< PreviousSWARACINTA 82 | DES-JAN 2018SWARACINTA 82 | DES-JAN 201810 Kenangan 12 tahun lalu masih membekas dalam ingatan Subadar (33). Pagi itu, bumi bergetar sangat kencang. Genting dan benda-benda di dalam rumah berjatuhan, penghuninya pun lari tanggang lenggang. Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) itu membuat ratusan rumah di sebuah desa di Pundong, Kabupaten Bantul porak poranda.Badar, demikian ia biasa disapa, menceritakan bagaimana suasana mencekam yang dilaluinya bersama warga desa. Saat gempa melanda, ada warga yang menyebarkan isu tsunami, yang menambah kepanikan. Semua lari ke bukit di ujung desa, tak ada tempat dan tenda untuk berteduh. Tak ada pula makanan yang bisa disantap.” Hingga malam tiba kami masih bertahan di sana, kami tak mau ambil risiko terseret gelombang tsunami. Sementara tak ada satu pun aparat desa atau pemerintah yang datang mengunjungi kami,” urainya.Ia melanjutkan, setelah melihat kondisi desa, banyak warga yang hanya terdiam dan terpekur, meratapi musibah yang baru terjadi. “Hingga ada suara yang mengomando kami untuk segera bergerak mencari warga yang menjadi korban dan terjebak di balik reruntuhan rumah,” tambah Badar.Pengalaman traumatik yang dialami Badar ternyata membawa hikmah tersendiri. Musibah yang Ujung Tombak KemanusiaanRespon Banjir Pacitan, 1 Desember 2017SWARACINTA 82 | DES-JAN 2018SWARACINTA 82 | DES-JAN 201811 ARUS UTAMAterjadi ternyata memantik semangat kerelawanannya. Terlebih setelah Badar bertemu dengan relawan kemanusiaan Dompet Dhuafa yang datang membantu di desanya. Badar menuturkan, selain membawa bantuan berupa makanan dan pakaian, mereka juga melibatkan pemuda-pemuda setempat dalam program Jogja Guyub. Ini merupakan program penataan lingkungan yang terkena dampak gempa. Kegiatannya mulai dari membersihkan lingkungan, penyediaan makanan siap saji untuk pengungsi, hingga mendirikan pasar darurat agar kegiatan ekonomi bisa kembali berjalan.Kegiatan inilah yang kemudian menjadi “pengikat” Badar dan kawan-kawannya dengan Dompet Dhuafa. Setelah bencana di Yogyakarta dan Bantul berlalu, Badar sering dilibatkan dalam penanganan bencana di sejumlah daerah. Mulai dari longsor di Karang Anyar, banjir di Boyolali, Magelang, hingga letusan gunung Merapi. “Saya ingin terus belajar memaknai bencana, dan menabar manfaat, menolong orang yang tertimpa musibah seperti ketika lembaga ini menolong kami,” tukas Badar.***Kisah Badar di atas hanyalah satu dari sekian banyak cerita bagaimana simpul relewan, khususnya kebencanaan di daerah terbentuk. Dompet Dhuafa dalam menjalankan misi-misi kemanusiaan memang selalu didukung oleh relawan lokal. Banyak di antara mereka yang merupakan “alumni” bencana seperti Badar.Relawan memiliki peran yang sangat penting dalam program-program Dompet Dhuafa, khususnya kebencanaan. Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa—lembaga yang fokus pada pananggulanan bencana—memang wajib melibatkan masyarakat lokal dalam setiap fase, mulai dari respon tanggap darurat, Saya ingin terus belajar memaknai bencana, dan menabar manfaat, menolong orang yang tertimpa musibah seperti ketika lembaga ini menolong kami.Artis Olivia Zalianty menjadi relawan Dompet Dhuafa dalam respon bencana erupsi Gunung Agung, Bali, (4/12/2017)SWARACINTA 82 | DES-JAN 2018SWARACINTA 82 | DES-JAN 201812 rehabilitasi, hingga rekonstruksi kawasan terdampak bencana. Mereka inilah yang kemudian menjadi ujung tombak Dompet Dhuafa di daerah ketika bencana terjadi di kawasan terdekat mereka. Karena tidak mungkin dalam hitungan jam, tim yang berada di Jakarta bisa sampai di daerah dalam hitungan 1-2 jam. Strategi seperti ini ternyata memiliki keuntungan sendiri. Pertama, dengan adanya transfer pengetahuan, warga setempat menjadi paham bagaimana