< PreviousLampiran B b30 style sheet, instruksi bagi layout dokumen, seperti permukaan huruf cetak yang digunakan, ukuran poin header, penempatan footer, dll. Agar menjaga konsistensi pada dokumen. thermography, teknis penyelesaian yang dikerjakan setelah mencetak yang mengangkat tinda dan memberikan efek cetak lukisan/pahatan. tiff, singkatan dari Tagged Image File Format, yaitu format file yang tidak terkompres untuk tetap memeliaaahara kelengkapan data warna yang terekam. Format Tiff hanya berlaku untuk data bitmap, dan menjadi default dalam penyimpanan gambar dari scanner, kamera digital hi-end maupun photo CD untuk profesional. Lampiran C c1 DAFTAR GAMBAR halaman BAB I Pendahuluan 1 Gambar 1.1 Diagram perkembangan 2 Gambar 1.2 Alur produksi konvensional 3 Gambar 1.3 Kombinasi alur produksi konvensional dan digital 4 Gambar 1.4 Alur produksi teknologi digital 4 Gambar 1.5 Diagram computer to print 5 BAB II Kertas. Tinta cetak, Warna, Densitometry, dan Colorimetrics 6 Gambar 2.1 Proses pembuatan kertas 8 Gambar 2.2 Sistem penintaan cetak ofset 12 Gambar 2.3 Ketahanan terhadap pembagian tinta 12 Gambar 2.4 Viskositas tinta 13 Gambar 2.5 Diagram proses pembuatan tinta 14 Gambar 2.6 Skema water conditioning 16 Gambar 2.7 Skema gaya dalam zat cair 16 Gambar 2.8 Sudut kontak 17 Gambar 2.9 Skema gerakan penyaluran air pada sistem pembasahan konvensional 17 Gambar 2.10 Skema gerak putar rol bak air 17 Gambar 2.11 Sistem pembasahan alkohol tidak menggunakan rol jilat 18 Gambar 2.12 Alat pendingin sistem pembasahan dengan alkohol 18 Gambar 2.13 Bentuk gelombang 19 Gambar 2.14 Panjang gelombang 19 Gambar 2.15 Panjang gelombang merah ke hijau ke biru 20 Gambar 2.16 Proses tertangkapnya warna 21 Gambar 2.17 Retina mata menangkap warna 21 Gambar 2.18 Campuran warna 21 Gambar 2.19 Campuran warna yang dikurangi 22 Gambar 2.20 Kuning diatas kertas putih 23 Gambar 2.21 Cyan diatas kuning 23 Gambar 2.22 Magenta diatas cyan dan kuning 23 Gambar 2.23 Klasifikasi warna 24 Gambar 2.24 Ruang warna 25 Gambar 2.25 Nilai kadar warna 25 Gambar 2.26 Diagram kromatik 26 Gambar 2.27 Corak warna diletakkan dalam hexagon 27 Gambar 2.28 Pengaruh ketebalan film tinta 28 Gambar 2.29 Perbandingan nilai halftone 34 Gambar 2.30 Variasi dot mempengaruhi hasil cetakan 35 Gambar 2.31 Karakteristik cetakan 37 Gambar 2.32 Komposisi kromatik 39 Gambar 2.33 Struktur warna kromatik 39 Gambar 2.34 Porsi akromatik digantikan oleh hitam 40 Gambar 2.35 Porsi akromatik dikurangi hingga 30% 40 Gambar 2.36 Komposisi akromatik 40 Gambar 2.37 Porsi warna C,M,Y dikurangi 41 Gambar 2.38 Komposisi akromatik dengan penambahan warna kromatik 41 Lampiran C c2 Gambar 2.39 Penambahan porsi C,M,Y ditambahkan ke struktur warna akromatik 41 Gambar 2.40 Cetakan 7 (tujuh) warna ditempatkan pada diagram kromatik CIE 42 Gambar 2.41 Tingkat reduksi nilai halfone yang disebabkan karena kesalahan pemasangan tinta 43 Gambar 2.42 Hasil tiga superimposition yang berbeda pada warna cyan dan magenta 43 Gambar 2.43 Potongan bidang beberapa kondisi 45 Gambar 2.44 Potongan halftone 45 Gambar 2.45 Potongan slur/doubling 46 Gambar 2.46 Pemantauan visual pada pencahayaan lempengan 46 Gambar 2.47 Cara kerja