena. Begawan Bahusena me-maafkan Patih Genthayasa dengan sarat Patih Genthayasa tidak bo-leh mengganggu Dewi Resweni, sebab Dewi Resweni akan menjadi Next >