< PreviousTopik UtamaMereka yang Tergerak Menjadi Agen PerubahanMelalui berbagai program pemberdayaan, yang digulirkannya Rumah Zakat bukan hanya membantu warga yang kurang mampu. Tapi juga menumbuhkan sikap ingin berbagi mereka yang pernah dibantu untuk kemudian dapat membantu orang lain. Seperti halnya beberapa warga yang awalnya menjadi penerima manfaat dan kini ingin membantu orang lain. Berikut kisahnyaNeng SitiDulu Member, Sekarang RelawanBerawal dari sakit lever yang dideritanya, pada tahun 2008 Neng Siti mulai mengenal Rumah Zakat melalui Klinik Pratama RBG. Saat itu kondisi kesehatan ibu dua anak tersebut memburuk dan harus cek kesehatan sepekan sekali sedangkan penghasilan suami yang hanya penjual cireng tidak cukup membayar biaya pengobatannya.“Saya diberitahu Pak Edi driver ambulance Rumah Zakat yang juga guru ngaji anak saya untuk berobat ke klinik RBG. Syaratnya hanya SKTM, tapi karena saya bukan orang Surabaya asli maka SKTM tersebut hanya bisa sampai RT saja tidak sampai ke kelurahan. Walau demikian Alhamdulillah tetap diterima oleh Rumah Zakat,” papar Neng Siti.Setiap minggu wanita 35 tahun tersebut dijemput ambulance untuk berobat. Setelah tiga bulan kesehatan Neng Siti mulai membaik dan ia dinyatakan sembuh dari penyakit lever yang dideritanya. “Saya merasa sangat dibantu oleh Rumah Zakat. Rumah Zakat membantu semua orang, tidak hanya warga Surabaya saja. Saya yang KTPnya Bandung tapi tinggal di sini masih tetap dapat bantuan, bahkan seluruh anggota keluarga saya dapat layanan kesehatan gratis. Karena itu saya juga mau membantu orang sekecil apapun itu,” tuturnya sampai menyeka air mata terharu.SafinaIngin Menjaga Kebersihan Lingkungan“Saya mengikuti kegiatan Care for Teen agar saya bisa menerapkan pola hidup sehat di kalangan keluarga saya dan masyarakat. Serta menjaga lingkungan agar tetap bersih ,” tutur Safina. Safina atau biasa disapa Fina adalah satu dari sekian banyak siswa MTS Negeri 1 Surabaya yang rutin mengiktu kegiatan Care for Teen dari Rumah Zakat.Menurut siswa kelas VIII di salah satu MTs Negeri di Surabaya ini kondisi lingkungan rumahnya cukup memprihatinkan dikarenakan kurangnya kesadaran warga akan kebersihan. Bahkan tak jarang selokan yang ada di depan rumahnya meluap jika hujan deras. Sejak mengikuti kegiatan Care for Teen, Fina mulai membiasakan diri untuk turut serta membersihkan selokan yang ada di depan rumahnya tersebut.Selain aktif mengikuti seluruh kegiatan Care for Teen, anak tunggal yang bercita-cita sebagai psikolog ini juga memiliki karakter kepemimpinan Menurut Neng Siti hal tersebut yang menjadi alasan utama mengapa ia mau menjadi relawan kesehatan Rumah Zakat dan membantu Posyandu yang ada di lingkungannya. Terlebih menurut perempuan berdarah Sunda tersebut mayoritas warga di tempat tinggalnya, terutama para Lansia tidak memiliki KTP Surabaya serta BPJS, sehingga kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan.Setiap bulan Neng Siti dan para anggota Posyandu membantu para Lansia untuk memeriksakan kesehatannya, memastikan mereka medapatkan pengobatan, serta makanan tambahan yang bergizi. “Dengan adanya program Posyandu Lansia kesehatan si mbah lebih terpantau. Bahkan kami sering mengadakan home visit, yaitu kunjungan kepada Lansia yang sudah tidak bisa berjalan bahkan menggerakan badannya untuk terapi gerak,” ungkapnya. yang baik. Fina sangat aktif mengajak teman-temannya untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekolah dan mengikuti kegiatan Care for Teen. Bahkan menurut Ilham sebagai fasilitator Care for Teen, dengan mengikuti kegiatan semacam ini Fina yang sudah ditinggal ayahnya tersebut jadi bisa lebih mandiri. “Saya suka ngajakin teman-teman ikut kegiatan Care for Teen biar mereka bisa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Jadi tidak membuang sampah sembarangan, dan bisa tahu bagaimana menjaga kesehatan diri melalui penyuluhan kesehatan yang setiap pekan kami terima dari Pak Ilham,” tuturnya.Berbagai materi tentang kesehatan yang diberikan kepada para siswa MTS 1 Surabaya ini antara lain kesehatan reproduksi remaja, penyakit menular dan penyakit dan tidak menular, mencuci tangan dengan benar, serta pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain itu mereka juga diberikan materi tentang kepemimpinan dan kerjasama tim. | RZ Magz - Maret 20182021RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 |Topik UtamaMereka yang Tergerak Menjadi Agen PerubahanMelalui berbagai program pemberdayaan, yang digulirkannya Rumah Zakat bukan hanya membantu warga yang kurang mampu. Tapi juga menumbuhkan sikap ingin berbagi mereka yang pernah dibantu untuk kemudian dapat membantu orang lain. Seperti halnya beberapa warga yang awalnya menjadi penerima manfaat dan kini ingin membantu orang lain. Berikut kisahnyaNeng SitiDulu Member, Sekarang RelawanBerawal dari sakit lever yang dideritanya, pada tahun 2008 Neng Siti mulai mengenal Rumah Zakat melalui Klinik Pratama RBG. Saat itu kondisi kesehatan ibu dua anak tersebut memburuk dan harus cek kesehatan sepekan sekali sedangkan penghasilan suami yang hanya penjual cireng tidak cukup membayar biaya pengobatannya.