densitometer transmisi dan refleksi 46 Gambar 2.48 Prinsip densitometer refleksi 47 Gambar 2.49 Refleksi kurva untuk cyan, magenta dan kuning bersama dengan filter warna 48 Gambar 2.50 Filter polarisasi 49 Gambar 2.51 Ketebalan film tinta C,M,Y,K 51 Gambar 2.52 Penghimpunan/kumpulan cahaya 53 Gambar 2.53 Warna-warni tambahan diukur dengan sebuah densitometer 57 Gambar 2.54 Warna-warna tambahan HKS 8 dan HKS 65 58 Gambar 2.55 Konstruksi alat pengukur warna mengikuti model visual dan sensorik pada mata manusia 59 Gambar 2.56 Cahaya mempengaruhi komposis spektral 60 Gambar 2.57 Komposisi jenis penyinaran D65 60 Gambar 2.58 Warna X dan Y 61 Gambar 2.59 Warna Z 62 Gambar 2.60 Ilustrasi sebuah area diameter 3,5 cm dan 17,5 cm dilihat pada jarak 1 meter 62 Gambar 2.61 Proses menggabungkan dan mengalikan dengan faktor normalisasi, nilai tristimulus X,Y dan Z 63 Gambar 2.62 Elips Mac Adam 64 Gambar 2.63 Lokasi porosn pada ruang warna CIELAB 65 Gambar 2.64 Sifat warna dan penjenuhan warna digambar pada poros/sumbu aº dan bº 66 Gambar 2.65 Ruang warna CIELAB untuk membentuk warna 66 Gambar 2.66 Bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELAB untuk membentuk warna pada level pencahayaan Lº=50 67 Gambar 2.67 Level pencahayaan Lº=75,3 dengan aº=51,2 dan bº=48,4 68 Gambar 2.68 Tiga sumbu koordinat ditunjukkan dengan Lº, uº dan vº 69 Gambar 2.69 Bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELUV untuk membentuk warna pada level pencahayaan Lº=50 69 Gambar 2.70 representasi skematik dengan lokasi ukuran L*= 75,3, C*= 70,5, hº= 43,40 70 Gambar 2.71 Elips untuk menilai evaluasi dalam pencahayaan dan corak 71 Gambar 2.72 Sistem klasifikasi warna Munsell 72 Gambar 2.73 Koordinat Munsell tidak dapat diubah menjadi koordinat CIE 72 Gambar 2.74 Prinsip pengukuran (menyangkut) three-range photometer 73 Gambar 2.75 Prinsip pengukuran CPC 21 75 Gambar 2.76 Kepingan control warna 76 Gambar 2.77 Kepingan kontrol warna untuk mengukur spektral dengan CPC 76 Lampiran C c3 21 Gambar 2.78 Tampilan monitor CPC 21 78 Gambar 2.79 Output monitor CPC 21 79 BAB III Pekerjaan desain hingga bentuk file siap film 81 Gambar 3.1 Diagram alur prepress analog dan digital 84 Gambar 3.2 Ilustrasi garis 91 Gambar 3.3 Ilustrasi bidang 92 Gambar 3.4 Ilustrasi bidang (geometris) 92 Gambar 3.5 Ilustrasi bercak-bercak (doodle) 93 Gambar 3.6 Ilustrasi cukilan sebagai klise cetakan 93 Gambar 3.7 Ilustrasi kolase 94 Gambar 3.8 Cover majalah gradasi 100 Gambar 3.9 Van de Graff 102 Gambar 3.10 Diagonal 102 Gambar 3.11 Perbandingan emas 103 Gambar 3.12 Visualisasi rancangan instruksi 104 Gambar 3.13 Scanner flat-bed 105 Gambar 3.14 Scanner Drum 106 Gambar 3.15 Kamera digital 107 Gambar 3.16 Skema imposisi 112 Gambar 3.17 Imposisi diatas layar monitor 112 Gambar 3.18 Peletakan nomor halaman sesuai karakteristik barang cetak 113 Gambar 3.19 Contoh imposisi elektronik 113 Gambar 3.20 Diagram proses input data-desain-imposisi-hingga pencetakan 114 Gambar 3.21 Diagram alur proses kerja Post Script-RIP 114 Gambar 3.22 Integrasi text, graphics, picture,dan layout 115 Gambar 3.23 Skema kerja dari proses data hingga menjadi film 115 Gambar 3.24 Sistem digital yang terkoneksi dengan