< Previous 387Sambungan untuk bodi Proses pengerjaan sambungan bodi atau kotak saluran segiempat: x Tekuk keempat sisi saluran dari kedua saluran yang akan disambungkan x Buat bilah sambungan sesuai dengan panjang dan besarnya lipatan yang direncanakan. x Rapatkan kedua saluran dan sorong dari tepi bilah yang sudah terbentuk sampai sambungan saluran tersebut tertutup. x Lakukan penyambungan untuk sisi-sisi pelat yang lainnya. x Setelah terbentuk sambungan lakukan pemukulan penguatan sambungan sampai merata. Gambar 7.6. Sambungan bilah Sambungan untuk tutup melengkung. Sambungan lengkung pada prinsipnya hampir sama dengan sambungan siku. Tetapi yang menjadi kendala biasanya pada proses penekukan bidang lengkungan. Pemukulan bidang lengkung ini sebaiknya dilakukan secara bertahap. Gambar 7.7. Sambungan Tutup melengkung (Meyer,1975) 388 Sambungan alas silinder Gambar 7.8. Langkah pembentukan sambungan alas silinder (Lyman, 1968) 7.2.2. Proses Pengerjaan Sambungan Lipat Lebarnya lipat sambungan yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan pelat dan jenis pelat yang digunakan. Untuk konstruksi sambungan lipat ini dengan ketebalan pelat di bawah 1 mm, lebar lipatan yang digunakan berkisar antara 3 – 5 mm. Untuk mendapatkan hasil sambungan lipatan yang baik dibutuhkan ketelitian dan ketekunan serta memperhitungkan radius lipatan. Permukaan pelat pada daerah sambungan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas sambungan. Apabila sambungan lipatan pelat dipukul tidak merata atau menimbulkan cacat bekas pukulan maka kualitas sambungan akan buruk. 7.3. Sambungan Keling 7.3.1. Sambungan Keling Biasa (Rivet) Riveting adalah suatu dari metoda penyambungan yang sederhana. Penggunaan metoda penyambungan dengan riveting ini sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium, sebab plat plat aluminium ini sangat sulit disolder atau dilas. Dari metoda-metoda lain yang digunakan untuk proses penyambungan aluminiu metoda riveting inilah yang sangat sesuai digunakan, dan mempunyai proses pengerjaan yang mudah dilakukan. 389 Jenis-jenis rivet dibagi menurut bentuk kepalanya (lihat gambar 7.9) Gambar 7.9. Jenis-jenis kepala paku keling Rivet atau dalam istilah sehari-hari sering disebut paku keling adalah suatu metal pin yang mempunyai kepala dan tangkai rivet. Bentuk dan ukuran dari rivet ini telah dinormalisasikan menurut standar dan kodenya. Pengembangan penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing-masing jenis mempunyai kekhususan dalam peng-gunaannya. 390 Pada tabel berikut dapat dilihat dimensi rivet menurut Metrics Rivets B.S 4620 Tabel 7.1. Dimensi rivet B.S 4620 Diameter Nominal (d) Panjang nominal rivet 1 1,2 1,6 2 2,5 3 3,5 4 5 6 7 8 10 12 14 16 3 x x XX x 4 x x 5 x x 6 x x xxx 8 x x x x 10 x x x x x 12 x x x x x 14 x x x x xx 16 x x x xX x x x xx 18 x X x xxx xx 20 x x x x xx xx 22 x X x xxx xx 25 x X x xxx xx x 28 xx xx 30 xx xx x 32 35 xx xx x 38 xx xx 40 x x x 45 x xx x 50 xx x x 55 x x 60 x x 65 x 70 x 75 x x (British Standard 4620) 7.3.2. Paku Tembak (Blind Rivet Spesial) Rivet spesial adalah rivet yang pemasangan kepala bawahnya tidak memungkinkan menggunakan bucking bar. Penggunaan rivet jenis ini