“Saya diberitahu Pak Edi driver ambulance Rumah Zakat yang juga guru ngaji anak saya untuk berobat ke klinik RBG. Syaratnya hanya SKTM, tapi karena saya bukan orang Surabaya asli maka SKTM tersebut hanya bisa sampai RT saja tidak sampai ke kelurahan. Walau demikian Alhamdulillah tetap diterima oleh Rumah Zakat,” papar Neng Siti.Setiap minggu wanita 35 tahun tersebut dijemput ambulance untuk berobat. Setelah tiga bulan kesehatan Neng Siti mulai membaik dan ia dinyatakan sembuh dari penyakit lever yang dideritanya. “Saya merasa sangat dibantu oleh Rumah Zakat. Rumah Zakat membantu semua orang, tidak hanya warga Surabaya saja. Saya yang KTPnya Bandung tapi tinggal di sini masih tetap dapat bantuan, bahkan seluruh anggota keluarga saya dapat layanan kesehatan gratis. Karena itu saya juga mau membantu orang sekecil apapun itu,” tuturnya sampai menyeka air mata terharu.SafinaIngin Menjaga Kebersihan Lingkungan“Saya mengikuti kegiatan Care for Teen agar saya bisa menerapkan pola hidup sehat di kalangan keluarga saya dan masyarakat. Serta menjaga lingkungan agar tetap bersih ,” tutur Safina. Safina atau biasa disapa Fina adalah satu dari sekian banyak siswa MTS Negeri 1 Surabaya yang rutin mengiktu kegiatan Care for Teen dari Rumah Zakat.Menurut siswa kelas VIII di salah satu MTs Negeri di Surabaya ini kondisi lingkungan rumahnya cukup memprihatinkan dikarenakan kurangnya kesadaran warga akan kebersihan. Bahkan tak jarang selokan yang ada di depan rumahnya meluap jika hujan deras. Sejak mengikuti kegiatan Care for Teen, Fina mulai membiasakan diri untuk turut serta membersihkan selokan yang ada di depan rumahnya tersebut.Selain aktif mengikuti seluruh kegiatan Care for Teen, anak tunggal yang bercita-cita sebagai psikolog ini juga memiliki karakter kepemimpinan Menurut Neng Siti hal tersebut yang menjadi alasan utama mengapa ia mau menjadi relawan kesehatan Rumah Zakat dan membantu Posyandu yang ada di lingkungannya. Terlebih menurut perempuan berdarah Sunda tersebut mayoritas warga di tempat tinggalnya, terutama para Lansia tidak memiliki KTP Surabaya serta BPJS, sehingga kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan.Setiap bulan Neng Siti dan para anggota Posyandu membantu para Lansia untuk memeriksakan kesehatannya, memastikan mereka medapatkan pengobatan, serta makanan tambahan yang bergizi. “Dengan adanya program Posyandu Lansia kesehatan si mbah lebih terpantau. Bahkan kami sering mengadakan home visit, yaitu kunjungan kepada Lansia yang sudah tidak bisa berjalan bahkan menggerakan badannya untuk terapi gerak,” ungkapnya. yang baik. Fina sangat aktif mengajak teman-temannya untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekolah dan mengikuti kegiatan Care for Teen. Bahkan menurut Ilham sebagai fasilitator Care for Teen, dengan mengikuti kegiatan semacam ini Fina yang sudah ditinggal ayahnya tersebut jadi bisa lebih mandiri. “Saya suka ngajakin teman-teman ikut kegiatan Care for Teen biar mereka bisa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Jadi tidak membuang sampah sembarangan, dan bisa tahu bagaimana menjaga kesehatan diri melalui penyuluhan kesehatan yang setiap pekan kami terima dari Pak Ilham,” tuturnya.Berbagai materi tentang kesehatan yang diberikan kepada para siswa MTS 1 Surabaya ini antara lain kesehatan reproduksi remaja, penyakit menular dan penyakit dan tidak menular, mencuci tangan dengan benar, serta pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain itu mereka juga diberikan materi tentang kepemimpinan dan kerjasama tim. | RZ Magz - Maret 20182021RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 |2223| RZ Magz - Maret 2018RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 |Tingkatkan Minat Baca dengan Perpustakaan JuaraTopik Utama“Aku suka cerita Nabi Adam.”“Kenapa?”“Soalnya Mamah ceritanya itu.”Pengakuan polos itu diungkapkan oleh Moses, salah satu anggota termuda Perpustakaan Juara di Sukomanunggal, Surabaya. Meski usianya belum genap 6 tahun, dan masih terbata membaca, tapi ia tak putus asa. Di antara suara gemuruh angklung anak juara yang sedang latihan, suara cadelnya terdengar bersemangat melafalkan huruf demi huruf di tiap lembar buku yang dibacanya.Lain Moses lain pula Angel, meski tak terdaftar sebagai anak juara dan tidak mendapat beasiswa dari Rumah Zakat, tapi ia adalah pengunjung rutin perpustakaan juara dan juga aktif mengikuti TPA atau Taman Pendidikan Al Quran. Ia mengaku senang berkumpul bersama teman-teman sebayanya tiap sore dan melakukan kegiatan yang bermanfaat.“Kegiatan yang diadakan di sini memang bersifat umum, meski sebagian besar anggotanya tentu anak juara yang mendapat beasiswa dan pembinaan dari Rumah Zakat,” ujar Faruq, Fasilitator Pendidikan Desa Berdaya di Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya.Rumah dengan plang bertuliskan “Perpustakaan dan TPA Juara” itu tak terlalu besar, tapi kesan hangat terlihat dari keceriaan anak-anak juara yang berkumpul setiap sore. Halamannya bisa menampung lebih dari 50 anak juara yang rutin belajar membaca Al Quran, latihan angklung atau hanya sekadar duduk-duduk dan membaca buku yang tersusun rapi di rak perpustakaan.