< Previous324Perentangan kulit diusahakan kuat dengan lubang ikatan yang teratur agar bentuk kulit menjadi baik, simetris, dan rata. Kulit kemudian pada sinar mata-hari. Dalam kegiatan ini diusahakan agar penguapan air dapat berlangsunj secara perlahan-lahan dan merata di seluruhpenampang kulit. Bila pengeringan kulit berlangsung terlalu cepat, akan berakibat pengeringan lapisan kulit bagian luar juga terlalu cepat,sehingga menyebabkan kulit bagian tengah dan bawah tidak dapatmenguapkan air. Hal ini akan menyebabkan tidak sempurnanyapengawetan, sehingga kulit mentah itu menjadi mudah rusak. Agarpengeringan dapat terjadi dengan baik, penjemuran kulit dimulai dari bagian daging, dengan diarahkan pada datangnya sinar matahari, mem bentuk sudut 90°. Antara pukul 08.00 langsung, tetapi diangin-anginkan di tempat yang teduh denganpergantianudara yang cukup. Atau bila ingin dijemur secara langsung, dapat dilakukan dengan posisi permukaan kulit sejajar dengan arahdatangnya sinar matahari. Bila kulit pada bagian daging sudah kering, kemudian lembaran kulit dibalik, sehingga kulit bagian bulu berada di atas dan terkena panas sinar matahari, sehingga dengan demikian,pengeringan dapat merata. Pengawetan kulit dengan sinar matahari ini membutuhkan waktu sekitar 3 hari bila panas matahari mencukupi. Perlu diketahui bahwa ketentuan lama penjemuran kulit itu hanya berlaku di Pulau Jawa, sedangkan untuk kegiatan serupa di luar Pulau Jawa, lama penjemuran kulit disesuaikan dengan situasi dan kondisiBila kulit basah memiliki berat 100 kg, maka setelah kering akan menjadi 35 kg. Setelah kulit memiliki kekeringan cukup, kemudian dilepas dari tempat pementangan dengan cara melepaskan tali-talinya.Lembaran kulit yang telah kering kaku dan keras itu, dilipat membujur dari ekor hingga leher. Di Indonesia, kulit kepala biasanya tidak disertakan. Dalam cara pelipatan kulit ini, ada perbedaan antara kulit sapi dengan kulit kerbau. Untuk kulit sapi, bagian daging berada di luar, sedangkan untuk kerbau bagian daging berada di dalam. Kulit yang telah dilipat dapat disimpan untuk beberapa lama.6.Pengawetan Kulit dengan PenggaramanDi samping dengan cara pengeringan sinar matahari, pengawetan kulit mentah dapat dilakukan pula dengan menggunakan garam.Pengawetan dengan menggunakan garam ini dilakukan terutama bagi kulit binatang yang akan digunakan sebagai bahan kulit tersarhak, Garamyang digunakan dalam pengawetan kulit adalah garam dapur, namun bukan garam murni, melainkan garam teknis yang berkadar 90%.Pengawetan kulit dengan garam dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu penggaraman basah (wet salting), dan penggaraman kering (drysalting).Proses pengawetan kulit mentah dengan penggaraman, dalam Buku tentang cara-cara pengawetan kulit mentah,dijelaskan sebagai berikut.a.Penggaraman basah (wet salting)Kulit yang telah dibersihkan dari berbagai kotoran yang melekat dan telahditimbang, direntangkan pada lantai miring yang telah ditaburigaram dengan posisi bagian bulu di bawah, dan kemudian pada bagian daging ditaburi garam sebanyak 30% dari berat basah. Selanjutnya, di atas kulit tersebut direntangkan lagi kulit dengan posisi bagian buluberada di bawah Bagian daging yang menghadap keatas ditaburi garam seperti yang telah dilakukan terhadap kulit sebelumnya, begituseterusnya hingga mencapai tinggi 1 m. Kulit paling atas diletakkansebagai penutup dengan posisi bagian bulu di atas, kemudian didiamkan selama satu malam. Penaburan garam diulangi