mengorganisir diri, terutama dalam menghadapi dan menangani kebencanaan. Kedua, selain menjadi aset warga setempat, secara otomatis mereka tergabung dalam jaringan relawan kebencanaan Dompet Dhuafa, yang dapat diberdayakan sewaktu-waktu.Perjalanan Dompet Dhuafa selama 25 tahun ini tidak terlepas dari peran dan kiprah para relawan. Mereka selalu hadir dalam setiap aksi-aksi kemanusiaan yang dijalankan Dompet Dhuafa. Untuk itu Dompet Dhuafa memiliki wadah tersendiri untuk mengorganisir potensi-potensi kebaikan yang dimiliki masyarakat itu. Melalui wadah yang diberi nama Dompet Dhuafa Volunteer ini, potensi setiap relawan dioptimalkan sesuai kapasitasnya masing-masing. Persyaratan untuk menjadi bagian dari Dompet Dhuafa Volunteer hanya cukup dengan memiliki kesediaan mendukung dan bergerak dengan tulus pada setiap misi kemanusiaan yang dilakukan bersama Dompet Dhuafa. Melalui organ ini, Dompet Dhuafa berusaha menjaring para relawan untuk bersama melakukan gerakan kemanusiaan, mulai dari hal-hal yang sederhana. Mereka bisa terlibat dalam pengumpulan dana (fundraising), program pendidikan, kebencanaan, hingga kesehatan. Hingga kini, tak kurang dari 1000 relawan yang terlibat dalam program-program Dompet Dhuafa. Mereka berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari mahasiswa, pengusaha, hingga karyawan biasa. “This is not about how much you have, but this about how much you give,” setidaknya, kalimat inilah yang mewakili value yang dimiliki setiap relawan. Mereka berlomba-lomba memberikan apa yang mereka miliki untuk masyarakat demi menjadi manusia terbaik. “Khairunnas Anfa’uhum Linnas; sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya,”. [Amirul Hasan]Relawan periksa kesehatan pengungsi petani Teluk Jambe, Karawang. SWARACINTA 82 | DES-JAN 2018SWARACINTA 82 | DES-JAN 2018ARUS UTAMA14 SWARACINTA 82 | DES-JAN 2018Ingin hidup berarti? Dompet Dhuafa adalah salah satu wadahnya. Karena Dompet Dhuafa bukan saja lembaga penghimpunan ZISWAF, tapi juga lembaga yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siapa saja untuk bersama berperan aktif menyalurkan dana yang dihimpun, tentu untuk membantu siapa saja bahkan untuk menjaga kelestarian alam ini.Seperti dikatakan Bambang Suherman, Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumberdaya Dompet Dhuafa, di Dompet Dhuafa ada dua customer yang saling berkaitan yaitu donatur (orang yang menyumbang) dan mutahik (orang yang berhak menerima penyaluran sumbangan). Customer donatur di Dompet Dhuafa dikelola oleh lini kerja fundraising dan komunikasi. Sedangkan untuk customer mustahik dikelola oleh lini kerja program. Kedua customer tersebut, kata Bambang, terbuka untuk diakses oleh publik, dan publik bebas berpartisipasi untuk menjadi volunteer (relawan). Di Dompet Dhuafa ada 5 tema program penyaluran yang dapat publik terlibat di dalamnya. Kelima program itu adalah ekonomi, kesehatan, pendidikan, pengembangan sosial dan dakwah. “Setiap publik dapat menjadi relawan sesuai kapasitasnya dan tema yang tersedia,” ungkap alumni Universitas Indonesia ini.Di bidang ekonomi, lanjut Bambang, Dompet Dhuafa memerlukan dukungan seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang mekanisme pengembangan modal, mutu produk, perluasan akses dan pasar terbuka.Di bidang kesehatan, dibutuhkan relawan tenaga kesehatan yang langsung terlibat di program layanan kesehatan Dompet Dhuafa mulai dari Faskes I di Gerai Sehat LKC sampai ke Fakses II di rumah sakit-rumah sakit yang dikelola Dompet Dhuafa atau di saat Aksi Layan Sehat (ALS) di lokasi bencana dan kawasan marjinal.Begitu juga di bidang pendidikan, diperlukan relawan yang bukan hanya sekadar mengajar tapi juga menciptakan ruang kelas untuk belajar. Di sekitar kita, banyak anak-anak putus sekolah dan banyak anak-anak yang tidak mendapat kesempatan untuk sekolah. Untuk ini, Relawan Ruang Berbagi di Dompet DhuafaDompet Dhuafa menyediakan ruang bagi orang-orang yang ingin berbagi dan bermanfaat untuk sesama.Relawan respon banjir Pacitan, (1/12/2017)SWARACINTA 82 | DES-JAN 201815 ARUS UTAMASWARACINTA 82 | DES-JAN 2018Dompet Dhuafa dapat mengumpulkan mereka dan membimbing mereka lewat home schooling dan sekolah kejar paket A, B dan C.