< Previous 14 2.3 FUNGSI TAMBAHAN 1. Meminimalkan kerusakan lubang bor 2. Mengontrol korosi 3. Meminimalkan Loss sirkulasi 4. Menurunan kemungkinan stuck pipe 5. Meminimalkan kemungkinan pressure loss 6. Meningkatkan laju penembusan (ROP) 7. Meminimalkan pengaruh pada lingkungan 8. Meningkatkan keamanan dan keselamatan 2.3.1. Meminimalkan kerusakan lubang bor Kerusakan formasi produktif dapat terjadi akibat lumpur yang buruk. Kerusakan yang terjadi : migrasi butiran halus invasi padatan perubahan wettability Mengontrol korosi Corrosion control dapat menurunkan kegagalan drill string dengan cara menghilankan atau menetralkan kontaminasi zat corrosive Produk pengontrol korosi khusus perlu ditambahkan pada lumpur Gambar 2.1. Electrochemical Corrosion Cell 15 2.3.2. Meminimalkan Loss sirkulasi Kehilangan lumpur melalui rekahan rekahan dapat menimbulkan biaya mahal dan adanya resiko terjadi blow out, stuck pipe dan kerusakan formasi. Pemilihan lumpur dengan densitas yang rendah dapat mengurangi resiko ini Tipe tipe zona loss sirkulasi dapat dilihat pada gambar gambar 2.2. Gambar 2.2. Macam-macam Loss Sirkulasi 2.3.3. Menurunan kemungkinan stuck pipe Pipe sticking dapat terjadi karena beberapa faktor : – Pembersihan dasar sumur yang buruk – Hole sloughing – Loss sirkulasi – Differential pressure sticking – Key seating 16 Differential Pipe sticking dapat dikenali ketika pipa bor tidak dapat diputar atau dinaik-turunkan tetapi sirkulasi lumpur berlangsung nornal dengan tekanan yang juga normal. Kondisi-kondisi yang menyumbang terjadinya differential pipe sticking adalah: Permeabilitas formasi yang tinggi Sudut kemiringan lubang pemboran Sifat filtration lumpur yang buruk Geometri pipa bor dan lubang sumur Masa/waktu drill string tidak bergerak(pipe connection, bit trips, running logging). Gambar 2.3. Differential pressure sticking 17 Gambar 2.4 Differential Pressure Sticking 2.3.4. Meminimalkan kemungkinan pressure loss Penggunaan peralatan permukaan dapat dikurangi dengan mendesain lumpur minim loss yang meningkatkan efisiensi dari tenaga hidraulic Gambar 2.4. Loss Circulation 18 Gambar 2.5. Kerusakan yang Terjadi pada Pori Batuan 2.3.5. Meningkatkan laju penembusan (ROP) Penggunaan lumpur yang sesuai dapat meningkatkan laju penembusan dan mengurangi waktu pemboran serta mengurangi problem selama operasi pemboran. Peningkatan laju pemboran juga dapat mengurangi biaya 2.3.6. Meminimalkan pengaruh pada lingkungan Lumpur yang sesuai dapat mengurangi pengaruh buruk pada lingkungan sebagai akibat dari penggunaan lumpur bor. Pencemaran pada kasus seperti tumpahan, reklamasi dan biaya pembuangan dapat ditekan dengan kontrol lumpur yang baik. 2.3.7. Meningkatkan keamanan dan keselamatan Fluida pemboran perlu perancangan dalam hal keamanan akibat tekanan formasi dan akibat dari adanya H2S. 19 2.4 KONTAMINAN FLUIDA PEMBORAN Kontaminan adalah segala sesuatu ternasuk didalamnya, atom/ molekul / compound / senyawa / partikel padatan yang mampu merubah sifat fisika kimia pada fluida yang asli baik berasal dari formasi ataupun dari permukaan semaktu sirkulasi berlangsung. PENGELOMPOKAN KONTAMINAN 1. KONTAMINAN PRIMER Kontaminan utama dalam pengeboran adalah dari serbuk bor (cutting) saat drilling dari ukuran sebuk yang besar diatas 144 micron sampai 2 mikron dan semen 2. KONTAMINAN SEKUNDER Kontaminan tingkat sekunder adalah berupa serbuk bor yang lebih halus ber ukuran koloid atau super mikro <2 micron 3. KONTAMINAN TERSIER Kontaminan tingkat tersier adalah kontaminasi yang berasal dari air formasi, gas dan minyak yang mengalir bercampur lumpur. Selain dari pada itu dapat pula karena bakteri Organik dan Unorganik. 2.5 PENCEGAHAN DAN MENGATASI KONTAMINAN PENCEGAHAN DAN MENGATASI DENGAN PERALATAN MEKANIS Pencegahan dan mengatasi dengan sistem ini adalah dengan memisakan dan membuang drill solid. Pemisakan ini yang paling edial adalah membuang seluruh drill solid demikian pertama kali akan masuk tangki lumpur yaitu di shale shaker. Tetapi bila drill solid lolos di shale shaker maka tahap berikutnya diupayakan pemisahan lagi walau berakibat terjadi 20 penurunan ukuran / pecah akibat adanya aliran turbulensi saat proses pemisahan. Adapun peralatan tersebut adalah: Sand trap Desander Desilter Mud cleaner ( mud conditioner) Centrifuge Cutting Dryer Cooling Tower 2.6 DAMPAK BURUK DARI DRILL SOLID PADA SIFAT LUMPUR. Menaikkan Density lumpur Menaikkan Viscosity Menambah Filtrate lost dan tebal dari Mud Cake Menaikkan Solid Content Meningkat biaya lumpur Karena waterloss besar, mud cake jadi tebal, sehingga lebih tinggi resiko terjadi Differential Sticking, resiko swab effect, well kick dan dinding lubang borrutuh Torsi dan sangkutan meningkat Erosi dipermukaan peralatan meningkat Menurunkan Usia Bit Meningkat resiko Lost Circulation 21 Menurunkan ROP Menigkatkan resiko Formation Damage Cement Job jelek Meningkatan problem dampak lingkungan Peralatan Pengendali Solid Dengan Mechanical Separation Gumbo Chain (Gumbo adalah hydrated clays dalan ukuran besar) Shale shaker Sand trap (settlement) Degasser Desander Desilter dan mud cleaner Centrifuge 22 Kerjakan Soal – soal berikut ini 1. Tuliskan rumus tekanan hidrostatik ! 2. Salah satu fungsi lumpur adalah menahan tekanan formasi , bagaimanakah jika fungsi tersebut gagal dijalankan ? 3. Sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi cutting transport ! 4. Lumpur harus memiliki sifat mengapungkan material, Jelaskan ! 5. Bagaimana untuk meminimalkan loss sirkulasi ? 23 BAB III TYPE-TYPE LUMPUR PEMBORAN. Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran. Lalu dengan berkembangnya teknologi pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran. Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, serta tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan,kerja ulang) kita mengenal type/sistem lumpur yang berbeda-beda pulaseperti: 1. Sistem Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat terbatas. 2. Sistem Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubang yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin 3. Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistem Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena menyerap air. 4. Sistem Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi pembasahan formasi oleh air. 5. Sistem Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistem ini dapat ditingkatkan kemampuannya dengan Next >