< Previous395Seni BudayaE. Nilai EstetisNilai estetis atau nilai keindahan dalam pergelaran teater merupakan akumulasi dari nilai-nilai yang digagas dan dikomunikasikan kepada penonton. Nilai-nilai itu antara lain: 1. Nilai Emosional. Banyak penonton teater yang hanyut dalam suasana yang dibangun oleh struktur emosi. Suasana itu bisa sedih, gembira, tragis, menyayat hati, tegang, mencekam, dan sebagainya. 2. Nilai Intelektual. Penonton teater seringkali merasa mengalami pencerahan setelah menonton pertunjukan teater. Pertunjukan tersebut banyak memberikan nilai-nilai informasi tentang kehidupan sosial, spiritual, moral dan sebagainya. 3. Nilai Visual. Penonton teater kerap merasa takjub melihat peristiwa pentas dengan segala perkakasnya yang spektakuler hasil tangan-tangan kreatif para pekerja teater. 4. Nilai Verbal. Banyak penonton yang kagum pada ungkapan kata-kata dari para pemain dengan teknik dinamika yang luar biasa, artikulasi yang jelas, serta irama yang dinamis.F. Kritik TeaterTeater tanpa kritik akan tetap ada, namun disanksikan pengembangannya. Kritik macam apakah yang dapat mengembangkan kualitas dan kuantitas produk karya teater? Ada dua model kritik yakni kritik subjektif dan kritik objektifKritik subjektif adalah cara orang (kritikus) membuat ulasan berdasarkan selera pribadinya. Ketika dia membuat pernyataan bahwa pergelaran teater itu jelek, alasannya bahwa dia tidak suka. Sesuatu yang bagus menurut dia adalah sesuatu yang dia sukai, bahkan membandingkan dengan karyanya. Sebaliknya, ketika dia mengatakan bahwa pergelaran teater itu bagus, karena memang dia suka garapan seperti itu atau mungkin ada hubungan personal dengan penggarap, karena penggarap itu temannya, saudaranya, atau keluarganya. Pandangan yang subjektif selalu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Karena ketika dia mengatakan jelek, dia tidak mampu menunjukan di mana letak kelemahannya. Begitu juga sebaliknya, ketika mengatakan bagus terlanjur memiliki perasaan kagum sehingga tak mampu berkata-kata. Kritikus yang subjektif kadang-kadang punya kecenderungan berpihak pada seseorang, bukan pada karya yang ditontonnya. Tidak heran jika kritikus semacam itu akan menutup diri di luar yang dia sukai. Dalam kehidupan zaman sekarang, kritikus semacam itu diperlukan untuk mempopulerkan atau menjatuhkan seseorang dengan cara menggencarkan publikasi di media massa untuk mempengaruhi opini masyarakat tentunya dengan imbalan.396Buku Guru Kelas XII SMA/MA/SMK/MAKKritik objektif adalah kritik yang melulu mengulas karya seni tidak peduli itu karya siapa. Kritik objektif bisa disebut kritik konstruktif bertanggung jawab. Karena ketika dia menyatakan jelek, dia akan menunjukan di mana letaknya. Begitu juga ketika dia menyatakan bagus, akan mampu menjelaskan kenapa bagus. Kritikus semacam ini sangat dirindukan oleh kalangan seniman terutama seniman muda yang baru mulai terjun. Karya kritik yang objektif bisa dijadikan ajang pembelajaran guna kemajuan seniman muda selanjutnya. Dengan demikian, kritik objektif bisa juga dikatakan kritik membangun. Artinya, dia sangat bertanggung jawab atas kehidupan kekaryaan seni terutama teater di masa datang. Kritikus ini biasanya tidak bisa diintervensi oleh siapapun apalagi disogok, karena dia tidak bertanggung jawab pada siapun kecuali pada profesinya.Tugas untuk siswaSekarang silahkan Anda coba membuat karya kritik pergelaran teater yang Anda saksikan. Ada dua prinsip yang harus ditangkap ketika kita mengapresiasi pergelaran teater yaitu konsep dan teknik. Konsep bagus tanpa didukung oleh kemampuan teknis yang memadai, tidak akan tercapai. Sebaliknya, jika konsepnya biasa-biasa saja, tetapi didukung oleh kemampuan teknis yang memadai, karya teater masih bisa dinikmati oleh penonton, paling tidak sebagai hiburan semata.Apa yang harus Anda kritisi ketika