“Di bidang pengembangan sosial, bahkan lebih banyak ruang yang dapat diakses relawan. Salahsatunya relawan untuk respon kebencanaan,” jelas Bambang.Di ruang dakwah,para da’i yang secara umum sudah melaksanakan tugas keda’iannya di masyarakat, dapat bergabung menjadi relawan Dompet Dhuafa, menjadi da’i relawan yang diterjunkan ke wilayah marjinal bersama Cordofa (Corp Da’i Dompet Dhuafa).Kalau di customer donatur atau ruang fundraising dan komunikasi, publik dapat menjadi relawan dengan banyak cara. Publik bisa menjadi relawan fundraiser untuk menggalang donasi. Bahkan bagi yang sudah pensiun dapat mengisi waktu senggangnya menjadi relawan Dompet Dhuafa dengan menjaga konter Dompet Dhuafa yang tersedia di mal-mal, di kantor-kantor dan kantor cabang Dompet Dhuafa. Bagi anak-anak muda jaman now, banyak pula kesempatan untuk menjadi relawan meski tidak hadir secara fisik, tapi dia dapat menjadi buzzer di media sosial dan blogger yang mengkampanyekan program-program dompet dhuafa dan mengajak orang untuk berbagi dengan saudara yang membutuhkan serta menyalurkan ZISWAF-nya melalui Dompet Dhuafa. “Bahkan publik yang memiliki keterampilan khusus seperti fotografidan video maker, bisa menjadi relawan dengan terlibat dalam pengambilan foto dan film kemanusiaan yang direspon Dompet Dhuafa,” jelas Bambang. Begitu juga bagi para eksekutif dan para pekerja yang sibuk, dapat pula menjadi relawan Dompet Dhuafa melalui program cuti berbagi, memanfaatkan hari libur dengan berbagi dengan sesama atau ikut nimbrung melalui kegiatan care visit, berkunjung ke lokasi program pemberdayaan Dompet Dhuafa dan berbagi di sana.. Dua Pintu RelawanUntuk menjadi relawan, jelas Bambang, Dompet Dhuafa menyediakan dua pintu untuk bergabung. Pertama, ada kanal khusus Dompet Dhuafa Volunteer (DDV). Kedua, langsung pada para penanggung jawab di level manajer di penghimpunan dan program. “Untuk menjadi relawan ini, tidak ditentukan kapan pun waktunya, kapan saja publik mau, ia dapat menjadi relawan di Dompet Dhuafa,” terang Bambang.Khusus untuk Program Cuti Berbagi dan Care Visit, tambah Bambang, ingin ikut bergabung secara berjamaah atau kolektif, dapat menghubungi Customer Relationship Management (CRM) Dompet Dhuafa agar bisa difasilitasi.Bambang menjelaskan, Cuti Berbagi dan Care Visit selama ini sebagian besar diikuti donatur Dompet Dhuafa yang ingin melihat secara langsung kemana dana yang terhimpun Dompet Dhuafa disalurkan, ketika di lapangan saat penyaluran ditemukan masalah baru yang perlu penanganan segera, mereka secara langsung dapat memberikan kontribusi untuk solusinya. [Maifil Eka Putra] Relawan fundraising Dompet Dhuafa.SWARACINTA 82 | DES-JAN 2018ARUS UTAMA16 Tiba –tiba foto seorang anak yang selamat dari timbunan reruntuhan gedung yang hancur karena serangan Rusia dan sekutunya ke Aleppo, menjadi viral di dunia maya setahun lalu. Foto itu diambil oleh salah seorang relawan bulan sabit merah di Suriah. Di sela upaya penyelamatan yang dilakukan, ia sempatkan mengambil foto anak yang kumal karena debu itu.Anak tersebut adalah Omran Daqneesh, yang menjadi korban serangan udara pemerintah Suriah. Dia berhasil diselamatkan setelah terkubur reruntuhan gedung. “Dia mengalami shock yang ekstrem,” kata juru bicara Aleppo Media Center, seperti dikutip dari CNN, Jumat (19/8/2016) lalu.Foto ini telah membuat netizen