mesin cetak (DCP9 9000/QM-DI, Kodak/Heidelberg) 116 BAB IV Foto Reproduksi (film making) dan plate making 117 Gambar 4.1 Proses pembuatan film konvensional 117 Gambar 4.2 Skema kamera vertikal tampak samping 118 Gambar 4.3 Perspektif kamera vertikal 118 Gambar 4.4 Skema vertikal tampak depan 119 Gambar 4.5 Perspektif kamera vertikal 119 Gambar 4.6 Bidang model 120 Gambar 4.7 Jalan sinar pada jenis kamera vertikal 120 Gambar 4.8 Macam-macam lensa 120 Gambar 4.9 Jarak titik api dengan fokus 120 Gambar 4.10 Skema penampang lintang lensa proses 121 Gambar 4.11 Cara kerja diafragma iris 121 Gambar 4.12 Cermin pembalik 121 Gambar 4.13 Kamera vertikal 122 Gambar 4.14 Tipe kamera vertikal 122 Gambar 4.15 Kamera vertikal tampak depan 123 Gambar 4.16 Panel kamera vertikal 123 Gambar 4.17 Skema jarak screening pada kamera reproduksi 124 Gambar 4.18 Skema kamera horisontal 124 Gambar 4.19 Jalan sinar pada jenis kamera horisontal 124 Lampiran C c4 Gambar 4.20 Kamera horisontal 125 Gambar 4.21 Bagian-bagian kamera horisontal 125 Gambar 4.22 Bagian-bagian kamera horisontal 126 Gambar 4.23 Kamera horisontal menempati dua kamar 126 Gambar 4.24 Menyetel ketajaman bayangan 127 Gambar 4.25 Struktur film 129 Gambar 4.26 Struktur film 129 Gambar 4.27 Kepekaan film terhadap cahaya 131 Gambar 4.28 Film developer in tray design 131 Gambar 4.29 Film developer with deep tank technology 132 Gambar 4.30 Diagram skematis film processor 133 Gambar 4.31 Pengembangan film secara manual 133 Gambar 4.32 Film processor merk Tung Shung 137 Gambar 4.33 Kerja filter 138 Gambar 4.34 Sudut raster 138 Gambar 4.35 Metode pemisahan warna 139 Gambar 4.36 Produksi film separasi 140 Gambar 4.37 Scanning head of color separation scanner 141 Gambar 4.38 Proses produksi dari model sampai siap di film 141 Gambar 4.39 Penempelan film saat montase 142 Gambar 4.40 Montase film 143 Gambar 4.41 Montase 8 halaman buku 144 Gambar 4.42 Diagram skematis pemisahan warna scanner 145 Gambar 4.43 Bagan scanner drum 145 Gambar 4.44 The drum imagesetter 146 Gambar 4.45 The drum imagesetter and film processor 147 Gambar 4.46 Struktur pelat cetak offset 148 Gambar 4.47 Bak tempat pengembangan pelat 149 Gambar 4.48 Skema permukaan pelat 150 Gambar 4.49 Bagian demi bagian pelat di expose 151 Gambar 4.50 Film yang sama di expose dalam satu pelat 151 Gambar 4.51 Berbagai image di expose dalam satu pelat 152 Gambar 4.52 Graining pada pelat cetak 153 Gambar 4.53 Plate making 153 Gambar 4.54 Proses Produksi dari membuat model hingga print finishing 153 Gambar 4.55 Diagram proses transfer data file ke RIP dilanjutkan ke berbagai media (CtFilm, CtPlate, CtPress 154 Gambar 4.56 Plate making 154 Gambar 4.57 Contact copier 155 Gambar 4.58 Plate processor 155 Gambar 4.59 Plate making 156 Gambar 4.60 Komputer to plate 156 BAB V Kalkulasi Grafika 157 BAB VI Acuan Cetak Fleksografi dan Pad Printing 171 Gambar 6.1 Prinsip kerja acuan cetak konvensional 171 Gambar 6.2 Skema gambar mesin fleksografi 171 Gambar 6.3 Unit cetak fleksografi 172 Gambar 6.4.a Skema proses pencetakan 172 Gambar 6.4.b Skema gambar mesin fleksografi 173 Lampiran C c5 Gambar 6.5 Proses pengembangan pelat photopolymer untuk cetak fleksografi 