< Previous31Ilmu Pengetahuan Alammenciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Di lain pihak, guru bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan alat bantu belajar, seperti media pembelajaran, dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. Guru juga membangkitkan minat dan semangat belajar peserta didik melalui kegiatan demonstrasi atau observasi yang melibatkan peserta didik. Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar, melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.2. Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran.3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran.4. Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis, dan melakukan evaluasi.5. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis aktivitas ditujukan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan pola pembelajaran sebelumnya yang cenderung berpusat pada guru. Secara lebih rinci, perbedaan antara pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning) dan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered learning) disajikan pada Tabel 2.2.Tabel 2.2 Perbedaan Teacher Centered Learning dan Student Centered LearningNoTeacher Centered LearningStudent Centered Learning1Pengetahuan ditransfer dari guru ke peserta didikPeserta didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya2Peserta didik menerima pengetahuan secara pasifPeserta didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuan3Lebih menekankan pada penguasaan materiTidak hanya menekankan pada penguasaan materi, tetapi juga dalam mengembangkan karakter peserta didik4Biasanya memanfaatkan media tunggalMemanfaatkan banyak media (multimedia)5Fungsi guru atau pengajar sebagai pemberi informasi utama dan evaluatorFungsi guru sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik32Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumNoTeacher Centered LearningStudent Centered Learning6Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisahProses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling berkesinambungan dan terpadu7Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin sajaSesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner8Iklim belajar lebih individualis dan bersifat kompetitifIklim belajar yang dikembangkan lebih kolaboratif, suportif, dan kooperatif9Hanya peserta didik yang dianggap melakukan proses pembelajaranPeserta didik dan guru belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan10Pembelajaran merupakan bagian terbesar dalam proses belajarPeserta didik dapat belajar tidak hanya dari pembelajaran saja, tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan11Penekanan pada tuntasnya materi pembelajaranPenekanan pada pencapaian kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi12Penekanan pada cara guru melakukan pembelajaranPenekanan pada cara peserta didik dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran, metode interdisipiner, penekanan pada problem based learning, dan skill competencyPembelajaran berbasis aktivitas memungkinkan peserta didik untuk melakukan kegiatan yang mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak. Berikut beberapa keuntungan pembelajaran berbasis aktivitas dalam pembelajaran IPA. 1. Meningkatkan perhatian dan memotivasi belajar peserta didik untuk memberikan respons positif terhadap pembelajaran yang sudah dirancang guru.2. Mengarahkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minat belajar peserta didik.3. Memberikan kesempatan untuk belajar mandiri.4. Mengarahkan belajar kooperatif.5. Mendorong peserta didik untuk memberikan respons terhadap belajarnya sendiri.6. Mengarahkan peserta didik untuk aktif secara fisik dan mental.33Ilmu Pengetahuan AlamBerdasarkan karakteristik pembelajaran berbasis aktivitas, pelaksanaan Kurikulum 2013 harus diwujudkan di kelas karena dasar hukumnya sudah jelas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, dan Permendikbud RI Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran. Permasalahannya adalah bagaimana kreativitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana kelas agar peserta didik belajar melalui aktivitas-aktivitas belajar yang dapat membantu mengembangkan kemampuan peserta didik?Ada banyak cara untuk mengajak peserta didik belajar aktif di antaranya penggunaan model atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi ajar. Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran, ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membelajarkan materi IPA. Pada bagian umum buku guru kelas IX ini akan membahas beberapa model pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran berbasis aktivitas. Model pembelajaran tersebut adalah Group Investigation, Discovery Learning, dan Creative Problem Solving. Model pembelajaran berbasis aktivitas lainnya yang dapat digunakan untuk membelajarkan IPA dapat dipelajari pada Buku Guru IPA Kelas VIII SMP.D. Ragam Pembelajaran Berbasis Aktivitas pada Pembelajaran IPAAda banyak ragam pembelajaran berbasis aktivitas yang dapat digunakan pada pembelajaran IPA, antara lain pembelajaran kooperatif group investigation, discovery learning, creative problem solving, inquiry learning cycle, project based learning, dan problem based learning. Pada bagian ini akan dipaparkan tiga ragam pembelajaran pertama dari beberapa ragam yang telah disebutkan sebelumnya.1. Kooperatif Group Investigation (GI)a. Pembelajaran Kooperatif Group InvestigationGroup Investigation (investigasi kelompok) pertama kali dikembangkan oleh Herbert Thelen, kemudian diperluas dan dikembangkan oleh Sharan dkk dari Universitas Tel Aviv. Kemunculan pembelajaran Group Investigation (GI) ini diilhami oleh model yang berlaku di masyarakat, terutama mengenai cara masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan-kesepakatan inilah peserta didik mempelajari pengetahuan akademis dan melibatkan diri dalam pemecahan masalah (Sukamto dan Udin, 1997:105).34Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumMenurut Eggen dan Kauchak (1996:305) GI merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok secara heterogen untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Peserta didik dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Pada pembelajaran dengan kooperatif GI menekankan pada partisipasi dan aktivitas peserta didik untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau dari sumber belajar lain. Zingaro (2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif GI mencakup empat komponen penting yaitu; investigasi, interaksi, interpretasi, dan motivasi intrinsik. Investigasi mengacu pada kenyataan bahwa setiap kelompok fokus pada proses bertanya tentang topik yang dipilih dan penyelidikan yang akan dilakukan. Interaksi merupakan ciri dari semua metode pembelajaran kooperatif, yang diperlukan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi ide-ide dan saling membantu dalam belajar. Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan menguraikan temuan dari setiap anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Motivasi intrinsik berarti bahwa setiap anggota kelompok akan berusaha untuk memberikan kontribusi kepada kelompoknya.Pengembangan pembelajaran kooperatif GI didasarkan pada tiga komponen utama, yaitu penyelidikan (inquiry), pengetahuan (knowledge), dan dinamika belajar kelompok (the dynamic of the learning group) (Sukamto dan Udin, 1997:105-106). Komponen inquiry, adalah proses yang mendorong peserta didik memecahkan suatu masalah dengan menggunakan prosedur dan persyaratan yang tertentu. Masalah yang diteliti itu dapat berasal dari peserta didik itu sendiri atau dari guru. Komponen pengetahuan adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik melalui dan dari pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Komponen dinamika belajar dalam kelompok menunjuk pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. Dalam interaksi ini terdapat proses saling berargumentasi.Guru yang menggunakan pembelajaran kooperatif GI, paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling berkaitan antara lain: 1) investigasi kelompok membantu peserta didik untuk menginvestigasi terhadap suatu topik secara sistematik dan analitik, hal ini berakibat pada pengembangan keterampilan penemuan dan membantu untuk mencapai tujuan, 2) pemahaman yang mendalam terhadap topik yang diberikan, 3) dalam investigasi kelompok peserta didik belajar cara bekerja secara kooperatif dalam memecahkan masalah, belajar untuk bekerja sama merupakan keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam hidup bermasyarakat. Jadi, guru dalam menerapkan model investigasi kelompok dapat mencapai tiga hal, yaitu, belajar dengan penemuan, belajar isi, dan belajar untuk bekerja secara kooperatif.35Ilmu Pengetahuan AlamMenurut Sharan dan Sharan (1989), Slavin (2010), kegiatan investigasi kelompok meliputi kegiatan peserta didik bekerja melalui enam tahapan yaitu 1) mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok, 2) merencanakan tugas atau investigasi yang akan dipelajari, 