“Alhamdulillah, akhirnya kami mendapat tempat yang cukup representatif untuk berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas bersama anak-anak binaan Rumah Zakat. Ini tahun keempat kami menempati rumah ini setelah sebelumnya berpindah-pindah,” lanjut Faruq.Sudah sejak tahun 2006 Faruq aktif menjadi relawan Rumah Zakat. Saat itu statusnya masih menjadi mentor yang melakukan pembinaan terhadap anak-anak juara. Setelah diamanahi menjadi Koordinator Wilayah Sukomanunggal, ia mulai menjalankan beberapa program rutin untuk anak-anak di sana. Menurut Faruq tak ada kendala yang berarti ketika ia mulai menyosialisasikan program Rumah Zakat di Sukomanunggal. Faruq mengembangkan tiga program utama pendidikan yaitu TPA, Angklung Juara serta Perpustakaan Juara.Namun begitu, meski bisa dibilang sebagai basecamp anak-anak juara, tapi banyak kegiatan Rumah Zakat diselenggarakan di rumah ini. Bahkan ibu-ibu wali dari para anak juara juga terbiasa berkumpul di sini untuk menerima pembinaan.Rutin Mengaji Setiap HariKegiatan yang paling rutin diadakan setiap hari adalah belajar mengaji. Begitu TPA Juara dibuka, anak-anak usia 4 hingga 15 tahun berbondong-bondong datang untuk belajar membaca Al Quran. Dibantu oleh dua orang relawan, TPA Juara setiap hari selalu ramai didatangi anak-anak yang ingin belajar membaca Al Quran.“Di sini dari hari Senin sampai Jumat memang jadwal TPA. Selain diajari tahsin, kami juga mengadakan program hafalan bagi anak-anak,” ujar Heri, mahasiswa LIPIA yang menjadi relawan di sana.TPA Juara mempunyai anggota 60 anak, meski tak semuanya terdaftar menjadi anak juara yang mendapat beasiswa, tapi semangat belajar yang ditunjukan anak-anak tersebut tetap sama. Bahkan banyak di antara mereka yang rumahnya jauh dan selalu diantar jemput orang tuanya demi rutin belajar mengaji. Mengganti Gadget dengan BukuIde mendirikan Perpustakaan Juara berawal dari keprihatinan Faruq terhadap ketergantungan anak terhadap gadget. Ia sedih melihat anak-anak yang semakin asik bermain game di HP tanpa peduli dengan kondisi sekitar. Belum lagi remaja yang bertumbuh dengan wifi yang tersebar di mana-mana. Akses informasi yang semakin terbuka tanpa pendampingan juga semakin membuat Faruq gelisah.Untuk itu dia berinisiatif mencari donatur dan mengumpulkan buku-buku sebagai bahan bacaan anak-anak di sekitar Sukomanunggal. Selain itu, Faruq ingin anak-anak tetap mempunyai aktivitas postif saat menunggu giliran mengaji maupun menunggu waktu shalat tiba. Hasilnya cukup menggembirakan, minat baca anak-anak juara meningkat dan sekarang mereka juga lebih sibuk dengan buku saat menunggu waktu shalat tiba.“Alhamdulillah, dengan adanya perpustakaan juara ini, anak-anak jadi punya kegiatan yang lebih postif. Mereka jadi punya kegiatan bermanfaat selagi menunggu waktu shalat dan giliran ngaji. Dan yang terpenting ada pengalihan dari gadget,” ucap Faruq.Berkali Juarai AngklungSudah sejak tahun 2010 kesenian angklung diajarkan kepada anak juara di wilayah Sukomanunggal. Faruq mendatangkan pelatih khusus untuk mengajari anak juara bermain angklung. Selain dibekali ilmu agama, anak-anak juara juga diajak berkesenian untuk menggali potensi dan kreativitas dalam diri mereka. Terbukti dengan adanya angklung, anak-anak juara di Sukomanunggal lebih bersemangat mengikuti pembinaan dan kegiatan-kegiatan lainnya.“Tahun 2010 itu angklung anak juara sempat meraih Juara III tingkat Jawa Timur. Meski beberapa tahun belakangan ini harus puas menjadi di juara harapan I, tapi semoga di kompetisi tahun 2018, angklung juara memperbaiki posisi juara, Faruq mengungkapkan harapannya. Membaca BersamaPembinaan pendidikan di Desa Berdaya SukomanunggalAnak juara binaan Rumah Zakat berlatih angklung2223| RZ Magz - Maret 2018RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 |Tingkatkan Minat Baca dengan Perpustakaan JuaraTopik Utama“Aku suka cerita Nabi Adam.”“Kenapa?”“Soalnya Mamah ceritanya itu.”Pengakuan polos itu diungkapkan oleh Moses, salah satu anggota termuda Perpustakaan Juara di Sukomanunggal, Surabaya. Meski usianya belum genap 6 tahun, dan masih terbata membaca, tapi ia tak putus asa. Di antara suara gemuruh angklung anak juara yang sedang latihan, suara cadelnya terdengar bersemangat melafalkan huruf demi huruf di tiap lembar buku yang dibacanya.Lain Moses lain pula Angel, meski tak terdaftar sebagai anak juara dan tidak mendapat beasiswa dari Rumah Zakat, tapi ia adalah pengunjung rutin perpustakaan juara dan juga aktif mengikuti TPA atau Taman Pendidikan Al Quran. Ia mengaku senang berkumpul bersama teman-teman sebayanya tiap sore dan melakukan kegiatan yang bermanfaat.