lagi sebanyak 20%. Pada bagian penampang kulit perlu ditaburi garam pula, hingga tidak adabagian kulit yang tidak terkena garam. Kulit yang telah digarami dibiarkan beberapa hari, antara 2 hari sampai 4 minggu, supaya air hasilpenggaraman mengalir. Setelah kadar air minimal tercapai, kulit dilipat dan disimpan hingga proses penyamakan. Pelipatan kulit diusahakan sedemikian rupa hingga menjadi lipatan yang berbentuk bujur sangkar, sehingga mudah untuk disimpan.a.Bagian tepi kulit dilipat ke dalam.b.Sesuai dengan garis tolong, kulit dilipat menjadi dua bagian.c.Kulit dilipat lagi menjadi satu bagian.d.Kulitdilipat melintang sepertiga bagian.e.Bagian sepertiga lainnya dilipat kembali.f.Hasil lipatan kulit membentuk segi empat.g.Kulit yang dilipat kemudian uiikat dengan tali.Gambar 17. Teknik pelipatan kulit pada penggaraman basah.Keuntungan yang diperoleh dengan penggaraman basah, antara lain** adalah: pengawetan tidak tergantung pada panas sinar matahari,sedikitter-P jadi kerusakan kulit, prosessoakingmembutuhkan waktu cukup lama, serta tidak membutuhkan ruangan yang luas.b. Penggaraman kering (dry salting)Kulit yang telah dibersihkan dari berbagai kotoran dan sisa daging di-cuci bersih, kemudian ditimbang untuk mempermudah penentuanjumlal _ bahan pengawet. Kepekatan larutan 20°BE- 24°BE (BE =Baume). Apabilakepekatan menurun, maka harus ditambahkan lagigaram dapur, hingga 8 kepekatannya minimal 20°BE. Kulit direndam hingga seluruh bagian kulit terendam dalam larutan. Perendamandilakukan selama 24 jam sampai 2 x" 24 jam. Kemudian ditiriskan dengan digantungkan di atas bak, agar ail * menetes ke dalarn bak perendaman. Selanjutnya, kulit dipentang pada papal rpementangan dan dikeringkan dengan sinar matahari. Sebelum dipentang dapat pula ditambahkangaram sebanyak 10% dari berat kulit basah, dan * ditaburkan padabagian daging. Kemudian didiamkan selama 1-2 jam.Keuntungan pengawetan dengan sistem ini antara lain adalah: kulil tidak lekas busuk, walaupun panas sinar matahari tidak menentu(misalnyi pada musim hujan); kualitas kulit lebih baik daripadapengawetan dengai sinar matahari, karena serat kulit tidak lengket satu dengan yang lainnya; dan kulit hasil pengawetan penggaraman kering ini akan mudah dibasahkan hingga menyerupai kulit segar kembali, dalam waktu yang singkat. Namun, biaya yang dibutuhkan akan lebih banyak dibandingkan dengan cara pengawetan kulit dengan sinar matahari.7. Pengawetan Kulit dengan DipikelPada umumnya, pengawetan kulit dengan sistem pikel ini dilakukat bagi keperluan ekspor, karena kulit mentah memerlukan waktu lamasebelunt diolah lebih lanjut dalam pabrik penyamak Pengawetan dengan dipikel'utpada umumnya dilakukan pada kulit domba dan kulit kambing, namun dap! pula digunakan untuk mengawetkan kulit binatang lainnya. Biasanya kuli yang diawetkan dengan sistem ini telah diawetkan terlebih dulu denga penggaraman. Pada prinsipnya, pengawetan ini dilakukandengan menjadi kan kulit binatang itu dalam kondisi asam. Prosespengawetan ini dilakuka melalui beberapa tahap, yaitu: perendaman,pengapuran, pembuangan kapffl pengikisan protein, pembuangan lemak, dan pengasaman. Setelah mengalan beberapa proses pengolahantersebut, kulit dipilih (disortir) dan dipak dalam plastik. Kulit yang telah mengalami pengasaman akan tahan disimpan hingga prosespenyamakan selanjutnya.B. PENGOLAHAN KULIT MENTAH (PERKAMEN)Setelah mengalami proses pengolahan, kulit mentah dapatdigunakan dalam berbagai keperluan. Pengolahan