3) melaksanakan investigasi, 4) menyiapkan laporan akhir, 5) mempresentasikan laporan akhir, dan 6) evaluasi. Pada tahap mengidentifikasi topik guru mempresentasikan topik besar pada seluruh peserta didik di kelas dan topik dapat dipecah sesuai dengan kurikulum atau keinginan peserta didik atau juga sesuai dengan isu-isu terkini. Selanjutnya, peserta didik menyeleksi atau memilih beberapa subtopik yang dilakukan melalui perencanaan bersama. Kemudian, judul dari setiap subtopik dipresentasikan di depan kelas dan peserta didik bergabung dalam kelompok yang sesuai dengan subtopik yang dipilih. Pada tahap merencanakan investigasi, setiap kelompok memformulasikan masalah yang dapat diteliti dan merencanakan kerja, menentukan aspek-aspek yang akan diinvestigasi, menyiapkan cara menginvestigasi, dan sumber-sumber yang diperlukan untuk investigasi. Selanjutnya, pada tahap investigasi, setiap kelompok mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, menganalisis dan mengevaluasi data, serta menyimpulkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang baru diperoleh untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan dalam sintaks GI mampu memberdayakan keterampilan berpikir peserta didik karena melalui kegiatan evaluasi peserta didik akan dapat memahami hal-hal yang telah mereka ketahui dan yang tidak diketahui, serta cara-cara mempelajarinya sehingga dapat memicu pemahaman lebih lanjut. Menurut Feldman (2010) tindakan untuk mengevaluasi, masalah atau argumen, dan memilih pola investigasi yang dapat menghasilkan jawaban terbaik merupakan cakupan dari berpikir kritis.Kooperatif GI digunakan untuk melatih berbagai kemampuan peserta didik agar memiliki kemampuan seperti; sintesis, analisis, dan mengumpulkan informasi atau data untuk melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi dalam proses pembelajaran. Kooperatif GI ini menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Slavin (2010) menyatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat membantu memperluas dan memperbaiki pengetahuan peserta didik sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi bermakna. Tugas-tugas penyelidikan, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan akan lebih baik dan efisien bila dilakukan oleh kelompok kooperatif dibanding dilakukan secara individual.Slavin (2010) mengemukakan hal penting untuk melakukan pembelajaran dengan GI adalah sebagai berikut.1) Membutuhkan Kemampuan Kelompok Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, 36Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk Umumpeserta didik dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas. Kemudian, peserta didik mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.2) Rencana Kooperatif Peserta didik bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.3) Peran Guru Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar di antara kelompok-kelompok, memperhatikan dan membantu peserta didik mengatur pekerjaan, jika peserta didik menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.b. Prosedur Pembelajaran dengan GITahapan-tahapan pembelajaran yang menggunakan GI untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 (Slavin, 1995).Tabel 2.3 Tahapan Pembelajaran Kooperatif dengan Group InvestigationTahapan GIKegiatan PembelajaranTahap IMengidentifikasi topik dan membagi peserta didik ke dalam kelompokGuru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memberi kontribusi mengenai hal-hal yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.Tahap IIMerencanakan tugasKetua kelompok akan membagi subtopik kepada seluruh anggota, membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.Tahap IIIMembuat penyelidikanPeserta didik mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru untuk mencari solusi masalah dalam kelompok.Tahap IVMempersiapkan tugas akhirSetiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang dipresentasikan di depan kelas.Tahap VMempresentasikan tugas akhirPeserta didik mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lain tetap mengikuti.Tahap VIEvaluasiSoal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.37Ilmu Pengetahuan Alamc. Contoh Implementasi Pembelajaran dengan Group InvestigationContoh pembelajaran dengan menggunakan Group Investigation ini diambil dari materi yang akan dipelajari peserta didik pada bab Reproduksi pada Tumbuhan dan Hewan bagian Siklus Hidup Tumbuhan. Tiap-tiap kelompok tumbuhan seperti Angiospermae, Gymnospermae, paku, dan lumut mempunyai siklus hidup yang