< Previous 180 dari 227 dengan koefisien keseluruhan yang lebih tinggi. Bahan ini secara khusus dirancang dengan komposisi polimer dengan hollow glass atau microsphere silicate yang juga relatif mahal secara keseluruhan. Sistem pipe ini pipe (PIP) dapat digunakan dengan berbagai macam bahan insulasi, namun poly urethane foam dengan densitas rendah yang paling umum digunakan. Pembuatan sistem PIP ini memberikan berbagai pilihan termasuk menyuntikkan agen busa ke dalam anulus atau mengikat pre molded half shells ke dalam flowline dengan pipa pembawa meluncur ke tempatnya. Instalasi sistem PIP ini memiliki keuntungan yaitu bisa diuji di lapangan secara keseluruhan. Kesulitan penginstalan PIP ini adalah water tight bulkheads yang diperlukan untuk melindungi sebagian besar bahan insulasi ketika terjadi kebocoran pada pipa pembawanya, keterbatasan dalam meletakkan PIP di laut (deep-offshore) terutama adalah karena beratnya, pemeliharaan dan perbaikan PIP pun sangat sulit. Seperti PIP sistem bundel bisa menggunakan bahan insulasi dengan kepadatan yang rendah dan konduktifitas termal yang rendah. Bundel dapat memberikan koefisien perpindahan panas secara keseluruhan yang paling rendah. Desain bundel sangat fleksibel dan memungkinkan desain dengan berbagai konfigurasi termasuk pengelompokan pipa bersama-sama untuk membantu menjaga panas. Kelemahan utama dari bundel adalah hal yang berhubungan dengan instalasinya. Tempat yang dibuat untuk fabrikasi bundel memerlukan daerah bentangan yang luas dan rata untuk pembangunan bagian-bagiannya (subtalks). Bagian-bagian bundel dapat dibuat dengan panjang hingga 7 km dan terbatas pada metode derek untuk instalasi. Waktu yang lumayan lama juga dibutuhkan untuk menggabungkan bagian bundel, yang dapat membuat instalasi pipa yang panjang 181 dari 227 tersebut menjadi sangat mahal. Pemeliharaan sistem bundel juga bisa menjadi sulit. Deteksi kebocoran pipa pun hampir mustahil hingga terjadinya kerusakan jangka panjang yang terjadi pada insulasi. Kerusakan menjalar ke keseluruhan bundel karena kurangnya water tight bulkheads, dimana satu-satunya pilihan untuk memperbaikinya adalah pergantian subtalks. Resiko yang terjadi terkait dengan insulasi antara lain : 1. Degradasi kinerja termal dari bahan insulasi misalnya karena adanya resapan air masuk ke insulasi 2. Sambungan sambungan di lapangan yang buruk atau tidak memperhitungkan kehilangan panas yang lebih besar terkait dengan sambungan tersebut. Sambungan di lapangan berpotensi meningkatkan koefisien perpindahan panas keseluruhan pada panas flowline hingga 20 persen. 3. Kurangnya validasi lapangan 4. Kinerja yang buruk dapat menyebabkan pembuangan lebih awal atau perbaikan/pergantian yang lebih mahal. 5. Kehilangan panas konvektif tidak diperhitungkan dalam desain, hal ini dapat terjadi dalam bundel, menara riser dan flowline yang ditanam. [12]. Wax Deposit Burger, E.D, et.al, pada studies of wax depositions in the Trans Alaska pipeline menyebutkan beberapa karakteristik sifat wax, dimana deposit crude wax/parafin yang terakumulasi pada flowline terdiri dari kristal 182 dari 227 kecil wax dengan bentuk partikel granular seperti garam dapur, parafin yang terdeposit terdiri dari gum, resin, material asphaltic, crude oil, sand silt. Pada proses pembentukan deposit wax, temperatur interface yang berada pada lapisan liquid (crude oil) – deposit, Td, merupakan suhu cair atau leleh dari crude oil tersebut. Berdasarkan studi pemodelan bahwa singh et al mengestimasikan Td melalui pendekatan WAT (waxy appereance temperature) saat tebal lapisan deposit berhenti terbentuk, dimana Bidmus dan Mehrotra secara