< Previous 277 1.Lumut (Bryophyta) Pada lumut, generasi gametofit merupakan generasi yang lebih dominan dibandingkan dengan generasi sporofit. Lumut yang kalian lihat sehari-hari umumnya berada dalam generasi gametofit. Generasi ini mempunyai masa hidup yang panjang, ukurannnya lebih besar daripada generasi sporofit. Generasi sporofit pada lumut bergantung pada generasi gametofit dalam hal makanan, masa hidupnya lebih pendek. Contoh lumut misalnya Marchantia (lumut hati/liverwort), Anthoceros (lumut tanduk/hornwort), dan Polytrichum (lumut daun/mosses) (Gambar 8.34). Lumut termasuki tumbuhan pionir dalam ekosistem dan secara kolektif dapat berfungsi sebagai reservoir karena memiliki kantung-kantung untuk menampung air. Selain itu di Amerika Utara, biomassa lumut juga dimanfaatkan sebagai sumber energi penghasil panas. Gambar 8.34. Keanekaragaman lumut, (a) lumut hati, (b) lumut daun, (c) lumut tanduk (Campbell, 2006). 2.Paku-pakuan (Pteridophyta) Tumbuhan paku-pakuan adalah tumbuhan berpembuluh yang berkembangbiak dengan spora. Tubuh tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun. Tumbuhan ini tidak memiliki bunga maupun biji. Paku-pakuan dapat hidup di tanah, air, pada cabang pohon (epifit), bahkan dapat menempel di bebatuan. Paku yang hidup di tanah ada yang menyukai tempat yang lembab dan terlindung ada juga yang hidup di daerah terbuka dan panas. Paku epifit banyak dijumpai di hutan-hutan dengan penyinaran matahari yang tak terlalu 278panas. Anggota paku air tidak sebanyak paku tanah dan epifit, hidup mengapung bebas di air atau berakar dalam tanah tapi sebagian tubuhnya terdapat di air. Tumbuhan paku mempunyai daerah penyebaran yang luas, dari tepi pantai sampai pegunungan, bahkan di daerah dingin atau dekat kawah. Di daerah pegunungan keragamannya jauh lebih banyak dibandingkan di dataran rendah. Bila kalian jalan-jalan ke hutan kalian dapat menjumpai berbagai tumbuhan paku misalnya paku kawat (Lycopodium), paku gajah (Angiopteris), paku pohon (Dicksonia dan Cyathea), paku rane (Selaginella) dan berbagai suplir (Adiantum) (Gambar 8.35). Tumbuhan paku telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai tanaman hias, obat-obatan, media tumbuh anggrek, sebagai sayuran, bahkan batangnya dapat digunakan sebagai penyangga rumah (jenis paku pohon). Gambar 8.35. Tumbuhan paku (Pteridophyta) (Campbell, 1997). 3.Gymnospermae Kelompok Gymnospermae yang dominan pada saat sekarang adalah konifer (tumbuhan berbiji terbuka yang menghasilkan kerucut), contohnya pohon pinus. Pohon pinus berdaun seperti jarum tahan terhadap kekeringan karena mempunyai sedikit area permukaan untuk transpirasi. Kutikula yang tebal yang menutupi permukaan daun juga membantu menahan air. Pohon pinus termasuk generasi sporofit, generasi gametofitnya tumbuh di dalam kerucutnya. Terdapat dua macam kerucut, kerucut betina berukuran lebih besar daripada kerucut jantan, mempunyai sisik yang keras, masing-masing sisik membawa sepasang bakal biji (ovul). Kerucut jantan umumnya kecil, lebih lunak dibanding kerucut betina dan masa hidupnya pendek. Gametofit jantan (butir pollen) berkembang dari spora. Bila kerucut 279jantan matang, sisiknya terbuka dan melepaskan jutaan pollen. Pada butir pollen, terdapat sel yang akan berkembang menjadi sperma. Sperma memerlukan waktu berbulan-bulan untuk berkembang di dalam butir pollen. Pembuahan baru akan terjadi lebih dari setahun sejak terjadinya penyerbukan. Setelah pembuahan, keseluruhan ovul berkembang menjadi biji. Biji mengandung cadangan makanan untuk perkembangan embrio, mempunyai kulit biji yang kuat. Pada pinus, biji dilepaskan dari kerucut betina sekitar dua tahun setelah penyerbukan. Gymnospermae dibedakan ke dalam empat divisi, yakni Coniferophyta, Cycadophyta, Ginkgophyta, dan Gnetophyta (Gambar 8.36). Dari keempat divisi ini yang terbesar adalah Coniferophyta, yaitu konifer. Konifer mendominasi hutan di belahan bumi utara. Hampir semua konifer adalah evergreen (selalu hijau, tidak gugur). Divisi Cycadophyta menyerupai palem, memiliki biji terbuka yang terdapat dalam sporofil, yaitu daun yang terspesialisasi untuk reproduksi. Ginkgo adalah satu-satunya spesies yang masih hidup dari divisi Ginkgophyta. Tumbuhan ini memiliki daun seperti kipas yang warnanya berubah keemasan dan rontok pada musim gugur, suatu sifat yang tidak umum pada Gymnospermae. Divisi Gnetophyta terdiri atas tiga genus, yang kemungkinan tidak berkerabat dekat satu sama lain, contohnya Gnetum gnemon (melinjo), tumbuh di daerah tropis. Berbagai manfaat diperoleh dari Gymnospermae antara lain penggunaan batang pohon sebagai bahan bangunan, sebagai bubur kertas, penghasil resin, bahan