173 Gambar 6.6 Film processor 174 Gambar 6.7 Densitometer refleksi 175 Gambar 6.8 Densitometer transparansi 176 Gambar 6.9 Kapstan 176 Gambar 6.10 Eksternal dan internal drum 177 Gambar 6.11 Sleeve (seamless) untuk cetak fleksografi (BASF) 177 Gambar 6.12 Diagram alur proses cetak fleksografi 178 Gambar 6.13 CtP ThermoFlex 4045 179 Gambar 6.14 CtP ThermoFlex 2630 179 Gambar 6.15 CtP ThermoFlex 5280 180 Gambar 6.16 CtP fleksografi uk. 1067 mm x 1524 mm 180 Gambar 6.17 Pelat tembaga wedgewood blue 182 Gambar 6.18 Prinsip penyinaran pelat keluli 183 Gambar 6.19 Gaya penyinaran pelat terskrin 184 Gambar 6.20 Schematic diagram of pad transfer printing 185 Gambar 6.21 Open system for inking the cliché in pad transfer printing 185 Gambar 6.22 Peralatan pelat jenis drum 187 Gambar 6.23 Kerataan fotopolimer 188 Gambar 6.24 Mesin cetak pad 1 warna 191 Gambar 6.25 Mesin cetak pad multicolor carousel (MKM 125, Morlock) 192 Gambar 6.26 Mesin cetak pad 4 warna (TPX 500, Teca Print) 192 Gambar 6.27 Contoh produk hasil pad printing 192 BAB VII Macam-macam teknik cetak 193 Gambar 7.1 Johannes Gutenberg 194 Gambar 7.2 Mesin cetak Gutenberg 194 Gambar 7.3 Batang huruf 195 Gambar 7.4 Mesin cetak Degel (1950) 196 Gambar 7.5 Hand press 196 Gambar 7.6 Hand press dengan sistem penintaan piring 197 Gambar 7.7 Skema mesin Degel 198 Gambar 7.8 Cara kerja sistem Boston 198 Gambar 7.9 Cara kerja sistem Gordon 199 Gambar 7.10 Cara kerja sistem Gally 199 Gambar 7.11 Cara kerja sistem liberty 200 Gambar 7.12 Landasan mesin cetak silinder 201 Gambar 7.13 Mesin cetak silinder 201 Gambar 7.14 Sistem pencetakan langsung 202 Gambar 7.15 Diagram proses pencetakan 202 Gambar 7.16 Batang huruf 202 Gambar 7.17 Nomerator 202 Gambar 7.18 Menutup acuan 202 Gambar 7.19 Peletakan gambar huruf pada siku susun 203 Gambar 7.20 Lemari huruf dan batang huruf 203 Gambar 7.21 Ruangan cetak tinggi beserta perlengkapannya 204 Gambar 7.22 Mesin proof 204 Gambar 7.23 Letterpress-8x12-old-the old style was first made in 1884 204 Gambar 7.24 Letterpress-12x18-new New Style was made in 1911 204 Gambar 7.25 Tim’s model no 3 victorian hand press 204 Lampiran C c6 Gambar 7.26 Hand press 204 Gambar 7.27 Heidelberg KORS 204 Gambar 7.28 Ruangan kerja cetak tinggi 205 Gambar 7.29 Proses pencetakan 205 Gambar 7.30 Produk mesin cetak tinggi 206 Gambar 7.31 Produk mesin cetak tinggi 207 Gambar 7.32 Cara kerja dan bentuk acuan 208 Gambar 7.33.1 Skema unit pencetakan sistem mesin fleksografi konvensional 210 Gambar 7.33.2 Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem doctor blade 211 Gambar 7.34 Contoh hasil cetak flexo pada kemasan popok bayi 214 Gambar 7.35 Struktur dari jenis-jenis pelat photopolymer 215 Gambar 7.36 Penampang silinder pelat dengan pelat cetak dan sticky back 215 Gambar 7.37 Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem single doctor blade chamber 216 Gambar 7.38 Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem double doctor blade chamber 216 Gambar 7.39 RAVOL, perangkat pengukur ketebalan tinta rol anilox buatan APEX 219 Gambar 7.40 Unit cetak satelit mesin fleksografi 220 Gambar 7.41 Mesin cetak flekso 8 warna dengan silinder tekan terpusat (34 DF/8-CNC, Fischer & Krecke) 220 Gambar 7.42 Penggantian lapisan silinder pelat dengan proses silinder otomatis pada mesin flekso dengan silinder tekan terpusat (Fischer & Krecke) 221 Gambar 7.43 Penggantian lapisan silinder pelat pada mesin fleksografi (Fischer & Krecke) 221 Gambar 7.44 Mesin cetak fleksografi dengan silinder tekan terpusat dengan 8 unit cetak dengan keotomatisan tingkat tinggi (Astraflex, W&H) 221 Gambar 7.45 Skema mesin fleksografi dengan desain satu garis 221 Gambar 7.46 Mesin cetak fleksografi desain satu garis terintegrasi dengan unit pemotong dan unit lipat (Lemanic 82, Bobst) 222 Gambar 7.47 Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan pengering UV dan pemotong berputar (Arsona EM 510, Heidelberg/Gallus) 222 Gambar 7.48 Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan pemotong berputar, unit winding untuk menghilangkan pemborosan, dan mengontrol gambar (GLS-2000, Nilpeter) 222 Gambar 7.49 Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan pemotong berputar, stasiun winding (4200, Mark andy) 223 Gambar 7.50 Skema mesin cetak fleksografi desain tipe susun/tumpuk 223 Gambar 7.51 Skema mesin cetak fleksografi empat warna desain tipe susun/tumpuk untuk mencetak kemasan. 224 Gambar 7.52 Mesin cetak surat kabar untuk mencetak multi dengan 144 unit cetak (flexocourier, KBA) 225 Gambar 7.53 Skema mesin cetak fleksografi dengan multi silinder tekan 225 Gambar 7.54 Penggantian lapisan silinder pelat dan rol anilox pada mesin fleksografi (Soloflex, W&H) 225 Gambar 7.55 a. mesin cetak fleksografi 2 warna, b. silinder pelat dengan pelat cetak dan rol tinta (flexoGold, Aurelia) 225 Gambar 7.56 Skema mesin cetak fleksografi 8 warna dengan silinder tekan 226 Lampiran C c7 sentral Gambar 7.57 Skema mesin cetak fleksografi kapasitas tinggi dengan silinder tekan terpusat dengan 8 unit penintaan (W&H) 226 Gambar 7.58 Skema unit pencetakan mesin cetak fleksografi gulungan, dengan silinder pusat, 8 warna 227 Gambar 7.59 Pembuatan acuan pada silinder gravure dengan jarum pemahat (engraving) 231 Gambar 7.60 Mesin pembuat acuan untuk mesin rotogravure (Helio Klischograph K 406-Sprint, Hell Gravure system) 231 Gambar 7.61 Mesin pembuat film cetak rotogravure 231 Gambar 7.62 Skema struktur pencetakan mesin cetak dalam 232 Gambar 7.63 Master cetakan (dengan 4 warna tinta) pada silinder gravure untuk mencetak uang kertas. 236 Gambar 7.64 Jenis-jenis variasi dari pelat lembaga pada silinder gravure 238 Gambar 7.65 Penampang sel-sel pengukiran dengan electromechanicall 239 Gambar 7.66 Hasil cetak rotogravure yang diperbesar dan tampak bagian tepinya yang bergerigi. 239 Gambar 7.67 Ilustrasi unit pencetakan mesin rotogravure 240 Gambar 7.68 Mesin rotogravure yang dilengkapi peralatan untuk penggantian lapisan silinder gravure dan unit penintaan untuk mempercepat proses penggantiannya (W&H) 242 Gambar 7.69 Diagram mesin cetak rotogravure lembaran multiwarna untuk bahan kemasan (Rembrant 142, KBA) 243 Gambar 7.70 Mesin cetak rotogravure lembarab multiwarna untuk bahan kemasan (Rembrant 142, KBA) 243 Gambar 7.71 Diagram unit pencetakan mesin cetak rotogravure 8 warna 244 Gambar 7.72 Diagram struktur unit mesin Proff Rotogravure (KBA) 244 Gambar 7.73 Diagram mesin proff cetak rotogravure dengan 4 unit pencetakan 244 Gambar 7.74 Mesin cetak rotogravure dengan cadangan tinta pada tangki penyuplai di bagian depan (KBA) 245 Gambar 7.75a Mesin rotogravure dengan 10 unit cetak (heliostar 2000, W&H) 245 Gambar 7.75b Contoh produk kemasan hasil cetak rotogravure 245 Gambar 7.76 Johannes Gutenberg penemu teknik cetak offset 246 Gambar 7.77 Skema prinsip pencetakan pada mesin cetak offset 248 Gambar 7.78 Skema unit-unit pada mesin cetak offset lembarab dua warna 251 Gambar 7.79 a. skema unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemasukan tunggal, b. contoh unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemsukan tunggal (Heidelberg) 252 Gambar 7.80 Contoh unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemasukan susun sirih (Heidelberg) 253 Gambar 7.81 Kelompok kepala hisap 254 Gambar 7.82 Sistem pemasukan susun sirih (stream feeder) dengan ban penghisap mesin cetak speedmaster SM 74 Heidelberg 254 Gambar 7.83 Unit pencetakan mesin cetak offset lembaran 255 Gambar 7.84 Macam-macam sistem pembasahan 256 Gambar 7.85 Sistem penintaan mesin cetak offset 257 Gambar 7.86 Unit pengeluaran mesin cetak offset 257 Gambar 7.87 Macam-macam diagram mesin cetak offset 1 warna produksi Heidelberg 258 Gambar 7.88 Macam-macam diagram mesin cetak offset 2 warna produksi 259 Lampiran C c8 Heidelberg Gambar 7.89 Skema sederhana mesin cetak offset gulungan 260 Gambar 7.90 Automatic reel stand model flying paster 261 Gambar 7.91 Automatic reel stand zero speed dengan festoon vertikal 262 Gambar 7.92 Konstruksi unit pencetakan blanket 263 Gambar 7.93 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe I (M-600, Heidelberg) tipe Y (KBA) 263 Gambar 7.94 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe twin H (GOSS) 263 Gambar 7.95 Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe twin satelite (MAN Roland) 263 Gambar 7.96 Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe satelit (MAN Roland) 264 Gambar 7.97 Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe three quarter satelite (GOSS) 264 Gambar 7.98 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket semi satelit (WIFAG) 264 Gambar 7.99 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe H, empat unit pencetakan (Galaxy Heidelberg) 264 Gambar 7.100 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe H (Universal 70 GOSS) 265 Gambar 7.101 Sistem pembasahan mesin cetak offset 266 Gambar 7.102 Desain unit penintaan Speedmaster 102 9Heidelberg) 267 Gambar 7.103 Desain unit penintaan Roland 700 (MAN Roland) 267 Gambar 7.104 Desain unit penintaan Rapida 104 (KB) 267 Gambar 7.105 Desain unit penintaan short inking unit 267 Gambar 7.106 Desain unit penintaan Convertible inking unit (M-6000, Heidelberg) 268 Gambar 7.107 Skema unit pengeluaran (double folder unit) , (MAN Roland) 269 Gambar 7.108 Skema unit jaws folder, interaksi antara cutting knife, tucker blade dan interaksi antara jaw dan cylinder (IFRA) 269 Gambar 7.109 Skema unit darum folder (IFRA) 270 Gambar 7.110 Skema former arranged (IFRA) 270 Gambar 7.111 Contoh-contoh hasil lipatan mesin cetak offset gulungan 270 Gambar 7.112 