berbeda. Pada kegiatan pembelajaran ini peserta didik secara berkelompok diarahkan untuk melakukan investigasi tentang siklus hidup tumbuhan. Berikut ini akan dipaparkan secara rinci kegiatan pembelajaran dengan menggunakan GI pada materi siklus hidup tumbuhan.Tabel 2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif dengan Group Investigation pada Materi Siklus Hidup TumbuhanTahapan GIKegiatan PembelajaranTahap IMengidentifikasi topik dan membagi peserta didik ke dalam kelompok Pembelajaran ini diawali dengan guru menanyakan pada peserta didik tentang beberapa kelompok tumbuhan yang dikenal. Guru mengarahkan bahwa ada empat kelompok besar tumbuhan yaitu Angiospermae, Gymnospermae, paku, dan lumut; tiap-tiap kelompok mempunyai siklus hidup. Guru menentukan ada 4 topik yang akan diinvestigasi yaitu siklus hidup: 1) Angiospermae,2) Gymnospermae, 3) paku, dan 4) lumut. Peserta didik dikelompokkan ke dalam 8 kelompok, dengan anggota 4-5 0rang. Selanjutnya, kelompok memilih salah satu topik yang akan diinvestigasi, misal: kelompok 1 dan 2: siklus Angiospermae; kelompok 3 dan 4: siklus hidup Gymnospermae; kelompok 5 dan 6: siklus hidup paku; dan kelompok 7 dan 8: siklus hidup lumut.Tahap IIMerencanakan tugas Kelompok menyusun rumusan masalah dan tujuan sesuai dengan topik. Selanjutnya, guru membimbing kelompok membuat perencanaan dari masalah yang akan diinvestigasi dan mengkaji literatur sesuai dengan topiknya yaitu tentang siklus hidup tumbuhan, bagaimana proses, dan sumber apa yang akan dipakai.Tahap IIIMembuat penyelidikan Tiap-tiap kelompok menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengamatan (investigasi) siklus hidup tumbuhan. Tiap-tiap kelompok melaksanakan investigasi atau pengamatan yang telah direncanakan. Tiap-tiap kelompok mengumpulkan, menganalisis, dan mengkaji literatur, serta membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.38Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumTahapan GIKegiatan PembelajaranTahap IVMempersiapkan tugas akhir Setiap kelompok mempersiapkan laporan hasil investigasi siklus hidup tumbuhan yang akan dipresentasikan di depan kelas.Tahap VMempresentasikan tugas akhir Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.Tahap VIEvaluasi Soal ulangan mencakup seluruh topik siklus hidup tumbuhan (Angiospermae, Gymnospermae, paku, dan lumut) yang telah diselidiki dan dipresentasikan.2. Discovery Learninga. Pembelajaran dengan Discovery LearningPembelajaran dengan discovery learning merupakan salah satu pembelajaran yang direkomendasikan Kurikulum 2013 untuk digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Discovery learning telah dikenal sejak lama karena memiliki karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran lain dan kelebihannya untuk membelajarkan peserta didik. Pembelajaran dengan discovery learning pertama kali dikemukakan oleh Jerome Bruner pada tahun 1960-an. Bruner menyatakan bahwa dalam pembelajaran terjadi suatu proses penemuan (discovery), refleksi, berpikir, melakukan eksperimen, dan eksplorasi. Seiring dengan pemikiran itu, Bruner menyadari bahwa tujuan pendidikan IPA adalah perkembangan intelektual sehingga dalam IPA harus membantu perkembangan keterampilan pemecahan masalah melalui penemuan. Discovery learning mendorong peserta didik untuk secara aktif menggunakan intuisi, imajinasi, dan kerativitasnya (Castronova, 2000). Discovery learning merupakan salah pembelajaran berbasis inkuiri dan menggunakan teori belajar konstruktivistik, dalam hal ini peserta didik membangun pengetahuan dari pengetahuan awalnya dan melalui pengalaman aktif. Pada pembelajaran discovery learning peserta didik dihadapkan pada permasalahan, selanjutnya peserta didik menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah diketahui sebelumnya untuk menemukan fakta dan pengetahuan baru. Peserta didik berinteraksi dengan lingkungan mengeksplorasi dan memanipulasi objek, mengajukan pertanyaan, atau melakukan eksperimen. Discovery learning juga merupakan metode yang dapat mendorong peserta didik untuk menarik kesimpulan berdasarkan aktivitas dan hasil observasinya. Aktivitas dalam discovery learning pada pembelajaran IPA sangat penting untuk pembelajaran bermakna dan belajar sepanjang hayat. 