< PreviousPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti99“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.Untuk menghadapi masalah-masalah yang menyangkut pelanggaran terhadap demokrasi dan HAM, gereja dan orang Kristen harus mendidik warga gereja dan anak-anaknya agar mereka menjadi sadar akan hak, tanggung jawab, dan kewajiban mereka sebagai warga negara. Bersama-sama dengan orang-orang beragama lain, orang Kristen harus bekerja sama untuk membela orang-orang yang kehilangan hak-haknya atau yang ditindas karena dianggap berbeda dari orang lain. Tanggung jawab dalam membangun kesadaran demokrasi dan HAM bukan hanya merupakan tugas pemerintah namun menjadi tugas gereja. Siapakah yang dimaksudkan dengan “gereja” itu? Gereja tidak lain adalah orang-orangnya, jemaat. Setiap anggota gereja, termasuk peserta didik sebagai seorang remaja Kristen, harus ikut serta di dalam tugas ini. Kita semua perlu berjuang dalam pembebasan banyak orang Indonesia dari keterkungkungan dan belenggu oleh berbagai hal seperti kemiskinan, konsep tentang kedudukan laki-laki dan perempuan yang keliru, pemahaman yang keliru tentang seks dan seksualitas, konsep tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan, dan lain-lain. Untuk melakukan semua tugas itu, gereja – kita semua – perlu bekerja sama dengan orang-orang lain yang berbeda keyakinan namun memiliki kepedulian yang sama. Kita sadar akan keterbatasan kita untuk melakukan semua tugas tersebut sendirian. E. Bagaimana dengan Gereja Kita Sendiri? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan Kleden di atas, umat Kristen harus bertanya, bagaimana cara memperlakukan orang-orang yang berada di sekitarnya. Begitu pula hubungan yang ada dalam organisasi gerejawi. Dalam hubungan gereja dan orang Kristen dengan sesamanya yang berbeda keyakinan, apakah telah terbangun hubungan yang saling memanusia kan? Apakah gereja dan umat Kristen cenderung memperjuangkan hak-haknya semata dan tidak peduli ketika orang yang beragama lain kehilangan hak-haknya? Pada skala nasional ada banyak masalah yang membelit para tenaga kerja Indonesia di luar negeri menyangkut hak asasi mereka. Ada yang meninggal disiksa majikan, ada yang diperlakukan tidak manusiawi dan lain-lain. Dalam sebuah acara gerejawi di Bandung pada tahun 2006, seorang tokoh Kristen yang juga adalah tokoh hak asasi manusia di Indonesia ( Asmara Nababan), mengemukakan pikiran kritisnya tentang peranan gereja-gereja Indonesia di bidang hak asasi manusia dan demokrasi. Katanya: Buku Guru Kelas XII SMA/SMK100“Kesadaran orang Kristen atau gereja di bidang hak asasi manusia semakin meningkat seiring dengan terjadinya peristiwa-peristiwa yang dianggap merugikan mereka, mungkin maksudnya: peristiwa Situbondo, Ambon, Poso, Ternate dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan hak asasi manusia belum sepenuhnya dihayati. Sesuai dengan panggilan gereja sebagai orang-orang yang sudah ditebus dan dimerdekakan, semestinya mereka menjadi pelopor dan penggerak bagi penegakan hak asasi manusia dan demokrasi.”Sebelum tahun 1998 hak asasi manusia dan demokrasi belum menjadi pri-oritas, buktinya belum terakomodasi dalam konstitusi. Gerakan reformasi tahun 1998 telah membangunkan pemerintah dari tidur yang panjang untuk serius me-nyikapi penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Berbagai produk hukum yang melindungi hak asasi manusia diakomodir dalam konstitusi. Sampai pada tahap ini pun gereja belum menunjukkan sikap yang berarti bahkan gereja cenderung diam. F. Apa yang Harus Dilakukan? Puisi “Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia” pada pembukaan bab ini menggambarkan betapa rakyat kecil dan kaum lemah lainnya di negeri ini sering diperlakukan dengan sewenang-wenang, sehingga dalam keputusasaan akhirnya mereka pun ikut merampok. Berkaitan dengan penegakan demokrasi dan HAM serta tugas panggilan gereja, kitapun bertanya apakah gereja sudah melakukan tugas-tugasnya seperti yang telah dibahas dibagian sebelumnya. Tampaknya ada beberapa pola partisipasi gereja dalam perjuangan demi keadilan dan kebenaran. Misalnya: 1. Gereja paham bahwa ia mempunyai tugas dan panggilan untuk bersaksi, bersekutu dan melayani di dalam dunia. Namun, pelayanan gereja hanya terbatas kepada hal-hal yang karitatif saja, tidak menggali ke akar persoalannya karena berbagai alasan. Mungkin karena gereja tidak mengerti analisis sosial, atau gereja takut melakukannya apabila di balik semua itu ada penguasa yang mau berbuat apa saja untuk mempertahankan kedudukannya. 