“Kegiatan yang diadakan di sini memang bersifat umum, meski sebagian besar anggotanya tentu anak juara yang mendapat beasiswa dan pembinaan dari Rumah Zakat,” ujar Faruq, Fasilitator Pendidikan Desa Berdaya di Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya.Rumah dengan plang bertuliskan “Perpustakaan dan TPA Juara” itu tak terlalu besar, tapi kesan hangat terlihat dari keceriaan anak-anak juara yang berkumpul setiap sore. Halamannya bisa menampung lebih dari 50 anak juara yang rutin belajar membaca Al Quran, latihan angklung atau hanya sekadar duduk-duduk dan membaca buku yang tersusun rapi di rak perpustakaan.“Alhamdulillah, akhirnya kami mendapat tempat yang cukup representatif untuk berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas bersama anak-anak binaan Rumah Zakat. Ini tahun keempat kami menempati rumah ini setelah sebelumnya berpindah-pindah,” lanjut Faruq.Sudah sejak tahun 2006 Faruq aktif menjadi relawan Rumah Zakat. Saat itu statusnya masih menjadi mentor yang melakukan pembinaan terhadap anak-anak juara. Setelah diamanahi menjadi Koordinator Wilayah Sukomanunggal, ia mulai menjalankan beberapa program rutin untuk anak-anak di sana. Menurut Faruq tak ada kendala yang berarti ketika ia mulai menyosialisasikan program Rumah Zakat di Sukomanunggal. Faruq mengembangkan tiga program utama pendidikan yaitu TPA, Angklung Juara serta Perpustakaan Juara.Namun begitu, meski bisa dibilang sebagai basecamp anak-anak juara, tapi banyak kegiatan Rumah Zakat diselenggarakan di rumah ini. Bahkan ibu-ibu wali dari para anak juara juga terbiasa berkumpul di sini untuk menerima pembinaan.Rutin Mengaji Setiap HariKegiatan yang paling rutin diadakan setiap hari adalah belajar mengaji. Begitu TPA Juara dibuka, anak-anak usia 4 hingga 15 tahun berbondong-bondong datang untuk belajar membaca Al Quran. Dibantu oleh dua orang relawan, TPA Juara setiap hari selalu ramai didatangi anak-anak yang ingin belajar membaca Al Quran.“Di sini dari hari Senin sampai Jumat memang jadwal TPA. Selain diajari tahsin, kami juga mengadakan program hafalan bagi anak-anak,” ujar Heri, mahasiswa LIPIA yang menjadi relawan di sana.TPA Juara mempunyai anggota 60 anak, meski tak semuanya terdaftar menjadi anak juara yang mendapat beasiswa, tapi semangat belajar yang ditunjukan anak-anak tersebut tetap sama. Bahkan banyak di antara mereka yang rumahnya jauh dan selalu diantar jemput orang tuanya demi rutin belajar mengaji. Mengganti Gadget dengan BukuIde mendirikan Perpustakaan Juara berawal dari keprihatinan Faruq terhadap ketergantungan anak terhadap gadget. Ia sedih melihat anak-anak yang semakin asik bermain game di HP tanpa peduli dengan kondisi sekitar. Belum lagi remaja yang bertumbuh dengan wifi yang tersebar di mana-mana. Akses informasi yang semakin terbuka tanpa pendampingan juga semakin membuat Faruq gelisah.Untuk itu dia berinisiatif mencari donatur dan mengumpulkan buku-buku sebagai bahan bacaan anak-anak di sekitar Sukomanunggal. Selain itu, Faruq ingin anak-anak tetap mempunyai aktivitas postif saat menunggu giliran mengaji maupun menunggu waktu shalat tiba. Hasilnya cukup menggembirakan, minat baca anak-anak juara meningkat dan sekarang mereka juga lebih sibuk dengan buku saat menunggu waktu shalat tiba.“Alhamdulillah, dengan adanya perpustakaan juara ini, anak-anak jadi punya kegiatan yang lebih postif. Mereka jadi punya kegiatan bermanfaat selagi menunggu waktu shalat dan giliran ngaji. Dan yang terpenting ada pengalihan dari gadget,” ucap Faruq.Berkali Juarai AngklungSudah sejak tahun 2010 kesenian angklung diajarkan kepada anak juara di wilayah Sukomanunggal. Faruq mendatangkan pelatih khusus untuk mengajari anak juara bermain angklung. Selain dibekali ilmu agama, anak-anak juara juga diajak berkesenian untuk menggali potensi dan kreativitas dalam diri mereka. Terbukti dengan adanya angklung, anak-anak juara di Sukomanunggal lebih bersemangat mengikuti pembinaan dan kegiatan-kegiatan lainnya.“Tahun 2010 itu angklung anak juara sempat meraih Juara III tingkat Jawa Timur. Meski beberapa tahun belakangan ini harus puas menjadi di juara harapan I, tapi semoga di kompetisi tahun 2018, angklung juara memperbaiki posisi juara, Faruq mengungkapkan harapannya. Membaca BersamaPembinaan pendidikan di Desa Berdaya SukomanunggalAnak juara binaan Rumah Zakat berlatih angklung24 | RZ Magz - Maret 201825RZ Magz - Rabi’ul-Akhir 1439 |Menggali Potensi Anak SukomanunggalTopik UtamaMenumbuhkan potensi dalam diri anak-anak juara, itu adalah salah satu tujuan dari pembinaan yang dilakukan oleh Rumah Zakat. Tidak hanya mempertajam sisi akademik dengan les tambahan yang didampingi oleh mentor, pembinaan anak juara juga senantiasa menggali sisi lain dari potensi-potensi yang mungkin timbul dari anak-anak tersebut. Berikut adalah profil beberapa anak juara dengan potensinya masing-masing dan tengah bertumbuh bersama segala aktivitas pembinaan Rumah Zakat di Desa Berdaya Sukomanunggal.Wardah AnnabilaIngin Jadi Koki yang Hafidzah“Aku pengen masuk pesantren pas SMP nanti, dan sebelumnya pengen hafal 30 juz dulu,” keinginan itu diungkapkan oleh salah satu anak juara Sukomanunggal, Wardah Annabila. Siswi kelas V SD Muhammadiyah 12 itu sudah sejak kelas I mendapat beasiswa dan sekaligus mendapat pembinaan dari Rumah Zakat. Hingga kelas V sekarang Nabila masih rajin mengikuti segala kegiatan yang diadakan Rumah Zakat. Meski hafalannya belum dua juz, tapi Nabila mulai merencanakan untuk lebih rutin menghafal agar keinginannya sebelum masuk SMP itu terwujud.