39Ilmu Pengetahuan AlamAktivitas pada pembelajaran IPA meningkatkan keingintahuan peserta didik dan mengarahkan peserta didik untuk menyelidiki hal-hal yang menjadi fokus utama mereka serta merasakan fenomena alami dari aspek yang berbeda. Aktivitas seperti ini akan membantu membenarkan kesalahan konsep peserta didik (Balım, 2009). Pembelajaran discovery learning berbeda dengan pembelajaran klasikal yang biasanya pasif dan berpusat pada guru. Selain itu, discovery learning memiliki perbedaan dengan pembelajaran klasikal. Perbedaan tersebut meliputi berikut ini.1) Cara belajar lebih aktif. Peserta didik diajak untuk melakukan hands-on activity berdasarkan masalah-masalah nyata yang membutuhkan solusi. Hal ini didasarkan pada pengertian belajar yang tidak hanya didefinisikan sebagai upaya menyerap dengan mudah pengetahuan yang guru informasikan atau pengetahuan yang peserta didik baca, tetapi pencarian pengetahuan baru secara aktif. 2) Berorientasi pada proses belajar. Fokus pada discovery learning adalah belajar tentang cara menganalisis atau menginterpretasi informasi untuk memahami pengetahuan yang telah dipelajari daripada hanya memberikan jawaban yang benar dari yang diingat. Discovery learning mendorong peserta didik untuk mendapat tingkat pemahaman yang lebih mendalam.3) Kegagalan dalam belajar merupakan proses penting dalam belajar. Kegagalan dalam belajar dianggap sebagai suatu kondisi yang positif. Discovery learning tidak menekan peserta didik untuk selalu mendapatkan jawaban yang benar karena secara psikologi kognitif, kegagalan merupakan pusat untuk belajar. Melalui kegagalan peserta didik dapat belajar sesuatu yang baru.4) Memerlukan umpan balik. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan dapat lebih dipahami dan bertahan lebih lama melalui kegiatan diskusi dengan peserta didik lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran tradisional yang biasanya mengharapkan peserta didik untuk diam dan tenang di dalam kelas. 5) Pengetahuan yang diperoleh lebih dalam dan lama diingat. Seorang peserta didik akan mendalami suatu konsep melalui cara yang alami. Discovery learning dikembangkan sesuai dengan cara alami manusia dalam mencari pengetahuan, yakni dengan mendorong rasa ingin tahu peserta didik. 40Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumDiscovery learning merujuk pada pendekatan yang berpusat pada peserta didik dalam hal ini peserta didik menemukan pengetahuan baru melalui pembelajaran aktif dan pengalaman melalui kegiatan laboratorium. Peserta didik membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Jenis belajar ini menunjukkan bahwa belajar berorientasi pada proses. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bruner yang menyatakan bahwa ”practice in discovering for oneself teaches one to acquire information in a way that makes that information more readily viable in problem solving”.Discovery learning memiliki karakteristik utama seperti yang dikemukakan Bicknell-Holmes and Hoffman (2000) sebagai berikut.1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk mengkreasi, memadukan, dan menggeneralisasi pengetahuan. Karakteristik ini sangat penting dalam discovery learning. Melalui kegiatan mengeksplorasi dan memecahkan masalah, peserta didik berperan aktif untuk menciptakan, memadukan, dan menggeneralisasi pengetahuan. Pada discovery learning, peserta didik tidak pasif menerima informasi melalui ceramah atau latihan saja. Peserta didik melakukan aplikasi belajar yang lebih luas melalui kegiatan belajar yang mungkin saja gagal, pemecahan masalah dan pengujian laboratorium (Bicknell-Holmes and Hoffman, 2000). Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan mengarahkan belajar peserta didik. 2) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk melakukan aktivitas berdasarkan minat belajarnya. Melalui discovery learning, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dan meningkatkan motivasi belajar karena discovery learning cukup fleksibel sehingga peserta didik menikmati fase-fase belajar. 3) Melakukan aktivitas yang mendorong peserta didik memadukan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Karakteristik ini didasarkan pada prinsip penggunaan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dalam menerapkan discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif (Sardiman, 2005:145). Guru harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi seorang problem solver atau ilmuwan kecil. Melalui discovery learning, peserta didik menemukan jati diri sendiri dan mempelajari konsep dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian, guru yang menerapkan discovery learning dapat menempatkan peserta didik pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpainya dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).Next >