makanan, obat-obatan, dan lain-lain. 4.Angiospermae Saat ini Angiospermae merupakan tumbuhan yang keanekaragamannya paling tinggi dan secara geografis tersebar palinh luas. Dewasa ini dikenal sekitar 250.000 spesies Angiospermae, mencakup hampir 80% dari semua tumbuhan. Angiospermae mensuplai hampir semua makanan kita dan juga serat untuk tekstil. Butir-butir sereal, meliputi gandum, jagung, serta buah-buahan seperti halnya mangga, jeruk, pepaya, juga sayuran, rami, kapas, semuanya merupakan tumbuhan Angiospermae. Kita juga menanam Angiospermae untuk mendapatkan obat-obatan, bahan parfum, pewarna, pemanis, bahan penyamak kulit, dan lain-lain 280 Gambar 8.36. Keanekaragaman Gymnospermae (Campbell, 2006). Ada beberapa adaptasi unik untuk keberhasilan Angiospermae. Daun-daun dari kebanyakan spesies lebar dan rata, suatu bentuk yang membuat mereka menjadi pengumpul energi matahari yang efektif. Semua Angiospermae ditempatkan dalam satu divisi tunggal, Anthophyta (Yunani:Antho=bunga;phyta=tumbuhan). Anthophyta dibagi menjadi dua kelas: Monokotiledon (monokotil), dan Dikotiledon (dikotil), terutama berdasarkan jumlah keping bijinya (kotiledon) (Gambar 8.37). Contoh-contoh monokotil adalah anggrek, palem, rumput-rumputan, dan lain-lain, contoh dikotil meliputi kacang-kacangan, tumbuhan bergetah, tanaman hias, dan lain-lain. 281 Gambar 8.37. Keanekaragaman Angiospermae (Campbell, 2006).. Gambar 8.38. Perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil. (Campbell, 2006). 8.9. Pertanian organik Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintesis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan 282back to nature telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk sintesis, pestisida kimia, dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Pertanian organik adalah teknik budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintesis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya, serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik. Kelimpahan sinar matahari, ketersediaan air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, mendukung potensi pertanian organik yang sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomi tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Peluang pertanian organik di Indonesia Luas lahan yang tersedia untuk lahan organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun. Di samping itu, volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplai oleh Negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian 283organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan, dan Korea. Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain : 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut. Areal tanam pertanian organik di negara Australia dan Ocenia mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing 4,2 juta; 3,7 juta dan 1,3 juta ha. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif rendah, yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta ha (tabel 8.6). Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar produk pertanian internasional di samping produk peternakan. Tabel 8.6.Luas areal tanam lahan pertanian organik di dunia No Nama negara Luas areal tanam (juta ha) 1 2 3 4 5 6 Australia dan Ocenia Eropa Amerika latin Amerika utara Asia Afrika 7,70 4,20 3,70 1,30 0,09 0,06 Sumber : IFOAM, 2002; PC-TAS, 2002 Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komperatif yang ada, antara lain : 1) Banyak sumber daya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem dan teknologi untuk mendukung pertanian organik seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain. Pengembangan pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas–komoditas eksotik seperti sayuran,hasil perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah, perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar ke dua setelah Brasil, tetapi sangat disayangkan di pasar internasional kopi Indonesia belum memiliki merek dagang. Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani 284seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga pertanian tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani. Petani organik modern Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintesis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, biologi molekuler, biokimia dan lain-lain. Pertanian organik terus berkembang. Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu yang diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Seringkali satu produk organik harus dikembalikan ke negara pengekspor, termasuk ke Indonesia, karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya. Banyaknya produk-produk yang diklaim sebagai produk pertanian yang tidak disertifikasi membuat keraguan dipihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria sebagai berikut: a). sertifikasi lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentolerir penggunaan pupuk kimia sintesis dalam jumlah yang minimal atau low external input sustainable agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintesis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh departemen pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait. b) sertifikasi internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri. Misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL maupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain ialah masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik. Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, 285hortikultura, perkebunan, tanaman rempah-rempah, tanaman obat-obatan serta peternakan (tabel 8.7). Menghadapi era perdagangan bebas (tahun 2010), diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional. Table 8.7. Komoditas produk unggulan dengan sistem pertanian organik No Kategori komoditi 1 2 3 4 5 tanaman pangan padi hortikultura sayuran :brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. buah-buahan: nangka, durian, salak, mangga, jeruk, dan manggis. perkebunan kelapa, pala, jambu, mete, cengkeh, lada, vanilli, dan kopi. rempah dan obat: jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya. peternakan susu, telur dan daging Bagaimana mengenali produk organik di pasaran? Ada pendapat bahwa untuk mengenali produk organik dapat dilihat dari penampakan daun, buah atau batang tanaman. Bila terdapat lubang atau berulat, menandakan bahwa tanaman tersebut menggunakan hanya sedikit atau tanpa pestisida, karena biasanya sayuran yang betul-betul mulus tanpa cela menunjukkan si petani menggunakan pestisida berlebihan. Sebaliknya sayuran yang daunnya berlubang atau batangnya berulat menandakan petani menggunakan hanya sedikit atau tanpa pestisida. Sayuran organik seperti kacang panjang, buncis dan wortel terasa manis dan renyah, kesegarannya juga lebih tahan lama. Sedangkan, nasi yang berasal dari beras organik beraroma wangi, empuk dan lebih awet. Tetapi dari fakta lapangan menunjukkan bahwa budidaya pertanian dapat menghasilkan produk yang mulus, tidak berlubang, tidak berulat bila proses perawatan dan monitoringnya dilakukan dengan baik. Selain itu produk organik yang dipasarkan tidak hanya produk pertanian segar, tetapi juga terdapat produk segar (olahan) dari ternak atau perikanan. Cara di atas hanya memberikan informasi awal untuk mengetahui keorganikan produk, tetapi bukan jaminan keorganikan produk organik. Bagaimana menentukan keorganikan produk organik? Keyakinan dan kepercayaan menjadi landasan konsumen memilih produk organik. Keorganikan suatu produk organik ditentukan bukan 286berdasarkan produknya tetapi bagaimana produk tersebut diproses (organically produced). Konsumen sebaiknya mengetahui bagaimana proses untuk menghasilkan produk organik yang di konsumsi dengan berkunjung ke lahan budidaya pertanian organik, sehingga konsumen menjadi yakin dan percaya, bahwa produk tersebut benar-benar organik. Bagaimana mengetahui keorganikan produk organik bila jarak konsumen dan produsen jauh sehingga konsumen tidak mengetahui siapa dan bagaimana proses produksinya? Jika produsen memiliki orientasi pemasaran yang makin luas (pasar nasional atau ekspor), dan konsumen tidak dapat diorganisir secara langsung, maka diperlukan sertifikasi atau pelabelan produk organik untuk memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk tersebut benar-benar organik. Apa sertifikasi organik itu? Proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada disebut dengan sertifikasi organik. Apabila memenuhi prinsip dan kaidah organik, produsen dan atau pengolah akan mendapatkan sertifikasi organik dan berhak mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan dan pada bahan-bahan publikasinya. Apakah untuk menentukan keorganikan produk diperlukan pengujian laboratorium? Pengujian laboratorium untuk menentukan keorganikan produk organik diperlukan bila terdapat kecurigaan terjadinya praktek yang melanggar prinsip dan kaidah pertanian organik yang dilakukan pada proses budidaya atau pada proses pengolahan produksi. Bila dilakukan pengujian laboratorium, contoh uji bukan hanya pada produk akhir saja, tapi juga air dan tanah yang dipergunakan dalam proses pengolahan produksinya. Pengujian dilakukan setiap saat pada tiap tahap proses sehingga biaya pengujian laboratorium menjadi amat besar, yang tentunya memberatkan produsen dan petani itu sendiri. Next >