bersedih dan empati, misalnya saja di akun instagram @tvalhijrah114 yang mengatakan “Gambar ini mampu menjentik naluri kemanusiaan kita. Sedang kita berpayung redup di negeri tercinta, mereka masih mencari sehela nafas keamanan di negeri sendiri” tulisnya.Itulah sekelumit kisah relawan yang turun memberi respon secepat mungkin berupaya menyelamatkan manusia dan menggugah dunia dengan laporannya. Melaui foto yang bercerita itu, bantuan pun mengalir ke warga Suriah yang teraniaya. Mungkin karena melihat pengorbanan para relawan di mana-mana, maka Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tema Hari Relawan Internasional (IVD) 2017 dengan “Relawan Bertindak Pertama Kali dan Di Mana-Mana.” Hari Relawan Dunia ditetapkan PBB setiap tanggal 5 Desember, dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi relawan dan organisasi untuk merayakan usaha mereka, untuk berbagi nilai yang mereka amalkan, dan mempromosikan pekerjaan mereka di lingkungan komunitas yang mereka bangun. Selain memobilisasi ribuan Bertindak Pertama dan di Mana-ManaLembaga PBB menetapkan tanggal 5 Desember, sebagai Hari Relawan Dunia, dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi relawan dan organisasi untuk merayakan usaha mereka, berbagi nilai yang mereka amalkan, dan mempromosikan pekerjaan mereka.SWARACINTA 82 | DES-JAN 201817 ARUS UTAMARelawan setiap tahun, program Perserikatan Bangsa-Bangsa Volunteers (UNV) juga berkontribusi pada perdamaian dan pembangunan dengan mengadvokasi pengakuan terhadap Relawan dan bekerja sama dengan mitra untuk mengintegrasikan kesukarelaan atau relawan ke dalam program pembangunan.Ditulis di laman PBB, Tema IVD 2017 #VolunteersActFirst merupakan pengakuan terhadap kontribusi Relawan sebagai responden pertama pada saat krisis. “Relawan selalu hadir, ada di sekitar kita, menjawab panggilan pada saat dibutuhkan, membantu menyelamatkan nyawa hari ini, dan mendukung mereka yang ingin terus menjalani hidup mereka dengan bermartabat untuk besok hari,” tulis laman tersebut. Relawan mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari, merawat orang-orang yang terkena dampak konflik, kekerasan dan krisis kemanusiaan, relawan berani menantang bahaya untuk membantu orang lain. Setiap tahun, lebih dari 6.500 relawan PBB melayani entitas di beberapa lingkungan yang paling menantang di seluruh dunia. Selain itu, ada pula sebanyak 12.000 Relawan yang tidak hadir secara fisik, melainkan membantu PBB secara Online. Mereka berusaha menyelesaikan lebih dari 20.000 tugas secara online, melalui layanan Relawan UNV Online.Dijelaskan, Relawan PBB adalah individu yang berkualitas dan terinspirasi, berkomitmen terhadap prinsip dan kode etik Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sifat sukarela menarik orang-orang yang sangat berbakat, terdidik dan termotivasi - warga global berpengalaman yang berdedikasi pada perdamaian dan pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia.Relawan PBB dengan beragam proyek, berasal dari lebih 150 negara, dengan usia antara 18 sampai 70 tahun dan mewakili lebih dari 100 bidang profesional yang berbeda. Relawan mewakili beragam bahasa, budaya dan etnis. Relawan PBB melayani respon secara lokal dan internasional. Ia bertugas dalam jangka pendek dan jangka panjang. Relawan Internasional PBB, biasanya kalangan profesional dengan pengetahuan khusus. Sukarelawan Internasional PBB harus pengalaman lima sampai sepuluh tahun sesuasi dengan kemampuan mereka, dan memiliki usia rata-rata 38 tahun. Mereka berasal dari berbagai kalangan dan beragam profesi: di antaranya pengacara dengan latar belakang hak asasi manusia dan perlindungan anak; Yang lainnya adalah profesional medis, seperti psikolog klinis, dokter dan perawat; sementara yang lainnya adalah insinyur, petugas