Anda mengapresiasi pergelaran teater? Jawabannya adalah pertama konsep cerita dan teknis penggarapan cerita. Kedua, konsep dan teknis pementasan. Ketiga, konsep dan teknik penyutradaraan. Keempat, konsep dan teknik permainan. Kelima, konsep dan teknik penggunaan properti. Karya kritik yang Anda buat harus memuat paling tidak lima poin penting perihal unsur-unsur teater. Teknik pemaparan kritik harus secara arif, dengan bahasa yang sopan dan bertanggung jawab atas segala pernyataan yang Anda buat. Mengkritik bukan berarti menggurui bagaimana seharusnya karya itu dibuat. Tetapi kritik harus mampu mengilhami penggarap atau seniman untuk membuat karya yang lebih baik. Selamat mencoba.397Seni BudayaNama : ………………………………Kelas : ………………………………Semester : ……………………………… Waktu penilaian : ………………………………No.Pernyataan Uji Kompetensi1.Saya berusaha belajar mengevaluasi tentang konsep, teknik, dan prosedur berkarya teater.YaTidak2. Saya berusaha belajar memahami karya seni teater melalui apresiasi dan diskusi.YaTidak3.Saya mengikuti pembelajaran cara mengevaluasi konsep, tek-nis, dan prosedur dalam berkarya teater.YaTidak4.Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu.YaTidak5.Saya mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami.YaTidak6.Saya aktif dalam mencari informasi tentang konsep, teknik, dan prosedur dalam berkarya teaterYaTidak7.Saya menghargai keunikan berbagai jenis karya seni teater.YaTidak8.Saya menghargai keunikan karya pergelaran teater yang dibuat oleh teman saya.YaTidakUji Kompetensi Penilaian Pribadi398Buku Guru Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK9.Saya penuh percaya diri untuk mempresentasikan kreasi naskah yang saya buat melalui pergelaran teater.YaTidak10.Saya menerima masukan dan kritik teman tentang naskah yang saya kreasikan.YaTidakNama teman yang dinilai : ………………………………Nama penilai : ………………………………Kelas : ………………………………Semester : ……………………………… Waktu penilaian : ………………………………No.Pernyataan Uji Kompetensi1.Berusaha belajar dengan sungguh-sungguh.YaTidak2. Mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian.YaTidak3.Mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu.YaTidak4.Mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami.YaTidak5.Berperan aktif dalam kelompok.YaTidak6.Menyerahkan tugas tepat waktu.YaTidakPenilaian Antarteman399Seni Budaya7.Menghargai keunikan ragam seni rupa dua dimensi.YaTidak8.Menguasai dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.YaTidak9.Menghormati dan menghargai teman.YaTidak10.Menghormati dan menghargai guru.YaTidak1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan • konsep,• teknik,• simbol,• jenis, dan• fungsi.Jawaban dilengkapi dengan contoh-contohnya. 2. Tuliskan hasil evaluasi siswa tentang pergelaran teater yang dibuat dengan teman-temanmu secara runtut. Menonton pergelaran teater, kemudian membuat evaluasi pergelaran terutama menyangkut konsep, teknik, dan prosedur untuk bahan diskusi kelas.Mementaskan hasil karya teater secara kelompok. Mengevaluasi hasil karya teater yang ditampilkan oleh kelompok lain. Mendiskusikan hasil evalusi bersama kelompok. Tes TulisPenugasanTes Praktik400Buku Guru Kelas XII SMA/MA/SMK/MAKNaskah drama dibuat oleh pengarang (sastrawan) sebagai karya sastra. Naskah atau teks lakon drama memuat pesan-pesan pengarang tentang pengalamannya untuk mendapat tanggapan dari pembacanya atau penggarapnya. Pesan-pesan itu berupa nilai-nilai yang terhimpun dalam ide-ide. Sementara tema lakon merupakan seperangkat ide-ide yang dikomunikasikan kepada publik.Konsep pemilihan pemain akan sangat berpengaruh pada nilai publikasi. Selain konsep pemilihan pemain, pemilihan lakon yang akan digelar juga berpengaruh pada perhatian calon penonton. Konsep penyutradaraan menentukan juga bahwa pergelaran yang akan dilaksanakan mendapat perhatian masyarakat penonton atau