“Aku biasanya hafalan sendiri terus disetorin sama Abi kalau di rumah, kalau di sini ke Pak Faruq,” ujar Nabila, yang saat ini masih menjadi anak TPA dengan hafalan terbanyak.Nabila mengaku senang sekali mengikuti segala kegiatan yang diadakan oleh Rumah Zakat. Selain bermanfaat, temannya juga bertambah banyak. Sesekali Nabila juga membantu Pak Faruq mengajari teman-temannya yang masih Iqra. Ketika ditanya cita-citanya, Nabila menyahut,” Aku suka masak, jadi aku pengen menjadi koki handal.”Ainun SyaharaniPengunjung Setia Perpustakaan JuaraAinun Syaharani adalah salah satu anak juara yang selalu bersemangat mengikuti segala aktivitas yang diadakan oleh Rumah Zakat. Namun salah satu yang membuatnya senang dan merasa bersemangat adalah aktivitas membaca di Perpustakaan Juara. “Saya paling suka cerita tentang Abrahah dan pasukan gajahnya,” ujar Ainun sambil tersenyum.Cerita tentang sejarah Islam dan sahabat nabi memang selalu menjadi favorit anak-anak pelanggan buku di Perpustakaan Juara, begitu pun dengan Ainun. Meski baru satu tahun menjadi anak juara, tapi kehadirannya di perpustakaan tidaklah asing. Sebab jauh sebelum ia terdaftar menjadi anak juara, ia sudah sering bertandang dan mengikuti segala aktivitas di sana, baik itu mengaji, bermain angklung maupun membaca di perpustakaannya.Selain membaca, Ainun juga mempunya hobi renang. Siswa Kelas V SD Al Hikmah tersebut dikenal supel dan mudah berteman. “Alhamdulillah, saya senang rasanya bisa menjadi anak juara, jadi banyak teman, jadi belajar ngaji, jadi punya bacaan, dan jadi bisa main angklung,” pungkas Ainun. Agung Setiawan“Main Angklung itu Gampang!”Bagi Agung Setiawan, salah satu alasan utama yang membuatnya senang menjadi anak juara adalah karena angklung. Alat musik khas Jawa Barat itu telah menarik perhatiannya sejak awal mendapat kesempatan untuk bergabung menjadi anak juara. “Saya senang bermain angklung, soalnya saya jadi banyak tahu lagu-lagu,” ungkap Agung sambil tersenyum.Agung Setiawan berusia 10 tahun. Sejak tiga tahun lalu ia aktif di berbagai kegiatan yang diadakan Rumah Zakat. Ia juga beberapa kali mengikuti pementasan angklung di depan para donatur maupun di acara-acara Rumah Zakat lainnya. Meskipun mempunyai hobi sepakbola dan bercita-cita sebagai pemain bola, tapi rupanya angklung dapat menumbuhkan satu potensi lagi dalam diri Agung. Siswa kelas V tersebut telah menemukan hobinya yang lain di luar sepak bola, sehingga ketika ditanya kenapa ia suka angklung selain karena pengetahuan lagunya menjadi bertambah, dengan cepat Agung menjawab, “Soalnya angklung mainnya gampang!”24 | RZ Magz - Maret 201825RZ Magz - Rabi’ul-Akhir 1439 |Menggali Potensi Anak SukomanunggalTopik UtamaMenumbuhkan potensi dalam diri anak-anak juara, itu adalah salah satu tujuan dari pembinaan yang dilakukan oleh Rumah Zakat. Tidak hanya mempertajam sisi akademik dengan les tambahan yang didampingi oleh mentor, pembinaan anak juara juga senantiasa menggali sisi lain dari potensi-potensi yang mungkin timbul dari anak-anak tersebut. Berikut adalah profil beberapa anak juara dengan potensinya masing-masing dan tengah bertumbuh bersama segala aktivitas pembinaan Rumah Zakat di Desa Berdaya Sukomanunggal.Wardah AnnabilaIngin Jadi Koki yang Hafidzah“Aku pengen masuk pesantren pas SMP nanti, dan sebelumnya pengen hafal 30 juz dulu,” keinginan itu diungkapkan oleh salah satu anak juara Sukomanunggal, Wardah Annabila. Siswi kelas V SD Muhammadiyah 12 itu sudah sejak kelas I mendapat beasiswa dan sekaligus mendapat pembinaan dari Rumah Zakat. Hingga kelas V sekarang Nabila masih rajin mengikuti segala kegiatan yang diadakan Rumah Zakat. Meski hafalannya belum dua juz, tapi Nabila mulai merencanakan untuk lebih rutin menghafal agar keinginannya sebelum masuk SMP itu terwujud.“Aku biasanya hafalan sendiri terus disetorin sama Abi kalau di rumah, kalau di sini ke Pak Faruq,” ujar Nabila, yang saat ini masih menjadi anak TPA dengan hafalan terbanyak.Nabila mengaku senang sekali mengikuti segala kegiatan yang diadakan oleh Rumah Zakat. Selain bermanfaat, temannya juga bertambah banyak. Sesekali Nabila juga membantu Pak Faruq mengajari teman-temannya yang masih Iqra. Ketika ditanya cita-citanya, Nabila menyahut,” Aku suka masak, jadi aku pengen menjadi koki handal.”Ainun SyaharaniPengunjung Setia Perpustakaan JuaraAinun Syaharani adalah salah satu anak juara yang selalu bersemangat mengikuti segala aktivitas yang diadakan oleh Rumah Zakat. Namun salah satu yang membuatnya senang dan merasa bersemangat adalah aktivitas membaca di Perpustakaan Juara. “Saya paling suka cerita tentang