eksperimental memverifikasi bahwa Td dan WAT merupakan nilai yang sama pada keadaan pseudo steady state. [8]. Chemical inhibitor for wax 1. Depresant untuk menurunkan pour point dari crude oil yaitu campuran dari copolymer teraminasi and the campuran ethylene–vinyl acetate copolymers (EVA) . copolymer yang mengalami proses aminasi disynthesiza dengan amination of terpolymer copolymerized dengan monomers octadecyl acrylate, maleic anhydride, and vinyl acetate. Lebih lanjut, copolymer yang mengalami aminasi diuji karakteristik menggunakan Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy, 1H nuclear magnetic resonance (1H NMR), and gel permeation chromatography (GPC). Interaction antara components of the crude oil and depresan tersebut dianalisa dengan menggunakan FTIR, differential scanning calorimetry (DSC), and cross-polarized light microscopy. Hasilnya menunjukkan bahwa depresan dapat membentuk asphaltene–PPD (depresan)–resin agglomerates. Agglomerates yang baru terbentuk menjadi nucleator efisien dari crude oil yang berikatan dengan (depresan) PPD. Hal ini menyebabakan process dari wax crystallization terjadi penurunan pour point dari crude oil. 183 dari 227 2. Terdapat turunan polimer, maleic anhydride co-polymer dan turunannnya dengan perbedaan kepolaran dan/atau cincin aromatic yang tersintesa, dimana aditives dapat diuji karakteristiknya menggunakan Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy and gel permeation chromatography (GPC). Differential scanning calorimetry (DSC) and polarizing light microscopy dapat digunakan untuk melihat interactions antara additives and wax crystals. Terdapat empat polymeric additives yang efficiency sebagai flow improvers in CQ crude oil. Terjadi penurunan pour-point and rheological parameters setelah penambahan additive . Polymer terdiri dari aromatic dapat menekan pour point sebanyak 19 °C dan menurunkan yield stress sebagai viscosity menjadi lebih besar. 3. Type terbaru dari comb- co-polymers turunan dari poly(maleic anhydride-co-α-olefin-co-styrene) (MASC) dengan ratio yang berbeda dari styrene/α-octadecene yang mengalami sintesa. 1H nuclear magnetic resonance (NMR) spectra dapat digunakan untuk menguji karakteristik structure kimia co-polymers. Tes solubility dan melting point dilakukan juga untukpengujian dari MASC co-polymers. Effect dari co-polymers adalah pada yield stress dari model oils dengan atau tanpa asphaltenes (reologinya). Pembentukan wax crystals dapat dilihat dari polarizing light microscopy. Dengan adanya addition of MASCs pada model waxy oil, yield stresses mengalami penurunan dengan kenaikan dari aromatik units pada cincin MASC sementara terjadi kenaikan pada penambahan 0.1% asphaltenes. Pembentukan model waxy oil with 0.1% asphaltenes juga berubah denganadanya kandungan aromatic units dalam MASC. A Semakin banyak kandungan aromatic units pada MASC dan akan menyebabkan semakin sedikit terbentuknya wax crystals. 184 dari 227 BAB III PENANGGULANGAN LIMBAH PRODUKSI MINYAK BUMI 1.1 Pendahuluan Di dalam operasi produksi air buangan (wastewater) sangat penting untuk ditangani dimana air tersebut meliputi air dari hasil pemisahan crude oil, air hujan, dan air cucian/buangan. Air ini harus dipisahkan dari minyak (crude oil) dan dibuang dengan mengacu peraturan atau regulasi yang diberlakukan. Untuk lokasi lepas pantai biasanya dibuang langsung ke laut tapi buangan ini harus memenuhi peraturan atau regulasi yang diberlakukan. Aturan yang berlaku yang harus dipenuhi atau ditaati adalah 15 mg/l untuk di lingkungan darat sedangkan untuk lepas pantai sekitar 50 mg/l. Pada Tabel -1 terdaftar beberapa metoda