2. Gereja melakukan pelayanan rohani saja karena untuk pelayanan sosial bukankah sudah ada Kementerian Sosial dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat? Penyebab utama dari pemikiran ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan yang jasmani, dengan tubuh manusia dan bukan jiwanya, dianggap remeh, rendah, dan duniawi.3. Gereja paham akan panggilannya untuk membela orang miskin dan tertindas, tetapi khawatir karena jumlah orang Kristen sangat sedikit. Bagaimana kalau nanti gereja dan orang Kristen ditindas? Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti1014. Gereja terjebak pada praktik-praktik politik praktis. Ketika gereja aktif dalam kegiatan membela rakyat miskin, gereja malah aktif mendukung partai politik tertentu, berkampanye untuk calon-calon tertentu. Keadaan seperti ini bisa berbahaya bagi gereja. Gereja bisa menutup mata ketika pihak yang didukungnya melakukan hal-hal yang negatif, seperti korupsi, membohongi rakyat dengan janji-janji kosong, atau bahkan merampas hak-hak rakyat baik secara halus maupun terang-terangan. Di kalangan gereja-gereja di dunia ada tokoh-tokoh yang tampil dan memper-juangkan HAM, misalnya: 1. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. dari Amerika Serikat, 2. Uskup Desmond Tutu dari Afrika Selatan, 3. Kim Dae Jung dari Korea Selatan yang pernah menjabat presiden.4. Dari Indonesia ada Dr. Yap Thiam Hien, Pdt. Rinaldy Damanik dari Poso, Sulawesi Tengah, Ibu Yosepha Alomang atau Mama Yosepha, dari Papua, Ibu Ade Sitompul dari Jakarta, Pdt. Solagratia Lummy, Dr. Mokhtar Pakpahan yang memperjuangkan hak-hak buruh/pekerja di Indonesia. Setelah penjelasan ini, guru minta peserta didik mencari dari berbagai sumber mengenai tokoh-tokoh tersebut dan ceritakan di kelas mengenai tokoh-tokoh tersebut. G. Gereja, Politik dan Demokrasi: Bagaimana Sikap Yesus Menyang kut Politik?Politik erat kaitannya dengan kekuasaan. Meskipun Yesus tidak berbicara secara khusus mengenai politik dan kekuasaan namun sikapnya terhadap politik dan kekuasaan nyata melalui praktik kehidupan. Ketika kepada-Nya diajukan pertanyaan ini oleh orang-orang Farisi: “Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (Mat 22:17). Maka jawab Yesus: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat 22:21).Ketika itu orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus dengan mengajukan per-tanyaan tersebut kepada-Nya. Yesus pun menjawab bahwa mereka memberikan kepada kaisar apa yang wajib mereka berikan kepada Kaisar. Artinya, setiap orang harus mempunyai keprihatinan tertentu terhadap kesejahteraan sosial-politik negaranya dan harus taat sebagai seorang warga negara, sedangkan pemerintah harus melaksanakan suatu tanggung jawab yang berasal dari Allah. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar” juga berarti kesetiaan Buku Guru Kelas XII SMA/SMK102kepada Allah, karena Allah berkehendak agar kita menaruh perhatian pada ma-syarakat kita. Pada gilirannya hal ini merupakan suatu pemenuhan sebagian dari tugas mendasar kita, yaitu untuk memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya. Jadi, partisipasi orang beriman dalam politik tidak terlepas dari ketaatan-nya kepada perintah Allah. Paulus memperkuat sikap Yesus ini dalam Kitab Roma 13:1-7 yang menyatakan orang Kristen harus taat kepada pemerintah. Namun hanya mereka yang layak dihormati dan ditaati saja yang akan ditaati dan dihor-mati. Arti nya jika mereka yang berkuasa tidak menjalankan kekuasaannya dengan benar maka mereka tidak patut dihormati. Ketaatan dan hormat diberikan bersa-maan dengan sikap kritis, objektif, dan rasional.Gereja, Politik, dan DemokrasiMembahas mengenai Gereja, politik, dan demokrasi tidaklah lengkap jika tidak disinggung mengenai hubungan antara Gereja dengan negara atau pemerintah. Dalam sejarah kekristenan pernah terjadi gereja berada di bawah kekuasaan pemerintah. Misalnya, pada zaman Konstantinus Agung berkuasa dimana dia menyatakan agama Kristen menjadi agama negara. Saat itu posisi gereja menjadi sub-ordinatif atau dibawah kekuasaan