pengadaan dan spesialis lingkungan.Relawan PBB untuk lokal atau pun nasional adalah warga negara dari negara tuan rumah (atau pengungsi dan orang tanpa kewarganegaraan dengan status hukum di negara ini), biasanya direkrut secara lokal. Beberapa tugas memerlukan relawan PBB nasional untuk memiliki keterampilan profesional dan teknis dan gelar sarjana atau pengalaman profesional setara. Relawan PBB lokal, bisa berasal dari komunitas yang kuat, kalangan intelektual dan jaringan lokal. Relawan ini sering tinggal dan bekerja di komunitas mereka sendiri dan memiliki minimal ijazah SMA.PBB juga menerima Relawan Remaja berusia antara 18-29 tahun, mereka dapat mengikuti penugasan nasional dan internasional hingga dua tahun. Relawan Remaja PBB telah menunjukkan komitmen mereka terhadap perdamaian global dan pembangunan berkelanjutan melalui kegiatan akademis, ekstra kurikuler dan sukarela.Ada juga Relawan yang dikontrak untuk tugas kurang dari tiga bulan. Pilihan ini mungkin berguna untuk kasus yang membutuhkan respon cepat atau terbatas waktu, seperti menopang tanggap darurat, aktivitas sensus dan untuk proyek yang membutuhkan peningkatan atau adaptasi cepat terhadap keadaan yang berubah.Saat ini lebih dari 25.000 Relawan potensial yang memenuhi syarat dan kualitas yang berada di bawah naungan PBB. Kerangka hukum dan administratif untuk mereka dibuat, sehingga PBB dapat melibatkan Relawan yang disesuaikan dengan kondisi layanan, catatan panduan dan kode etik UNV. [Maifil Eka Putra]SWARACINTA 82 | DES-JAN 2018ARUS UTAMA18 Tumbuhnya kota-kota besar di Indonesia ternyata diikuti dengan membludaknya penduduk miskin di setiap kota tersebut. Menurut survei yang dilakukan Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) tahun 2016, teridentifikasi ada 21 kota di Indonesia dengan kepadatan penduduk miskin di atas 500 jiwa per km2. Dari jumlah tersebut, nyaris seluruhnya berada di Pulau Jawa dengan kepadatan penduduk miskin tertinggi di Kota Yogyakarta dan Surakarta. Menurut Direktur IDEAS Yusuf Wibisono kemiskinan yang berada di kota metropolitan menunjukan pola pembangunan yang kontradiktif, yakni kualitas hidup yang tinggi namun tingkat kemiskinan yang masif.Dikatakan Yusuf, saat ini kemiskinan menjadi isu karena berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya, pembangunan kota masa kini lebih banyak didasari permintaan pasar yang dikendalikan oleh kekuatan modal. Dengan kata lain, kota yang dibangun hanya untuk tujuan proft.“Isu kota adalah isu masa depan, tapi kini pembangunan itu arus utamanya berorientasi pada materi sehingga kota menjadi ruang kapital di mana manusianya cenderung terabaikan dan hanya melayani pemilik modal,” ujar Yusuf dalam paparannya pada Seminar Urban Vounteerism di Jakarta, akhir November 2017 lalu.. Isu tersebut, lanjut Yusuf, diperkuat dengan semakin masifnya pertumbuhan hunian mewah di hampir seluruh wilayah Jakarta yang luasnya 8 ribu hektar atau 12 persen dari total luas wilayah Ibu Kota. Pembangunan tersebut, turut menggeser penduduk berpenghasilan rendah ke kawasan pinggiran Jakarta. Masyarakat menengah ke bawah yang terus bertahan di Jakarta, akhirnya akan terkonsentrasi di lingkungan kumuh, bahkan tak memiliki rumah.