dan peralatan yang digunakan untuk proses produced water treatment. Gambar 1 menunjukkan bentuk produced water treatment system. Produced water selalu merupakan salah satu bentuk perawatan utama dalam proses pemisahan dan pembuangan air di lapangan operasi produksi. Proses ini bias dilakukan dengan beberapa peralatan seperti sebuah skim tank, skim vessel, CPI, crossflow separator atau flotation unit semua ini mungkin dibutuhkan untuk proses di lapangan. Pada lokasi lepas pantai, produced water dapat dibuang secara langsung setelah dilakukan perawatan, atau 185 dari 227 dialirkan melalui disposal pile atau skim pile. Sedangkan di lokasi darat (onshore), air akan di injeksikan ke dalam formasi melalui sumur pembuangan (disposal well). Untuk pertimbangan keamanan (safety), di lokasi offshore dilakukan melalui jaringan/line tertutup (closed drains), dan dilewatkan ke vessel bertekanan terlebih dahulu sebelum masuk ke atmospheric tank atau pile. Adapun peralatannya bisa menggunakan sebuah skim vessel, crossflow separator, atau CPI di dalam vessel bertekanan. Tabel – 1 Peralatan Perawatan Air Terproduksi (Produced-Water) Metoda Tipe Peralatan Kemampuan minimum memindahkan ukuran butiran Pemisahan secara Graviti (gravity separation) Skimer tanks and Vessels 100 - 150 API Separator Disposal Piles Skim Piles Penggabungan dengan (Plate Coalescence) Parallel Plate Interceptors 30 - 50 Corrugated Plate Interceptors Cross-Flow Separators Mixed-Flow Separator Perolehan yang Precipitators 10-15 186 dari 227 ditingkatkan (Enhanced Coalescence) Filter/Coalescers Free-Flow Turbulence Coalescers Pengapungan Gas (Gas Floatation) Dissolved Gas 15 - 20 Hydrawlic Dispersed Gas Mechanical Dispersed Gas Pemisahan yang ditingkatkan secara gravity (Enhanced Gravity Separation) Hydrocyclones 5-15 Centrifuges Penyaringan (Filtration) Multi-media 1+ Membrane 187 dari 227 Gambar – 1. Typical produced-water treating system. 188 dari 227 1.2 Metode Pemisahan Semua fungsi peralatan water treating akan berguna untuk memisahkan butiran-butiran minyak yang ada di dalam fasa kontinyu air. Didalam unit pemisahan yang secara gravitasi, perbedaan sepesifik gravity adalah sangat penting karena akan menyebabkan minyak mengapung ke permukaan secara cepat dan baik. Butiran-butiran minyak merupakan fasa diskontinyu yang tersebar di dalam fasa kontinyu air. Butiran-butiran minyak adalah sebagai subyek utama yang tersebar dan akan menyatu selama mereka mengalir melalui sumur ke permukaan melalui choke, flowline, control valve dan peralatan proses. 1.2.1 Hukum Stoke Ketika suatu energy yang diberikan ke dalam system semakin besar maka butiran-butiran yang kecil akan semakin banyak terbentuk dan tersebar di dalam fasa kontinyu air. Namun ketika energy yang diberikan rendah, maka butiran-butiran yang ukurannya kecil tadi akan berkumpul dan menyatu. Peralatan perawatan air (water treating equipment) yang paling umum digunakan adalah yang menggunakan gaya gravitasi dalam proses pemisahannya. Butiran-butiran minyak yang tersebar di dalam fasa kontinyu air menjadi lebih ringan, butiran minyak yang mempunyai daya apung berusaha berpisah dari air dan bergerak kepermukaan. Gerakan butiran minyak ini dilawan oleh gaya tarik yang disebabkan oleh gerakan ke atas melewati air. Ketika dua gaya sama, maka kecepatan tetap (constant) 189 dari 227 dicapai, yang mana kecepatan ini digambarkan dari hukum stoke (Stokes' Law): Vt = 1,78 x 10 Dimana: Vt = terminal settling velocity, ft/s dm = diameter of the oil droplet, micron ∆S.G. = difference in specific gravity of oil and water µ = viscosity of the water continuous phase, cp Next >