< Previous“Mendidik dalam Islam bukanlah seka-dar mentransfer ilmu pengetahuan (knowledge) dan informasi, tetapi lebih dari itu mendidik adalah proses tranfor-masi nilai (value) dan kearifan (wisdom) ke-pada setiap peserta didik” Nio Gwan Chung. Ungkapan ini pasti terinspirasi dari sirah nabi yang mampu merubah (transformasi) ke-hidupan arab jahiliyah yang penuh keterbela-kangan dan kebodohan menjadi sebuah per-adaban manusia yang berbasiskan nilai-nilai luhur ilahi dan berkarakter akhlakul karimah.Salah satu tugas utama Nabi Muhammad SAW adalah mengajar. Bahkan hal tersebut dengan jelas dinyatakan dalam Quran dan Hadis. Misalnya Surat Al-Baqarah ayat 151, Ali-Imran ayat 164, juga Surat Al-Jumuah ayat 2. Dan dalam beberapa hadis disebutkan menggunakan kata (pengajar), Rasul bersabda:“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk menyusahkan orang lain dan mencari kesala-han orang lain melainkan Dia mengutusku sebagai mualim (pengajar) dan memberikan kemudahan.” (HR. Muslim)Sebuah tugas dan misi mulia yang diem-ban dan dilaksanakan Rasulullah. Mualim atau pengajar memiliki pengertian dan dimensi sosial yang begitu penting dalam merubah tatanan masyarakat, apalagi mela-hirkan peradaban mulia untuk umat manusia. Bangsa yang besar dan beradab adalah hasil dan buah kerja keras para mualim di segala strata pendidikan, formal maupun informal. Apa yang telah dicapai manusia hari ini ada-lah jerih payah yang telah dilakukan para The Greatest Mu’allimaBDul Mughni, lC, M.hi“Kebutuhan kepada ilmu lebih penting dari pada kebutuhan terhadap makan dan minum.”Imam Ahmad68 EDISI 02 I TAZKIAmualim, dan begitulah mekanisme yang di-jadikan Allah dalam menjaga dan memelihara kehidupan manusia.Penutup para rasul yaitu Nabi Muham-mad SAW sebagai the greatest mualim on the world, beliau mewariskan generasi sahabat ridwanullah alayhim yang melanjutkan misi dan tugas mengajarkan manusia. Dan begitu seterusnya para sahabat mewariskan ilmu kepada generasi Tabiin terus berlanjut sampai saat ini di mana ilmu syariah dan ilmu penge-tahuan lainya sampai ke manusia zaman ini melaui para mualim. Maka benarlah sabda Nabi:“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham melainkan mereka mewaris-kan ilmu, maka siapa yang mendapatkan ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bagian (jatah) yang banyak.” (HR. Turmudzi)Kajian tentang the prophet is the greatest mu’allim membawa kita pada beberapa kesim-pulan besar yang antara lain:1. Gelar Sang Mualim (pengajar) adalah gam-baran dari tugas yang melekat dalam sosok Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ibnu Ma-jah disebutkan: yang artinya: “Sesungguhnya aku diutus sebagai mualim (pengajar).” Dan dalam praktiknya beliau adalah seorang yang profesional dalam tugasnya, sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim: Berkata sahabat Muawiyah bin Hakam “tidak pernah aku lihat seorang pengajar dari dahulu sampai sekarang yang seprofesional beliau (Nabi Muhammad SAW).”2. Karena Nabi adalah the greatest mu’allim, maka beliau mengajarkan kepada kita banyak sekali teladan. dan tuntunan yang wajib dijadikan contoh dan panduan bagi setiap pengajar, pendidik guru dan dosen. Berikut ebberapa