negara/pemerintahan. Segala hal yang dilakukan oleh gereja harus memperoleh persetujuan pemerintah dan disesuaikan dengan kepentingan pemerintah. Sebaliknya, pada abad pertengahan sebelum reformasi kekuasaan Paus begitu amat kuat sehingga pemerintah berada di bawah kekuasaan gereja. Pada masa itu raja yang berkuasa harus memperoleh persetujuan Paus, dalam hal ini Paus menjadi wakil gereja yang memerintah. Namun, setelah reformasi situasi ini berubah, para reformator memberikan garis batas antara gereja dengan negara, sehingga baik negara maupun gereja memiliki otoritas atau wilayahnya sendiri. Bagaimana kaitan antara demokrasi dengan politik dan apa kaitannya dengan gereja. Politik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan demokrasi. Demokrasi tidak berjalan baik apabila tidak ditunjang oleh terbangunnya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Disini gereja memiliki kepentingan sebagai kontrol terhadap perwujudan politik dan demokrasi yang menjamin terpenuhinya hak warga masyarakat sebagai manusia yang memiliki martabat. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefi nisikan politik sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat, antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Menurut Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Adapun demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana pemerintahan dilakukan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya, suara dan kepentingan rakyat menjadi tujuan utama dari kekuasaan atau pemerintahan. Politik adalah Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti103pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan bangsa. Hal terpenting adalah kesejahteraan masyarakat bukan pengelola negara.Dalam rangka membahas mengenai sikap gereja-gereja di Indonesia terha-dap demokrasi dan HAM, dapat dipelajari dokumen surat pastoral yang dikeluar-kan oleh PGI menjelang Pemilu Presiden tahun 2014. Dalam buku siswa, guru me-minta peserta didik mendiskusikan isi pesan pastoral tersebut dikaitkan dengan sikap gereja berkaitan dengan demokrasi dan HAM.Pesan Pastoral PGI untuk Pemilu Presiden 2014Saudara-Saudara Umat Kristiani di Seluruh Indonesia,Tahapan Pemilu Presiden (Pilpres) kini sedang berlangsung. Dua pasangan calon sudah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 1 Juni 2014, yakni pasangan Nomor Urut 1: Prabowo Subianto/Hatta Rajasa, yang diusulkan oleh gabungan partai politik oleh Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP dan PBB; serta pasangan Nomor Urut 2: Joko Widodo/M. Jusuf Kalla, yang diusulkan oleh PDIP, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI.Gunakan Hak PilihDalam Pilpres yang akan berlangsung pada Rabu, 9 Juli 2014 nanti, kita akan memilih siapa yang akan menjadi nakhoda bangsa ini selama 5 (lima) tahun ke depan. Oleh karena itu, gunakan hak pilih Anda sebagai bentuk tanggung jawab iman percaya Anda. Dengan memilih, Anda bisa menentukan orang yang tepat untuk menjadi presiden dan wakil presiden.Sumber : https://twitter.com/pgi_oikoumeneGambar 10.2 Logo PGI Buku Guru Kelas XII SMA/SMK104Politik Uang adalah Dosa!Pertanyaannya, siapa yang akan dipilih? Perlu ditegaskan bahwa Pemilu itu tidak semata-mata soal hasil. Hasil sangat ditentukan oleh proses dan proses yang baik akan menentukan hasil yang baik pula. Terlalu terfokus pada hasil seringkali tanpa disadari menjerumuskan pemilih kepada partisipasi politik yang pragmatis dan transaksional. Pengalaman pada Pemilihan Umum Legislatif, 9 April lalu, menunjukkan bahwa politik tran saksional dalam bentuk politik uang merajalela dimana-mana. Bahkan, ada warga gereja dan gereja sendiri ikut-ikutan terlibat di dalamnya.Kita perlu memaknai kembali substansi partisipasi gereja dalam kerangka memperkuat integritas proses dan kualitas hasil Pemilu itu sendiri. Jangan lagi terlibat dalam politik uang! Politik uang merupakan pembodohan rak-yat dan merusak substansi demokrasi kita. Dalam 1 Timotius 6:10 ditegas-kan bahwa “... akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh mem-buru uanglah beberapa orang telah me nyimpang dari iman ...” Begitu juga dalam Kitab Keluaran 23:8 ditegaskan bahwa “Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbal-ikkan perkara orang-orang yang benar.” (Lihat juga Ulangan 16:19). Dengan