tidak. Setelah menentukan lakon, pemain, dan sutradara, kemudian di mana karya teater itu akan digelar? Apakah di gedung teater yang besar dan mewah, di lapangan sepak bola, di atas air, di tepi pantai, di mall, atau di tempat yang sangat sederhana? penentuan tempat harus bersesuaian dengan konsep-konsep lainnya dan membuat masyarakat penonton mendapat kemudahan akses untuk menyaksikannya. Penggunaan properti secara lengkap dan mewah, atau secara sederhana namun efektif akan membuat takjub penonton yang menyaksikannyaNilai estetis atau nilai keindahan dalam pergelaran teater merupakan akumulasi dari nilai-nilai yang digagas dan dikomunikasikan kepada penonton.Teater tanpa kritik akan tetap ada, namun disanksikan pengembangannya. Kritik macam apakah yang dapat mengembangkan kualitas dan kuantitas produk karya teater? Ada dua model kritik yakni kritik subjektif dan kritik objektifKritik subjektif adalah cara orang (kritikus) membuat ulasan berdasarkan selera pribadinya. Kritik objektif adalah kritik yang melulu mengulas karya seni tidak peduli itu karya siapa. Kritik objektif bisa disebut kritik konstruktif bertanggung jawab. Karena ketika dia menyatakan jelek, dia akan menunjukan di mana letaknya. Begitu juga ketika dia menyatakan bagus, akan mampu menjelaskan kenapa bagus. Kritikus semacam ini sangat dirindukan oleh kalangan seniman terutama seniman muda yang baru mulai terjun. Karya kritik yang objektif bisa dijadikan ajang pembelajaran guna kemajuan seniman muda selanjutnya. Dengan demikian, kritik objektif bisa juga dikatakan Rangkuman401Seni Budayakritik membangun. Artinya, dia sangat bertanggung jawab atas kehidupan kekaryaan seni terutama teater di masa datang. Kritikus ini biasanya tidak bisa diintervensi oleh siapapun apalagi disogok, karena dia tidak bertanggung jawab pada siapun kecuali pada profesinya.Belajar teater adalah belajar tentang diri sendiri. Melalui proses latihan pengungkapan gagasan hingga mengomunikasikannya di depan penonton. Anda bisa mengukur potensi diri melalui tanggapan orang lain terhadap Anda.Belajar teater adalah belajar tentang orang lain. Apa yang Anda tafsirkan adalah gagasan orang lain melalui karyanya di bidang teater. Lebih banyak mengkaji tentang orang lain melalui karya teaternya, maka pengetahuan Anda tentang kehidupan sosial semakin kaya.Belajar teater adalah belajar empati. Apa yang terungkap dalam karya teater adalah segenap cita, karsa, dan karya orang lain. Dengan demikian, Anda bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain dan Anda bisa berbuat sesuai dengan keinginan orang lain. Maka harmoni dalam kehidupan sosial akan terwujud dengan baik.Refl eksi402Buku Guru Kelas XII SMA/MA/SMK/MAKAchsan Parmas (dkk).2003. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta: PPM.Andjar Sumyana, S. 1981. Album Lagu Kenangan Hidup. Bandung: Paramaartha.Arjo, Irawati Durban. 2004. Teknik Gerak Tari dan Tari Dasar Sunda. Bandung: Pusbitari.Awuy, YEA. Dkk. 1978. Pelajaran Seni Musik Praktis. Jakarta: Aries 5. Ayan, Jordan E. 1997. Bengkel Kreativitas. Bandung: Kaifa.Berger, Maurice. 1998. The Crisis of Criticism. New York: The New Press.Budiwati, D.S. 2001. Berdialog Lewat Kritik Seni. Makalah. Bandung: FPBS UPI. Budiwati, D.S. 2001. Pendidikan Seni Musik, Suatu Tinjauan Kurikuler Psikologis. Makalah seminar. Bandung: FPBS UPI.Budiwati, D.S. 2003. Sosialisasi Nilai Budaya dan Seni pada Tembang Sunda Cigawiran. Tesis. Semarang: Pascasarja Prodi Pendidikan Seni UNNES. Chomsky. Lois. 1986. The Kodaly Context. Creating an Environment For Musical Learning. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.Claire Holt. 1967. Art in Indonesia: Continuities and Change Ithaca. New York: Cornell University.Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Dan Menengah GBPP Mata Pelajaran KTK, Muatan Lokal Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.Depnas. 