contoh dari teladan The Greatest Mu’allim:a. Passion dan full motivation yang dalam bahasa quran disebut dengan (hirsh) sebagaimana termaktub dalam At-Taubah ayat 128. Beliau begitu peduli dan bersemangat dalam menyampai-kan ajaran dan risalah langit kepada manusia. Tidak pernah lelah dan letih dalam berdakwah, tidak pernah ber-harap apapun selain ridha dari Allah.b. Sangat santun dan lembut dalam per-kataan dan perilaku. Dalam sebuah hadis yang disampaikan sahabat Anas bin Malik, beliau berkata: “aku menjadi khodim (pelayan) dan peserta didik dari Nabi selama 9 tahun dan beliau tidak pernah berkata kasar apalagi mene-gurku dengan keras.”c. Tawadu (rendah hati). Sungguh sifat yang harus dimiliki setiap insan pen-didik saat ini. Beliau sangat jauh dari kesombongan apalagi membanggakan diri, meskipun predikat rasul dan pemimpin yang ada dalam pundaknya. Tidak pernah ada riwayat beliau menolak untuk mengajarkan ilmu dan berbagi kepada yang membutuhkanya, bahkan dikatakan beliau tidak pernah mengatakan “Tidak,” sebagai bukti ke-tawadu-an pribadi yang agung.3. Adab dan etika dalam bermuamalah, ter-lebih kepada para guru dan semua yang telah mengajarkan kepada kita segala hal yang bermanfaat. Seperti syair dari Syauqi yang dapat gelar amir syuaraa (pangeran penyair): bangkitlah dan hormati guru, hampir saja mereka menjadi rasul/adakah yang lebih mulia melainkan mereka yang telah mem-bangun dan menghidupkan akal dan jiwa/Semoga bermanfaat. n n nTAZKIA I EDISI 02 69Al-Azhar bukan hanya yang tertua di kalangan dunia Islam, melainkan juga di seluruh dunia. Universitas-universitas di Amerika dan Eropa baru didirikan dua abad setelah berdirinya Al-Azhar.Kiblat Ilmu DuniaSudah menjadi suatu kaidah tak tertu-lis bahwa peradaban Islam di suatu daerah selalu dikaitkan dengan peran masjid di kawasan tersebut. Hal ini mungkin diilhami oleh kerja nyata Rasulullah SAW saat berada di Madinah. Hal pertama yang beliau lakukan di Madinah adalah mem-bangun masjid. Ini menandakan bahwa peran masjid yang tidak hanya terbatas pada kegia-tan ritual semata. Tapi lebih dari itu, masjid adalah sentral pemerintahan Islam, sarana AL-AZHAR70 EDISI 02 I TAZKIApendidikan, mahkamah, tempat mengeluar-kan fatwa, dan lain sebagainya.Bermula dari sebuah masjid yang diba-ngun pada 971 M/359 H, Al-Azhar kini dikenal sebagai universitas tertua di dunia dan menjadi kiblat ilmu pengetahuan di penjuru dunia. Al-Azhar yang didirikan oleh Panglima Jauhar As-Siqillî pada masa Dinasti Fatimiyah, Khalifah ke-4, Al-Mu’iz li Dînillâh Ma’d bin Al-Mansûr (931–975M/319–365H). Merupakan masjid sekaligus institusi pen-didikan yang secara fundamental sangat berperan dalam membangun paradigma pemikiran keislaman di dunia. Bermula dari kajian-kajian terbatas (halaqah) yang diada-kan di bawah tiang masjid dengan sistem yang sangat tradisional, Al-Azhar tak pernah lelah membidani lahirnya ulama dan cendeki-awan muslim sepanjang zaman.Pada masa Al-Mu’iz li Dînillâh Ma’d bin Al-Mansûr itulah Ibu Kota Mesir dipin-dahkan ke daerah baru yang kemudian dinamakan Al-Qâhirah atau Kairo. Di da-lamnya dibangun sebuah masjid, yakni Jami’ Al-Qâhirah. Kemudian pada masa Khalifah Al-’Azîz Billâh, di sekeliling