kulit yang dilakukan dengan itidak mengubah sifat dan karakter kulit, sehingga produknya dikenal seba-gai kulit mentah yang alami. Dalam dunia perkulitan, kulit mentah dikenal dengan istilah kulitperkamen.merupakan pengin-donesiaan istilah asing. Istilah perkamen berasal dari bahasa Belandaperkament,dan bahasa Inggris:mempunyai pengertian: kulit mentah.Seperti telah dijelaskan di atas, kulit binatang ada yang berasal dari Ibinatang besar, misalnya sapi, kerbau, kuda, serta binatang yangberukuran kecil, misalnya domba, kambing, atau kelinci yang banyak hidup dan dipe-lihara masyarakat. Kulit dari binatang yang besarumumnya tebal, sedangkan kulit dari binatang yang kecil umumnya tipis. Agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, maka harus mengalami pengolahan secara khusus. Kulit yang tebal, di samping harusdibersihkan dari bulu dan lapisan lain yang d'dak berguna, juga harus ditipiskan sesuai dengan kebutuhan. Adapun kulit yang tipis, yang banyak dijumpai di negara Indonesia ini, hanya perlu dihi-tangkan bulu-bulunyadan lapisan yang tidak terpakai saja.1.Penipisan Kulit PerkamenKulit binatang memiliki ketebalan yang berbeda antara satu dengan yanglainnya. Oleh karena itu, perlu ditipiskan sesuai dengan tujuan penggu-naannya. Barang-barang yang kecil membutuhkan kulit yang tipis sampai sedang, kulit yang tebal digunakan dalam pembuatan barang yang berukuran besar dan lebar. Dalam nenipisan kulit, hingga kini belum ada ukuran yang pasti (standar). Tebal tipisnya kulit sangat relatiftergantung pada kebutuh-an. Namun, diketahui bahwa kulit kerbaumerupakan jenis kulit binatang yang paling tebal bila dibandingkandengan jenis kulit binatang lain yang telah dimanfaatkan selama ini.Seperti yang diuraikan dalam buku memiliki ketebalan antara 0,5 mm - 3 mm, dengan kegunaan yangberbeda-beda. Pada umumnya, kulit perkamen digunakan dalam kriya kulit tatah sungging. Dengan ketebalan yang bervariasi itu dapatdihasilkan produk yang bagus. Namun, perlu diketahui bahwa tebaltipisnya bahan kulit perkamen berpengaruh pula pada tingkat ketahan-annya. Kulit tipis lebih tidak tahan lama dibandingkan dengan kulit yang tebal, walau dengan tatahan yang agal.Ada dua jenis bahan mentah yang dapat diolah menjadi kulit perkamen, yaitu kulit yang masih segar dan kulit tandon(kulit yang telah diawetkan, dikeringkan). Untuk kulit tandon, harus dibasahkan terlebih dulu dengan direndam dalam air lumpur selama 12 jam, sehingga menjadi basah daa lunak. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pementangan. Namun, untuk kulit yang masih segar (baru saja dilepas dari tubuh binatang) yang, dikenal dengan sebutan kulit laipans\tidak perlu direndam terlebihdahulu.Setelah kulit menjadi lunak, kemudian direntangkan padapementangan, dan diikat dengan tali. Dalam proses penipisan kulit, tidak digunakan besi (kawat) yang berbentuk huruf S sebagai pengait antara kulit dengan tat dalam pementangan, karena dapat menggangguperalatan yang digunakan dalam penipisan kulit. Setelah selesaidipentangkan, kulit dikeringkan dif tempat yang teduh. Bila kulit telah kering secara merata, dimulailah penipisan kulit yang lazim disebutdengandikerok.Dengan menggunakan pisau ataubagian daging dikurangi ketebalannya sedikit demit sedikit. Torehanpisau hanya satu arah dari atas ke bawah dan akan mengi silkan total(limbah kulit seperti serutan kayu) yang sering disebut pull dengan kawul.Kulit bagian dalam ini, lebih banyak dikurangi agar diperoleh kulit yang