dikarnakan terlalu sulit kondisi tempat pemasangan bucking bar pada sisi shop headnya, sehingga sewaktu pembentukan kepala shopnya tidak dapat menggunakan bucking bar. Dari kenyataannya inilah diperlukan rivet spesial yang pemasangan hanya dilakukan pada salah satu sisi saja. Kekuatan rivet spesial ini tidak sepenuhnya diperlukan dan rivet tipe ini lebih ringan beratnya dari rivet-rivet yang lain. Rivet spesial diproduksi oleh pabrik dengan karakteristik tersendiri. Demikian pula untuk pemasangan dan pembongkarannya memerlukan perlatan yang khusus atau spesial. 391Komposisi rivet spesial ini mengandung 99,45 % aluminium murni, sehingga kekuatannya tidak menjadi faktor utama. Dimensi rivet spesial ini dapat dilihat pada tabel berikut menurut standar diamond brand. Tabel 7.2. Dimensi Spesial Blind Rivet Tebal Revetting No – Kode Diameter Flens Diameter Lobang bor diameter Kepala rivet Kep. Countersink DB – 320 DB – 329 2,4 2,5 2,6 0,5 – 1,8 1,8 – 4,3 DB – 420 DB – 423 DB – 429 DB – 435 DB – 440 3,2 3,3 3,4 0,5 – 1,7 1,8 – 2,5 2,5 – 4,3 4,3 – 5,5 5,8 – 7,1 0,7 – 2,5 2,5 – 3,3 3,3 – 5,1 5,1 – 6,6 6,6 – 7,9 DB – 518 DB – 523 DB – 529 DB – 537 DB – 545 DB – 550 4,0 4,1 4,2 0,5 – 1,3 1,3 – 2,5 2,5 – 4,1 4,1 – 5,8 5,8 – 7,9 7,9 – 9,1 2,0 – 3,3 3,3 – 3,8 4,8 – 6,6 6,9 – 9,9 DB – 625 DB – 629 DB – 635 DB – 640 DB – 649 DB – 657 DB – 665 DB – 675 4,8 4,9 5,0 0,5 – 2,3 2,3 – 3,3 3,3 – 4,8 4,8 – 5,6 5,6 – 7,6 7,6 – 9,7 9,7 – 1”2 12 - 14 (Diamond Brand Rivet, 2005) Bentuk dari rivet special dapat dilihat dari gambar berikut: 9 Bentuk Paku Tembak (blind rivet) Gambar 7.10. Paku Tembak (blind rivet) 392 Gambar 7.12. Drill Bit countersink Gambar 7.11. Pilot countersink Gambar 7.13. Pemasangan Rivet countersink 9 Teknik dan prosedur riveting Teknik dan prosedur pemasangan rivet pada konstruksi sambungan meliputi langkah-langkah sebagai berikut : x Membuat gambar layout pada pelat yang akan di bor dengan menandai setiap lobang pengeboran menggunakan centerpunch. x Mata bor yang digunakan harus tajam sesuai dengan ketentuan sudut mata bor untuk setiap jenis bahan yang akan dibor . x Pengeboran komponen-komponen yang dirakit harus dibor dengan posisi tegak lurus terhadap komponen yang akan dirivet. Komponen yang dibor sebaiknya dijepit, untuk menghindari terjadinya pergeseran komponen selama pengeboran. x Pengeboran awal dilakukan sebelum pengeboran menurut diameter rivet yang sebenarnya. Pre hole (lobang awal) yang dikerjakan ukurannya lebih kecil daripada diameter rivet x Teknik pemasangan rivet 9 Pemasangan rivet countersink Pemasangan rivet tipe countersink ini dapat dilakukan dengan machine countersink atau dimpling. Pengerjaan dengan mesin countersink umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang tebal. Dan pengerjaan dimpling digunakan pada pelat-pelat yang relatif tipis. Pemasangan rivet dengan mesin countersink. Pembentukan sisi pelat yang akan disambung pada rivet countersink ini dapat digunakan alat pilot countersink atau dengan contersink drill bit. Kedua alat ini dapat dipasang pada mesin bor atau pada bor tangan. Penggunaan alat countersink ini dilakukan setelah pelat yang akan disambung dideburring terlebih dahulu. 