Jâmi’ Al-Qâhirah dibangun beberapa istana yang disebut Al-Qusûr Az-Zâhirah. Istana-istana ini sebagian besar berada di sebelah timur (kini di sebelah barat Masjid Husain), sedangkan sebagian yang kecil berada di sebelah barat (di dekat masjid Al-Azhar sekarang). Kedua istana dipisahkan oleh sebuah taman yang indah. Keseluruhan daerah ini dikenal dengan sebu-tan Madînah Al-Fâtimiyyin Al-Mulukiyyah. Kondisi di sekitar Jâmi’ Al-Qâhirah yang begitu indah bercahaya ini mendorong orang menyebutnya dengan sebutan baru, yaitu Jâmi’ Al-Azhar. Kata al-azhar berasal dari kata zahrâ’ yang berarti bersinar, bercahaya, dan berkilauan.Ada dua hal yang menjadikan Jâmi’ Al-Azhar menjadi pusat keilmuan utama saat itu. Pertama, ekspansi yang dilakukan oleh pasukan Tatar terhadap Baghdad, ibu kota Abbasiyah. Ekspansi ini menyebabkan pusat kekhalifahan pindah ke Mesir, dari tahun 660 H hingga tahun 923 H, bertepatan den-gan awal munculnya Turki Utsmani. Akibat serangan Tatar, banyak ulama muslim dari Timur berhijrah ke Mesir karena Mesir ber-hasil mengalahkan Tatar dalam peperangan ‘Ain Jalut yang dipimpin oleh Raja Mesir, Sultan Saifuddîn Al-Muzaffar Qutz. Kedua, orang-orang Islam di Andalusia ditindas oleh orang-orang Eropa sehingga banyak ulama di Barat hijrah ke Kairo.Dua hal inilah yang menyebabkan Al-Azhar menjadi menara keilmuan dunia Islam saat itu. Di samping ilmu agama dan bahasa, dipelajari juga ilmu-ilmu eksakta, seperti matematika, astronomi, kimia, kedokteran, logika, dan sejarah. Di antara ulama-ulama terkenal yang mengajar di Al-Azhar adalah Ibnu Khaldûn, Ibnu Hajar Al-’Asqalânî, ‘Abd Al-Wahhâb Asy-Sya’rânî, Kamâluddîn Ad-Damirî, Al-Fârisî, Jalâluddîn As-Suyûtî, Al-’Ainî, Al-Khawî, ‘Abd Al-Latîf Al-Baghdâdi, Ibnu Khâliqân, dan Al-Maqrizî. Pada masa inilah, abad ke-15 M/ke-9 H, puncak kee-masan Al-Azhar.Al-Azhar bukan hanya yang tertua di ka-langan dunia Islam, melainkan juga di seluruh dunia. Universitas-universitas di Amerika dan Eropa baru didirikan dua abad setelah berdi-rinya Al-Azhar. Universitas Paris didirikan pada abad ke-12 Masehi; Universitas Oxford di Inggris pada abad ke-13; demikian juga universitas-universitas Eropa lainnya. Univer-sitas yang mengimbangi Al-Azhar dari segi sejarahnya adalah Universitas al-Qairawan di Kota Fez, Maroko. Bahkan ada yang menga-takan bahwa Universitas al-Qairawan adalah yang tertua di dunia karena pendidikan di sana sudah berlangsung sejak tahun 859 M/245 H. Walaupun demikian, tingginya kedudukan Al-Azhar, seperti disebutkan oleh Muhammad Kamâl As-Sayyid Muhammad dalam Jami’an wa Jami’atan: Al-Azhar fî Alf ‘Âm, bukan karena usianya, melainkan karena peranan utama yang dijalankannya dalam menjaga kemurnian ajaran Islam.Sejak awal didirikan, Al-Azhar selalu ter-buka untuk semua pelajar dari seluruh dunia. Hingga kini Universitas Al-Azhar memiliki lebih dari 50 Fakultas yang tersebar di seluruh pelosok Mesir, dengan jumlah mahasiswa dan mahasiswi lebih dari 200 ribu orang. Itulah potret Al-Azhar yang tetap tegar pada usianya yang semakin senja. n n nTAZKIA I EDISI 02 71STEI TAZKIA“BARANG SIAPA YANG MENEMPUH SUATU JALAN UNTUK MENUNTUT ILMU, ALLAH AKAN MEMUDAHKAN BAGINYA JALAN KE SURGA.”(HR. Muslim)Next >