berkualitas. Kemudian, dilanjutkan dengan penipisan pada bagian kulit luar yang berbulu. Kuiit bagian ini, pengurangan dilakukan sedikil saja, karena bila pada bagian ini dilakukan pengurangan yang banyak, kulit perkamen yang dihasilkan akan menjadi getas(mudah patah/putus) bila dilipat. Bila perlu, pada bagian ini hanya dihilangkan bulu-bulunya sajadai dibersihksn, sehingga kulit masih utuh.Setelah kulit ditipiskan, kemudian sisa-sisa kerokan dibersihkan de-ngan air dan bagian yang dikerok dihaluskan dengan ampelas (kertas gosok), Selanjutnya, dijemur di panas sinar matahari hingga keringsecara meratt Kegiatan akhir dari proses penipisan kulit ini adalahpengambilan kulit.Laipan adalah jenis kulit binatang Kerbau atau sapi dan lainma, yang diperoleh bukan dari tempat pemotongan hewan, melainkan dari masyarakat. Umumnya jenis kulit ini kualitasnya rendah, pengulitan yang kurang profesional. serta umumnya tidak berasal dari binatang yang sehat yang telah ditipiskan tersebut dari pementangan dengan jalanmemolong bagian tepi kulit. Sisa potongan kulit yang dinamakan dengan leresanitu umumnya dapat digunakan sebagai bahan rambak (krupuk kulit).Sebelum dikenal teknik penipisan kulit seperti tersebut di atas,dahulu untuk membuat kulit perkamen hanya dapat digunakan bagian kulit yang secara alami sudah tipis, misalnya bagian perut binatang. Kulittersebut dipotong sesuai dengan ukuran barang yang akan dibuat. Ke-mudian, potongan kulit itu direntangkan pada papan kayu dan dipaku pada bagian tepinya. Kemudian bulu-bulu kulit binatang itu ditanggalkan (dikerok)dengan menggunakan pecahan gelas(beling)hingga kulitmenjadi bersih dan bening. Kegitan ini masih berlaku di luar Yogyakarta dan Surakarta.Dalam industri kulit modern, dikenal cara penipisan kulit dengan membelah kulii menjaui beberapa bagian, menggunakan mesin split.Kulityang tebal dapat ditipiskan rnenjadi empat bagian, yaitu 1) grain side (bagian luar), 2) deep buff, 3)split,dan 4) slep. Deep buff, split, danslep,ketiganya termasuk dalam flesh side (bagian dalam). Bagian kulit grainside,lebih baik dan lehih kuat daripada bagian flesh side (deep buff, slipt, danslep).Namun, bila kiilit binatang itu digunakan sebagai kulitperkamen, penipisan "dengan splittingini kurang baik. Sebab, jaringan kulit yang dibelah akan mengalami kerusakan, sehingga kondisi kulit menjadi kendur dan mudah melengkung (nglunthung).Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan kulit perkamen pada saat ini, penipisan kulitdllakukan secara manual tanpa pem-belahan.Untuk memenuhi kebutuhan banan untuk seni, tidak hanyadigunakan kulit dari binatang besar saja, tetapi juga kulit dari binatang kecil yang tipisGambar 18. Alat tradisional yang dipakai dalam proses penipisan kulit (kerok) yang terdiri dari pethcldankerokan (cawtik).Gambar 19. Kulit perkamer setelah ditipiskan (dikerok) terdiri alas (A) kulit Sapi (lembu), (B) Kulit Kerbau, (C) Kulit Kambing.Secara alami. Kegiatan pengolaha bahan bagi kulit jenis ini adala menghilangkanbulu-bulunya. Penj hilangan bulu ini di samping dap;dilakukan dengan dikerok, dapat pi la dilakukan dengan menggunaka air panas bersuhu ± 100°C, yang d sebut dengan njarangi.panas ini dilakukan pada kul yang segar. Pada bagian bulu kul tersebut, sedikit demi sedikit dituangi air panas. Bulu yang terkena ai panastersebut akan dengan muda ditanggalkan dengan cara dikerok dengan pisau. Bila kulit telah bersi dari bulu, kemudian dihaluskanda dijemurhingga kering. Ada cara lain