2004. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Kesenian.Jakarta: Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda.Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika, Jilid I. Estetika Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.Elliot, David J. 1995. Musik Matters: a New Philosophy of Musik Education. Oxford: Oxford University Press. Daftar Pustaka403Seni BudayaEsther L. Siagian. 2006. Gong. Dawai. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.Hidayat, M. 1983. Himpunan Nyanyian Anak-anak. Bandung: Pelita Masa.Irwansyah Harahap. 2005. Alat musik Dawai. Jakarta: Lembaga Pendidikan seni Nusantara.Jamalus, H.B. 1992. Pendidikan Kesenian I (Seni Musik). Jakarta: Dirjen Dikti. Depdikbud.Kartono, Ario, dkk. 2007. “Kreasi Seni Budaya” Pelajaran Seni Budaya untuk SMA, Jakarta: Ganeca Exact.Machjar, AK. 1925. Elmuning Karawitan Sunda. Bandung.Mack Dieter. 1996. Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realitas. Bandung: University Press IKIP Bandung.Marianto, Dwi. 2002. Kritik Seni, Makalah. Semarang: UNNES.Marto Pangrawit. 1972. Pengetahuan Karawitan Jawa. Sala: ASKI Surakarta.Mills, Janet. 1991. Musik in the Primary School. Cambridge: University Press.Muchlis dan Azmy. 1995. Lagu-lagu untuk Sekolah Dasar dan Lanjutan. Lagu-lagu Rakyat. Jakarta: Musika.Munandar,Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan. Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Murgianto, Sal. 1978. Tradisi dan Inovasi. Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widia sastra.Murgianto, Sl. 1983. Koreografi, Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Pamadhi, Hadjar. 2008. Pendidikan Seni. Jakarta: Universitas Terbuka.Pardede GS. 1984. Kumpulan Lagu-lagu Pilihan (Indonesia). Jakarta: Titik Terang.Pekerti, Widia, dkk. 2007. Metode Pengembangan Seni. Jakarta: Universitas Terbuka. Priyati Sofyan. Yati. 1995. Buku Bahan Ajar KTK . Bandung: Ganesa Exact.R.M. Soedarsono.1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Dir. Pembangunan Sarana Akademis Dir. Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.404Buku Guru Kelas XII SMA/MA/SMK/MAKRohayani, Heny, dkk. 2005. Pengantar Bahan Ajar Pendidikan Seni Tari dan Drama. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.Schafer, R. Murray. 1976. Creative Musik Education. New York: Schirmer Books.Sediawati, Edi. 1979. Tari. Jakarta: Pustaka Jaya.Sedyawaty, Edi (dkk). 1986. Pengantar Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Dirjen Kes. Proyek Pengembangan Kesenian. Jakarta: Depdikbud.Sedyawaty, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: PT. Djaya Pirusa.Soedarsono, SP. 1990. Tinjauan Seni. Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Suku Dayar Sana. Soedarsono. 1978. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Soedarsono. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Soeharjo, A. J. 2005. “Pendidikan Seni” Dari Konsep Sampai Program.Malang: Balai Kajian Seni dan Desain, Jurusan Pendidikan Seni dan Desain Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.Soeharto, M. 1995. Kamus Musik. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.Soepandi, Atik. Sukanda, Enip, Kubarsah, Ubun. 1995. “Ragam Cipta” Mengenal Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bandung: CV Beringin Sakti.Soepandi, Atik. 1975. Teori Dasar Karawitan. Bandung: ASTI Bandung.Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.Supardi, Dedi. 2001. “Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek”. Bandung: CV Alfabeta.Suparli. 1983 Tinjauan Seni. Jakarta: Dirjen Pendasmen. Depdikbud. Susanto, Mikke. 2011. Diksi rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni rupa. Yogyakarta: DictiArtlab – Denpasar: Jagad Art Space.Syafii, dkk. 2003. Konsep dan Pembelajaran Kertakes. Jakarta: UT. Next >