demikian, politik uang adalah dosa.Kriteria Pemimpin yang BaikAlkitab memberikan rujukan yang jelas tentang pentingnya kepemimpinan dalam sebuah bangsa. Pemimpin hadir untuk menjalankan mandat ilahi. Roma 13:1 mengatakan “... tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah- pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah.” Karena itu, proses memilih pemimpin bangsa tidaklah terlepas dari mandat dan campur tangan Allah. Jadi, ketika kita memilih pemimpin kita harus sadari bahwa kita sedang menjalankan mandat ilahi untuk melahirkan pemimpin yang baik dan bertanggungjawab.Lalu, seperti apakah pemimpin yang baik? Kitab Keluaran 18:21 mengatakan bahwa mereka yang layak dipilih sebagai pemimpin haruslah “orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” Bandingkan juga Kisah Para Rasul 6:3 “... pilihlah tujuh orang di antara kamu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat ...”. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti105Dua pesan Alkitab ini kiranya dapat menuntun kita untuk menentukan pilihan dalam Pilpres, demi menghasilkan pemimpin bangsa yang baik dan bertanggung jawab bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.Pedoman MemilihDalam menghadapi Pemilihan Presiden pada 9 Juli 2014, PGI menyerukan beberapa hal berikut sebagai pedoman bagi warga gereja untuk memilih.1 Pelajarilah dan cermatilah visi dan misi pasangan calon sebelum Anda menentukan pilihan. Sebab visi dan misi inilah yang akan menjadi kerangka kerja dan program pasangan calon jika terpilih. Berikan penilaian dan kritisi apakah visi dan misi itu dapat dilakukan atau hanya sekadar “mimpi” untuk mempengaruhi suara hati Anda.Bandingkan juga visi dan misi tersebut dengan “idiologi” masing-masing partai pendukung. Hal ini penting agar kita bisa mengukur derajat kesungguhan bangunan koalisi partai pengusung dan tidak terjebak memilih “kucing dalam karung.” 2. Pemimpin yang baik biasanya lahir melalui sebuah pro ses yang baik dan alamiah. Proses inilah yang kami yakini.3. Membentuk karakter dan sedikit banyak akan mempengaruhi kiner ja kepemimpinannya. Proses yang baik akan menentukan ori-entasi kepemimpinan, apakah berorientasi “kekuasaan” atau “kepen-tingan rakyat.” Oleh karena itu, pelajari jugalah rekam jejak para calon, apakah mereka memang selama ini berjuang demi rakyat dan sung-guh-sungguh menghargai harkat dan martabat manusia. Pasangan calon dipilih dalam satu paket mesti saling melengkapi sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Nilailah dan cermatilah, apakah pa-sangan itu memang betul-betul pasangan yang harmonis dan dapat saling melengkapi dalam tugas dan pekerjaannya atau tidak! Sejauh mana calon wakil presiden bisa bekerja sama, mendukung dan melengkapi calon presiden. Sebab jika pasangan calon tidak kompak, tidak harmonis, tidak saling mendukung, maka sudah pasti proses pemerintahan akan mengalami hambatan dan rakyat akan merasakan akibatnya. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK1064. Pasangan calon diusung oleh gabungan partai politik. Hal ini jangan hanya dimaknai sebagai sebuah syarat keikutsertaan dalam Pilpres semata, sebab partai pendukung memiliki peran yang penting, sehingga akan mempengaruhi proses kepemimpinan ke depan. Cermatilah “idiologi” apa yang ada di balik partai-partai pengusung, rekam jejak mereka di masa lalu, kelompok organisasi sayap pendukung apa yang ada di dalamnya, siapa saja tokoh utama yang berpengaruh terhadap partai tersebut, apakah partai-partai itu bersih dan tidak terlibat korupsi. Hal-hal ini penting agar jangan sampai calon terpilih disandera atau dipengaruhi oleh partai-partai tersebut dalam menjalankan pemerintahan. Perhatikan juga apakah bangunan koalisi partai itu bersifat transaksional atau memang sungguh-sungguh untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Manakah partai koalisi itu yang tidak secara jelas menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan ideologi lain. Bagaimana komitmen partai-partai pendukung tersebut terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.5. Waspadai kampanye jahat (bad campaign) yang hanya bertujuan menjelek-jelekkan calon tertentu dan memuji calon yang lain. Model kampanye yang menyinggung isu SARA sudah pasti mencederai demokrasi dalam pemilu dan merusak bangunan