untuk menanggalkan bulu binatanj yaitu dengan menggunakan air kapur.2. Menurunkan Kadar Air (Lemak)Kulit dianggap baik bila telah memiliki kadar air sekitar 12%, pada kulit yang baru ditipiskan umumnya memiliki kandungan air yang tinggi. Oleh karena itu, agar kulit perkamen siap digunakan, kadar air mini mal harus terpenuhi. Ada beberapa cara untuk menurunkan kadar air tersebar antara lain adalah sebagai berikut.a.Kegiatan untuk menurunkiui kadar air ini diiakukan dengan mclet kan atau menyimpan kulit di tempat yang panas, dengan peredaran ud yang baik, sehingga air yang terkandung dalam kulit dapat teruapkan. Ki dapat digantung di atas perapian khusus, atau pula digantung di langit-lan dapur yang setiap hari digunakan untuk memasak (sepertiyang biasa di kukan oleh nenek moyang).Setelahditarangsekurang-sekurangnya 1 tahun, barulah kulit perka-tnen tersebut digunakan, karcna kadar air lelah memenuhipersyaratan yang ditetapkan. Bila dilihat dari waktu yang diperlukan, kegiatan ini tidaklah efisien.b. Diolesi pasta kapur sirihCara ini dilakukan dengan mengolcskan pasta kapur sirih di seluruh irnwkaannya hingga tebal dan merata. Kemudian, dibiarkan hingga pasta ipur sirih tersebul mengering. Bila pasta sudahmengering, permukaan ilit dapat dibersihkan, Kulit perkamen yang dihasilkan lelah memiUki kadar iryang rendah. Cara ini cukup baik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Namun, perludiketahui bahwa hasil yang dicapai dengan ini tidaklah sebaik bila kulitditarang.Umumnya, kulit yang mengalami ini akan menjadi kotor dengan debu-debu yang menumpuk. Bila digunakan harusdibersihkan terlebih dahulu. Pernbersihan dilakukan ira hati-hatidengan peralatan yang halus dan lunak, dan tidak boleh iggunakan air.Kedua cara penurunan kadar air dalam kulit yang diuraikan di atas ipakan cara tradisional yang telah lama digunakan, terutamaberkaitan dengan pemanfaatan kulit sebagai karya seni. Seiringdengan kemajuan teknologi, perlu kiranya digunakan peralatan yang modern.Seperti bahan alami in yang dapat dikerjakan secaramekanis dan hasilnya lebih terukur. Oleh ia itu, pengolahan kulit untuk memenuhi kebuluhan yang semakin banyak perlu dilakukan secara sistematis, agar hasilnya memuaskan.Gambar 20. Pengeringan kulit sapi/kerbau332Gambar 21. Pengeringan kulit splitGambar 18. Pengeringan kulit kambing3333.PengerokanMenggunakan pethel kulit ditipiskan dengan dikerok perlahan-lahandimulai dari bagian kulit dalam (kulit langsung dekat daging), kemudian diteruskan mengerok pada bagian luar (tempat bulu tumbuh). Pethel harus tajam dan kulit juga benar-benar kering, apabila pethel tidak tajam maka kulit tidak bisa halus sehingga hasil kerokan kasar dan bilaketajaman tidak merata hasil kerokan bergelombang. Posisi pethel pada waktu menggores tegak lurus dengan permukaan kulit, penggoresandilakukan searah. Penipisan bagian luar sekedar menghilangakan bulu dan kulit ari saja. Apabila sudah memperoleh ketebalan yang diinginkanmaka penipisan dihentikan, ketebalan ini menurut penggunaan barang yang akan dipakai misalnya untuk ketebalan wayang putren, ataubambangan berbeda dengan ketebalan untuk bahan wayang gagahan tentu kulitnya lebih tebal.Penipisan kulit sapi atau kulit kerbau sama prosesnya sebabketebalan kulit hanya selisih sediki dari keduanya.Gambar 21. Penipisan kulit sapi/kebau4.Penipisan kulit kambingPenipisan kulit kambing sama dengan penipisan kulit sapi dan kulit kerbau untuk kulit kambing ini sudah tipis, sehingga tinggalNext >