Abrahah dan pasukan gajahnya,” ujar Ainun sambil tersenyum.Cerita tentang sejarah Islam dan sahabat nabi memang selalu menjadi favorit anak-anak pelanggan buku di Perpustakaan Juara, begitu pun dengan Ainun. Meski baru satu tahun menjadi anak juara, tapi kehadirannya di perpustakaan tidaklah asing. Sebab jauh sebelum ia terdaftar menjadi anak juara, ia sudah sering bertandang dan mengikuti segala aktivitas di sana, baik itu mengaji, bermain angklung maupun membaca di perpustakaannya.Selain membaca, Ainun juga mempunya hobi renang. Siswa Kelas V SD Al Hikmah tersebut dikenal supel dan mudah berteman. “Alhamdulillah, saya senang rasanya bisa menjadi anak juara, jadi banyak teman, jadi belajar ngaji, jadi punya bacaan, dan jadi bisa main angklung,” pungkas Ainun. Agung Setiawan“Main Angklung itu Gampang!”Bagi Agung Setiawan, salah satu alasan utama yang membuatnya senang menjadi anak juara adalah karena angklung. Alat musik khas Jawa Barat itu telah menarik perhatiannya sejak awal mendapat kesempatan untuk bergabung menjadi anak juara. “Saya senang bermain angklung, soalnya saya jadi banyak tahu lagu-lagu,” ungkap Agung sambil tersenyum.Agung Setiawan berusia 10 tahun. Sejak tiga tahun lalu ia aktif di berbagai kegiatan yang diadakan Rumah Zakat. Ia juga beberapa kali mengikuti pementasan angklung di depan para donatur maupun di acara-acara Rumah Zakat lainnya. Meskipun mempunyai hobi sepakbola dan bercita-cita sebagai pemain bola, tapi rupanya angklung dapat menumbuhkan satu potensi lagi dalam diri Agung. Siswa kelas V tersebut telah menemukan hobinya yang lain di luar sepak bola, sehingga ketika ditanya kenapa ia suka angklung selain karena pengetahuan lagunya menjadi bertambah, dengan cepat Agung menjawab, “Soalnya angklung mainnya gampang!”2627| RZ Magz - Maret 2018RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 |Rekening DonasiMandiri 132000 481 974 5 | BNI Syariah 155 555 5589a.n. Yayasan Rumah Zakat Indonesia | Konfirmasi transfer donasi melalui :DM Twitter, FB Massager, atau Email: welcome@rumahzakat.orgRamadhan BerdayaBerbagi Buka PuasaDonasi : Rp35.000Bingkisan Lebaran KeluargaDonasi : Rp360.000Kado Lebaran YatimDonasi : Rp310.000Syiar QuranDonasi : Rp170.000Ramadhan Bebas HutangDonasi : BebasJanda BerdayaDonasi : Rp1.000.000RpSenyum SampulM. SusiloAjak Bapak-Bapak Bercocok TanamM. Susilo adalah ketua RT 04 di RW IV Kel. Jemurwonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya yang konsisten dalam menjaga lingkungan tempat tinggalnya. Susilo biasa ia disapa, bersama Hidayat selaku Ketua RW menjadi penggerak kegiatan Kebun Gizi Kemaruk yang hadir di lingkungannya pada 2015 lalu. Menurut Susilo keberadaan program yang diinisiasi oleh Rumah Zakat tersebut membantu warganya untuk semakin peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan tempat tinggal mereka. “Tahun 2014 kami sempat mengikuti lomba Green and Clean dari Pemerintah Kota Surabaya, namun lingkungannya belum begitu hijau. Baru setelah ada bantuan dari Rumah Zakat semakin banyak tanaman yang ditanam dan kami bisa belajar ke tempat hydroponik yang sudah besar,” ungkap pria 53 tahun tersebut.Susilo pun menuturkan pada awal pembentukan Kebun Gizi Kemaruk warganya tidak serta merta turut ambil bagian dalam program tersebut. Melalui rapat periodik yang diselenggarakan setiap akhir bulan lah ia terus mengingatkan warga RT 04 akan pentingnya keberadaan Kebun Gizi bagi lingkungan. Dengan cara demikian Susilo dapat mengajak lebih banyak warga terutama bapak-bapak untuk menanam sayuran di pekarangan rumah mereka.Saat ini mayoritas anggota kelompok Kebun Gizi Kemaruk adalah para kepala keluarga. “Alasannya adalah jika bapak-bapak yang menanam tanaman para ibu rumah tangga pasti akan ikut memeliharanya, tapi belum tentu jika sebaliknya,” kata bapak dua anak ini.Dengan semakin meningkatnya kesadaran warga, produksi tanaman sayur di lingkungan RT 04 ini pun semakin meningkat. Namun menurut Susilo saat ini warganya belum bisa memenuhi permintaan pasar yang juga semakin meningkat karena masih terbatas pada lahan. Sedangkan hasil panen kemangi dan jeruk diolah oleh anggota PKK menjadi minuman segar siap minum. Inilah yang menjadi fokus utama Kebun Gizi Kemaruk, selain menghijaukan lingkungan juga meningkatkan ekonomi warga melalui pertanian di pekarangan rumah warga.2627| RZ Magz - Maret 2018RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 |Rekening DonasiMandiri 132000 481 974 5 | BNI Syariah 155 555 5589a.n. Yayasan Rumah Zakat Indonesia | Konfirmasi transfer donasi melalui :DM Twitter, FB Massager, atau Email: welcome@rumahzakat.orgRamadhan BerdayaBerbagi Buka PuasaDonasi : Rp35.000Bingkisan Lebaran KeluargaDonasi : Rp360.000Kado Lebaran YatimDonasi : Rp310.000Syiar QuranDonasi : Rp170.000Ramadhan Bebas HutangDonasi : BebasJanda BerdayaDonasi : Rp1.000.000RpSenyum SampulM. SusiloAjak Bapak-Bapak Bercocok TanamM. Susilo adalah ketua RT 04 di RW IV Kel. Jemurwonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya yang konsisten dalam