kebangsaan kita. Jangan memilih berdasarkan SARA. Jangan terpengaruh dan terprovokasi serta ikut serta melakukannya. Pemilu harus menjadi ajang bagi kita untuk memilih pemimpin yang mampu menjaga tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 45.6. Untuk memastikan proses dan hasil Pemilu baik dan berintegritas, maka kami menganjurkan warga gereja untuk terlibat aktif dalam pengawasan pemilu. Laporkan pelanggaran kepada pihak yang berwajib, termasuk para pelaku kampanye jahat. Peliharalah kedamaian agar proses pemilu ini dapat berlangsung secara tertib dan aman.7. Sebagai institusi, gereja tidak dalam posisi mendukung atau menolak salah satu pasangan calon. Gereja tidak berpolitik praktis. Politik gereja adalah politik moral, bukan politik dukung-mendukung. Janganlah jadikan gereja sebagai arena kampanye untuk pemenangan salah satu pasangan calon, agar tidak menimbulkan konfl ik di antara jemaat dan memicu hal-hal yang tidak kita inginkan bersama. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti107Gereja harus tetap suci, dan tidak boleh dikotori oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu.Demikianlah Pesan Pastoral. Kita berdoa: Tuhan, Pencipta dan Pemelihara Kehidupan memberkati Indonesia. Amin.Atas namaMajelis Pekerja HarianPersekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Ketua Umum Sekretaris UmumPdt. Dr. A.A. Yewangoe Pdt. Gomar Gultom(Sumber : Diunduh dari www.pgi.net tanggal 05 Agustus 2014)H. Penjelasan Bahan AlkitabPenjelasan Bahan Alkitab diadaptasi dari www.sabda.or.id Injil Matius 22:37-40Dalam Injil Matius 22:37-40 dikisahkan tentang seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus tentang apakah hukum yang paling utama. Dia berharap bahwa hanya ada satu saja hukum yang perlu dia lakukan agar hidupnya menjadi sempurna. Namun Yesus ternyata menjawab lain. Ada dua hukum yang paling penting dan paling utama, dari kedua hukum itu masing-masing adalah: (1) mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita; dan (2) mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Lalu Yesus mengatakan bahwa kedua hukum itu sama pentingnya, walaupun hukum yang pertama itu disebut-Nya sebagai “hukum yang terutama dan yang pertama”. Artinya, tidak mungkin orang hanya mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi sesamanya sendiri. Hubungan yang baik dengan Allah harus terwujud dalam hubungan yang baik dengan sesama. Masalahnya, banyak orang yang tidak memahami perintah ini. Bagi mereka sudah cukup jika mereka mencintai Allah atau Tuhan mereka sementara orang lain tidak Buku Guru Kelas XII SMA/SMK108mereka cintai. Ada juga orang yang merasa dapat bertindak apa saja karena cinta kasihnya kepada Tuhan. Alkitab mengajarkan hal ini tidak mungkin terjadi. Hubungan vertikal antara manusia dengan Allah harus terwujud pula dalam hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya. Dalam 1 Yohanes 2:9 dan 4:20 dikatakan: Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.Mengasihi sesama berarti menunjukkan kepedulian kepada sesama, kesedia-an untuk menolong, bahkan juga berkorban demi orang lain. Kitab Amos 5:22-24Kitab-kitab para nabi penuh dengan perintah dari Allah sendiri agar Israel menegakkan keadilan dan kebenaran. Mengapa demikian? Karena kepedulian kepada sesama ini mestinya terwujud dalam upaya untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, itulah ibadah yang sejati kepada Allah. Kitab Amos 5:21-24, menyatakan21”Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.22Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. 23Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. 24Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.”Dalam ayat-ayat di atas jelas bahwa ibadah dan penyembahan kepada Allah harus berjalan sesuai dengan kehidupan yang adil dan benar kepada sesama manusia. Pengingkaran terhadap hak sesama manusia dapat pula dikate-gorikan sebagai pengingkaran terhadap kasih Allah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk mulia yang memiliki harkat dan martabat. I. Kegiatan PembelajaranPengantarPada bagian pengantar peserta didik diarahkan untuk memahami makna tanggung jawab gereja dan umat Kristen di bidang HAM. Peserta didik juga dibimbing untuk memahami mengapa pembahasan ini penting untuk dipelajari oleh remaja Kristen.Next >