Sumbangan dot gain dalam proses pencetakan 271 Gambar 7.113 Blanket smash karena lipatan kertas 282 Gambar 7.114 Blanket rusak parah terhempas oleh lipatan tumpukan kertas, kain putih terlihat keluar 282 Gambar 7.115 Fiber tercampur dengan coating tercabut dari sisi kertas yang kasar 283 Gambar 7.116 Ukuran 12x18.25” diukur tepat pada sisi kiri templat 289 Gambar 7.117 Ukuran 12x18.25” sisi kanan terdapat gap terhadap templat terjadi penyusutan 289 Gambar 7.118 Prinsip cetak sablon 293 Gambar 7.119 Meja sablon 294 Gambar 7.120 Catok 295 Gambar 7.121 Bingkai saring 295 Gambar 7.122 Monofilament 297 Gambar 7.123 Multifilament 297 Gambar 7.124 Rakel 297 Gambar 7.125 Coater 299 Lampiran C c9 Gambar 7.126 Alat bantu sablon, hairdryer dan handsprayer 299 Gambar 7.127 Bahan-bahan sablon 300 Gambar 7.128 Meja afdruk dilihat dari atas 301 Gambar 7.129 Melapisi screen dengan larutan afdruk 302 Gambar 7.130 Susunan alat-alat penyinaran 303 Gambar 7.131 Melakukan penyinaran dengan bantuan sinar matahari 303 Gambar 7.132 Proses pengembangan dan memasang screen yang sudah diexpose pada meja sablon 303 Gambar 7.133 Memasang penepat dan mengatur kedudukan benda yang akan dicetak 304 Gambar 7.134 Pencetakan 304 Gambar 7.135 Rak pengeringan 305 Gambar 7.136 Skema teknik cetak saring 306 Gambar 7.137 Proses penintaan dan pencetakan pada cetak saring 306 Gambar 7.138 Alat untuk melapisi screen dengan larutan afdruk 306 Gambar 7.139 Mesin sablon semi otomatis jenis flat bed 306 Gambar 7.140 Mesin sablon kaos 307 Gambar 7.141 Mesin sablon semi otomatis untuk permukaan bidang datar 307 Gambar 7.142 a. mesin sablon silinder (flat round), b. urutan pencetakan 307 Gambar 7.143 Mesin sablon semi otomatis untuk permukaan bidang lengkung 307 Gambar 7.144 Mesin sablon otomatis untuk botol, gelas,dll dan contoh produknya 307 Gambar 7.145 Sistem mesin sablon multicolor untuk bahan tekstil 308 Gambar 7.146 Struktur dasar teknologi elektrofotografi 311 Gambar 7.147 Knologi ink jet 312 Gambar 7.148 High-speed ink jet printing system (system 6240/color runnar scitex digital printing/matti technology) 314 Gambar 7.149 Mesin cetak digital merk Ultra 72 Lite 8H/12H/16H 318 Gambar 7.150 Mesin cetak digital JV3-160 SP 318 Gambar 7.151 Mesin cetak digital merk Ultra 720 Luxury 8H/12H/16H 318 Gambar 7.152 Mesin cetak Ultra 720T 8H 12H 16H 319 Gambar 7.153 Mesin cetak digital ultra 1000 skywalker4c/6c 319 Gambar 7.154 Mesin cetak digital ZY-Seiko printhead 6 warna 319 Gambar 7.155 Mesin cetak ultra 1000skywalker 16H 319 BAB VIII Penyelesaian grafika/purna cetak 320 Gambar 8.1 Melipat dengan tulang pelipat 320 Gambar 8.2 Melipat dengan pisau lipat 320 Gambar 8.3 Melipat dengan kantong lipat 321 Gambar 8.4 Melipat satu langkah 321 Gambar 8.5 Melipat dua langkah 321 Gambar 8.6 Melipat tiga langkah 322 Gambar 8.7 Melipat empat langkah 322 Gambar 8.8 Skema rol-rol lipat dan kantong/tas 323 Gambar 8.9 Kantong dan pisau lipat 323 Gambar 8.10 Percobaan dengan kuku 324 Gambar 8.11 Percobaan merobek kertas 324 Gambar 8.12 Percobaan dua potongan kertas 325 Gambar 8.13 Percobaan membasahi kertas 325 Gambar 8.14 Percobaan dengan melengkungkan karton 325 Gambar 8.15 Lipat biasa 326 Next >