“Kalangan elit Jakarta yang jumlahnya 418.105 ribu Tumbuhnya Pembangunan kota, berkembang pula angka kemiskinan di kota itu. Dibutuhkan urban volunteer untuk mengentaskannya.Pertahankan Kewarasan Masyarakat KotaSeminar Urban Volunteerism, (30/11/2017)SWARACINTA 82 | DES-JAN 201819 ARUS UTAMAjiwa menempati lahan seluas 7,758 hektar. Sedangkan masyarakat miskin jumlahnya lebih banyak, sekitar 904.896 ribu jiwa harus bertahan di tanah seluas 1,589 ribu hektar. Mereka hidup di ruang yang sangat padat di 391 RW kumuh di Jakarta,” papar Yusuf.Bila dikerucutkan lagi, kemiskinan di Jakarta berada di kawasan Kecamatan Cakung, Cengkareng, Kalideres, Cilincing, Jatinegara. Di sana juga banyak angkatan kerja yang belum memiliki penghasilan tetap. “Kelompok miskin ini bukan malas bekerja, tetapi sistem tata kota yang tidak mendukung mereka,” jelas Yusuf.Kondisi tersebut diperparah oleh pembangunan infrastruktur Jakarta yang mahal seperti pembangunan 6 ruas Tol dalam kota, kereta bandara, LRT dan MRT. Infrastruktur tersebut kian sulit dijangkau oleh masyarakat miskin karena hanya melintasi daerah-daerah elit Jakarta. Uniknya kendati kemiskinan dan kesenjangan di Jakarta kian melebar tetapi indeks pembangunan manusianya terus tumbuh.Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumberdaya Dompet Dhuafa, Bambang Suherman mengatakan, untuk mengatasi kemiskinan kita tak boleh hanya mengandalkan program-program yang dicanangkan pemerintah. Tetapi juga harus terjun langsung dengan model kerelawanan atau urban volunteer.Bambang menuturkan tipikal orang yang hidup di perkotaan relatif monotonisme. Hari yang diingat oleh masyarakat kota pun hanya Jumat dan Senin karena kedua hari tersebut merupakan lonceng untuk rehat dan masuk kerja. Kemudian, dinamika tersebut lama-kelamaan menjadi pola yang tak disadari telah melekat di masyarakat kota.“Dampaknya orang-orang kota menjadi acuh dan tak responsif saat melihat orang lain celaka. Dampak lainnya masyarakat kota menjadi akrab dengan kesendirian, sulit diajak berkoloni dan susah diajak bergotong royong. Padahal hal ini yang mempertahankan kewarasan kita sebagai masyarakat kota,” jelas Bambang.Untuk itu, urban volunteer muncul guna mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan masyarakat kota karena dirasa mampu menggagas hal-hal positif dan mengajak publik untuk mempertahankan ruang kemanusiaan melalui kanal-kanal yang dimiliki.Dalam pandangan Bambang, kebahagian menjadi manusia itu adalah ketika perannya masih dibutuhkan oleh orang lain. Bila semua manusia setara maka hidup akan terlihat datar, monoton seperti robot dan membosankan. Ruang saling menolong itu lah yang bisa diisi oleh kegiatan urban volunteer sekaligus menjadi harapan hidup sebagai manusia seutuhnya.“Cara efektif supaya survive dalam menghadapi tantangan hidup adalah membantu menyelesaikan masalah orang lain. Banyak potret ruang volunteer yang dapat kita kembangkan di kota kota besar. Dengan semua keterampilan yang dimiliki semua orang bisa membantu,” ucap Bambang.Menurut Bambang menyambung rasa antar sesama manusia melalui urban volunteer dapat melahirkan sesuatu yang sangat dahsyat. Semua harus bisa diakali dengan kesadaran kita menjadi manusia. Apabila masyarakat kota hanya menunggu bantuan dari pemerintah untuk membantu warganya yang miskin maka akan memerlukan waktu yang panjang.“Contohnya kita bisa membezuk pasien kanker, mengajak mereka keluar dari rutinitasnya. Cukup kita dengan menggunakan hidung badut mereka sudah senang atau selesai pulang kantor kita bisa mengunjungi warga marjinal untuk menghibur mereka. itu yang dinamakan urban volunteer,” ujar Bambang.Di luar itu, urban volunteer juga bisa dilakukan melalui kampanye. Seperti dilakukan Dompet Dhuafa misalnya, sebagai lembaga LAZ, Dompet Dhuafa ingin mengajak sebanyak-banyaknya umat untuk membantu orang lain. Ajakan ber urban volunteer ini kata Bambang dapat menjadi jembatan untuk mengajak orang untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.Dalam paparan penutup Bambang menukaskan, bila anak-anak muda banyak membantu orang lain, maka permasalahan orang lain itu akan cepat terselesaikan. Dalam kemapanan dan rutinitas publik yang kita jalani, Bambang menghimbau untuk menyisihkan waktu untuk melirik saudara kita yang membutuhkan uluran tangan. [Aditya Kurniawan]Next >