menjaga lingkungan tempat tinggalnya. Susilo biasa ia disapa, bersama Hidayat selaku Ketua RW menjadi penggerak kegiatan Kebun Gizi Kemaruk yang hadir di lingkungannya pada 2015 lalu. Menurut Susilo keberadaan program yang diinisiasi oleh Rumah Zakat tersebut membantu warganya untuk semakin peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan tempat tinggal mereka. “Tahun 2014 kami sempat mengikuti lomba Green and Clean dari Pemerintah Kota Surabaya, namun lingkungannya belum begitu hijau. Baru setelah ada bantuan dari Rumah Zakat semakin banyak tanaman yang ditanam dan kami bisa belajar ke tempat hydroponik yang sudah besar,” ungkap pria 53 tahun tersebut.Susilo pun menuturkan pada awal pembentukan Kebun Gizi Kemaruk warganya tidak serta merta turut ambil bagian dalam program tersebut. Melalui rapat periodik yang diselenggarakan setiap akhir bulan lah ia terus mengingatkan warga RT 04 akan pentingnya keberadaan Kebun Gizi bagi lingkungan. Dengan cara demikian Susilo dapat mengajak lebih banyak warga terutama bapak-bapak untuk menanam sayuran di pekarangan rumah mereka.Saat ini mayoritas anggota kelompok Kebun Gizi Kemaruk adalah para kepala keluarga. “Alasannya adalah jika bapak-bapak yang menanam tanaman para ibu rumah tangga pasti akan ikut memeliharanya, tapi belum tentu jika sebaliknya,” kata bapak dua anak ini.Dengan semakin meningkatnya kesadaran warga, produksi tanaman sayur di lingkungan RT 04 ini pun semakin meningkat. Namun menurut Susilo saat ini warganya belum bisa memenuhi permintaan pasar yang juga semakin meningkat karena masih terbatas pada lahan. Sedangkan hasil panen kemangi dan jeruk diolah oleh anggota PKK menjadi minuman segar siap minum. Inilah yang menjadi fokus utama Kebun Gizi Kemaruk, selain menghijaukan lingkungan juga meningkatkan ekonomi warga melalui pertanian di pekarangan rumah warga.| RZ Magz - Maret 201828Sharing Happiness“Andika Kangen Mama...”Oleh: Siti Nurasiah (Guru SD Juara Cilegon)Andika Wijaya, siswa kelas III SD Juara Cilegon adalah putera kedua dari pasangan bapak Hendra Kusuma dan ibu Rona Dita (Almh). Anak laki-laki yang dikenal dengan panggilan Andika adalah sosok periang dan lincah. Andika diasuh penuh kasih sayang dan tinggal bersama sang nenek. Dari cerita sang nenek, semasa kecil Andika dulu begitu bahagia, Andika merupakan anak kesayangan kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya sudah lama mendambakan hadirnya seorang anak laki-laki untuk melengkapi kebahagiaan keluarga kecil mereka. Alhamdulillah, Allah telah mengabulkan doa-doa mereka dengan menghadirkan jagoan kecil di tengah-tengah keluarga yang harmonis ini. Namun, di tengah kebahagiaan keluarga Andika, terselip kisah menyedihkan. Saat Andika berumur dua tahun, sang Ibu divonis mengidap penyakit kanker serviks. Ikhtiar dan doa terus dilakukan untuk kesembuhan sang ibu. Dua tahun berselang, setelah berjuang melawan penyakitnya, sang ibu tercinta pun wafat menemui ajalnya tepat diusia Andika yang keempat tahun. Di usianya yang masih kecil, Andika belum mengerti apa yang terjadi, mengapa semua orang menangis, yang ia tahu ibunya hanya tertidur pulas di tempat peristirahatannya saat itu.Tak lama dari peristiwa yang menyedihkan itu, sang ayah memutuskan untuk menikah kembali lalu tinggal bersama istri barunya. Semenjak itu, Andika dan kakaknya dititipkan dan diasuh oleh sang nenek. Terkadang sang nenek mengeluh lelah dan kewalahan mengasuh cucu-cucunya. Bagaimana tidak di usia senjanya, sang nenek harus menjadi tulang punggung, berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi kedua cucunya. Namun, semangat sang nenek sangat besar dalam mendidik cucunya. “Mereka itu tabungan nenek di akhirat, biar capek, biar tua gini, nenek cuma pengen sehat, biar bisa ngurus mereka sampai sukses nanti.” harap sang nenek.Andika yang periang, selalu semangat memberi salam dan ucapan selamat pagi, hari itu nampak murung dan bersedih. “Selamat pagi Andika, gimana kabarnya hari ini?” Sapaku selaku wali kelasnya di pagi hari. Andika hanya mengangguk dan tersenyum. Sepertinya memang ada yang tak beres dengan anak tersebut, saya perhatikan selama pembelajaran Andika tidak semangat, bahkan terlihat melamun. Bel istirahat berbunyi, anak-anak menyambutnya dengan gembira, mereka begitu asyik menikmati bekal makanannya masing-masing. Sesekali saya pusatkan perhatian kepada Andika, ia masih terlihat murung dan kurang berselera. Selesai jam makan, saya pun mengajak Andika ke ruang kelas. “Andika, ibu perhatikan hari ini Andika terlihat sedih, Ada apa, Nak?” tanyaku.Matanya mulai berkaca-kaca, namun belum ada sepatah kata yang keluar dari mulut kecilnya. Saya pun semakin dibuat penasaran, Andika lalu menangis dan saya mencoba menenangkannya. Saat kondisinya mulai tenang, ia mulai mau berbicara. Dengan tersedu-sedu, Andika menjelaskan alasannya. Ternyata rasa rindu pada sang ibu yang membuat Andika sedih. “Kangen mama,” jawabnya singkat. Kepalanya tertunduk dan air matanya kembali berderai. Saya mencoba memberikan penguatan dan motivasi.“Doakan Nak, kalau Andika sayang mama, doakan mama, jadi anak yang baik, jadi anak yang berbakti.”Andika mengangguk lalu mengangkat kepala yang sempat tertunduk dan menatap ke arah wajah saya.“Andika mau punya mama kaya Bu guru.” Seketika pandangan saya menjadi gelap, mata tak sanggup membendung maka jatuhlah air mata. Kembali saya mendekapnya, dalam pelukan terasakan begitu dalamnya rindu itu.“Tak apa nak, anggaplah ibu guru ini mama Andika, nggak boleh sedih lagi ya, harus semangat.”Sejak saat itu Andika tak terlihat sedih lagi, ia kembali menjadi periang. Saya selalu memantau perkembangannya, alhamdulillah semangatnya dalam belajar luar biasa, bahkan ia bercita-cita menjadi seorang ustaz. Untuk mewujudkan cita-citanya ia giat menghafal dan belajar membaca Al Quran. Semoga apa yang Andika dan sang nenek cita-citakan dapat terwujud. Aamiin. 29RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 || RZ Magz - Maret 201828Sharing Happiness“Andika Kangen Mama...”Oleh: Siti Nurasiah (Guru SD Juara Cilegon)Andika Wijaya, siswa kelas III SD Juara Cilegon adalah putera kedua dari pasangan bapak Hendra Kusuma dan ibu Rona Dita (Almh). Anak laki-laki yang dikenal dengan panggilan Andika adalah sosok periang dan lincah. Andika diasuh penuh kasih sayang dan tinggal bersama sang nenek. Dari cerita sang nenek, semasa kecil Andika dulu begitu bahagia, Andika merupakan anak kesayangan kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya sudah lama mendambakan hadirnya seorang anak laki-laki untuk melengkapi kebahagiaan keluarga kecil mereka. Alhamdulillah, Allah telah mengabulkan doa-doa mereka dengan menghadirkan jagoan kecil di tengah-tengah keluarga yang harmonis ini. Namun, di tengah kebahagiaan keluarga Andika, terselip kisah menyedihkan. Saat Andika berumur dua tahun, sang Ibu divonis mengidap penyakit kanker serviks. Ikhtiar dan doa terus dilakukan untuk kesembuhan sang ibu. Dua tahun berselang, setelah berjuang melawan penyakitnya, sang ibu tercinta pun wafat menemui ajalnya tepat diusia Andika yang keempat tahun. Di usianya yang masih kecil, Andika belum mengerti apa yang terjadi, mengapa semua orang menangis, yang ia tahu ibunya hanya tertidur pulas di tempat peristirahatannya saat itu.Tak lama dari peristiwa yang menyedihkan itu, sang ayah memutuskan untuk menikah kembali lalu tinggal bersama istri barunya. Semenjak itu, Andika dan kakaknya dititipkan dan diasuh oleh sang nenek. Terkadang sang nenek mengeluh lelah dan kewalahan mengasuh cucu-cucunya. Bagaimana tidak di usia senjanya, sang nenek harus menjadi tulang punggung, berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi kedua cucunya. Namun, semangat sang nenek sangat besar dalam mendidik cucunya. “Mereka itu tabungan nenek di akhirat, biar capek, biar tua gini, nenek cuma pengen sehat, biar bisa ngurus mereka sampai sukses nanti.” harap sang nenek.Andika yang periang, selalu semangat memberi salam dan ucapan selamat pagi, hari itu nampak murung dan bersedih. “Selamat pagi Andika, gimana kabarnya hari ini?” Sapaku selaku wali kelasnya di pagi hari. Andika hanya mengangguk dan tersenyum. Sepertinya memang ada yang tak beres dengan anak tersebut, saya perhatikan selama pembelajaran Andika tidak semangat, bahkan terlihat melamun. Bel istirahat berbunyi, anak-anak menyambutnya dengan gembira, mereka begitu asyik menikmati bekal makanannya masing-masing. Sesekali saya pusatkan perhatian kepada Andika, ia masih terlihat murung dan kurang berselera. Selesai jam makan, saya pun mengajak Andika ke ruang kelas. “Andika, ibu perhatikan hari ini Andika terlihat sedih, Ada apa, Nak?” tanyaku.Matanya mulai berkaca-kaca, namun belum ada sepatah kata yang keluar dari mulut kecilnya. Saya pun semakin dibuat penasaran, Andika lalu menangis dan saya mencoba menenangkannya. Saat kondisinya mulai tenang, ia mulai mau berbicara. Dengan tersedu-sedu, Andika menjelaskan alasannya. Ternyata rasa rindu pada sang ibu yang membuat Andika sedih. “Kangen mama,” jawabnya singkat. Kepalanya tertunduk dan air matanya kembali berderai. Saya mencoba memberikan penguatan dan motivasi.“Doakan Nak, kalau Andika sayang mama, doakan mama, jadi anak yang baik, jadi anak yang berbakti.”Andika mengangguk lalu mengangkat kepala yang sempat tertunduk dan menatap ke arah wajah saya.“Andika mau punya mama kaya Bu guru.” Seketika pandangan saya menjadi gelap, mata tak sanggup membendung maka jatuhlah air mata. Kembali saya mendekapnya, dalam pelukan terasakan begitu dalamnya rindu itu.“Tak apa nak, anggaplah ibu guru ini mama Andika, nggak boleh sedih lagi ya, harus semangat.”Sejak saat itu Andika tak terlihat sedih lagi, ia kembali menjadi periang. Saya selalu memantau perkembangannya, alhamdulillah semangatnya dalam belajar luar biasa, bahkan ia bercita-cita menjadi seorang ustaz. Untuk mewujudkan cita-citanya ia giat menghafal dan belajar membaca Al Quran. Semoga apa yang Andika dan sang nenek cita-citakan dapat terwujud. Aamiin. 29RZ Magz - Jumadil-Akhirah 1439 |Next >