3939 Dimpling Pelat-pelat yang tipis penggunaan rivet countersink dapat dilakukan dengan cara dimpling. Penggunaan dimpling ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 9 Pemasangan rivet spesial Prosedur awal pemasangan rivet spesial ini sama halnya dengan pemasangan rivet lainya. Tetapi pada pemasangan rivet spesial ini menggunakan alat yakni tang penembak rivet (gun rivet). Pada gambar di bawah berikut dapat dilihat pemasangan rivet ini. Gambar 7.14. Gun Blind Rivet Gambar 7.15. Pemasangan Paku Tembak 394 Gambar 7.16. Proses Pemasangan (Dickason, 1978) x Langkah awal pemasangan rivet ini adalah dengan mengebor terlebih dahulu kedua pelat yang akan disambung x Lobang dan penggunaan mata bor disesuaikan dengan diameter rivet yang digunakan. x Bersihkan serpihan bekas pengeboran pada pelat. x Masukan rivet diantara kedua pelat . x Tarik rivet dengan memasukan inti rivet pada penarik yang ada di gun rivet. x Penarikan dilakukan dengan menekan tangkai gun secara berulang-ulang sampai inti rivet putus. 7.4. Solder / Patri Solder adalah suatu proses penyambungan antara dua logam atau lebih dengan menggunakan panas untuk mencairkan bahan tambah sebagai penyambung, dan bahan pelat yang disambung tidak turut mencair. Ditinjau dari segi penggunaan panas maka proses penyolderan ini dibagi dalam dua kelompok, yakni solder lunak dan solder keras. Penggunaan solder dari berbagai jenis bahan, biasanya dititik beratkan pada kerapatan sambungan, bukan pada kekuatan sambungan terutama pada solder lunak. Dalam melakukan proses penyolderan ini dibutuhkan fluks yang berfungsi untuk membersihkan bahan serta sebagai unsur pemadu dan pelindung sewaktu terjadinya proses penyolderan. Skema proses penyolderan ini dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini. 395Gambar 7.17. Skema penyolderan (Purwantono,1991) Pada skema penyolderan di atas terlihat cairan timah sebagai bahan tambah bereaksi dengan bahan dasar membentuk suatu ikatan. Celah atau jarak antara bahan plat yang disambung berkisar antara 0,08 – 0,13 mm. penyempitan celah ini bertujuan agar cairan solder dapat ditarik oleh gaya kapiler untuk membasahi sisi–sisi pelat yang akan disambung. Pemanasan pada daerah sambungan harus dilakukan secara merata, agar cairan solder dapat rata masuk pada celah – celah sambungan. 7.4.1. Solder Lunak Penggolongan solder lunak berdasarkan temperatur yang digunakan untuk proses penyolderan. Temperatur yang digunakan solder lunak ini berkisar di bawah 4500. * Penggunaan Penggunaan solder lunak biasanya untuk konstruksi sambungan yang tidak membutuhkan kekuatan tarik yang tinggi, tetapi dititik beratkan pada kerapatan sambungan. * Fluks Fluks yang digunakan dari berbagai macam jenis sesuai dengan bahan atau material yang disambung. Pada tabel berikut ini dapat dilihat berbagai macam jenis fluks dan penggunaannya. 396 Tabel 7.3. Fluks dan penggunaannya No Bahan Fluks 1 Brass Zinc Chloride atau Amonium Chloride 2 Copper Zinc Chloride atau Amonium Chloride 3 Gun Metal Zinc Chloride atau Amonium Chloride 4 Steel Zinc Chloride atau Amonium Chloride 5 Britania Metal T Allow atau Olive Oli 6 Pewter T Allow atau Olive Oli 7 Lead T Allow atau Resin 8 Tin Plate Zinc Chlorric 9 Galvanised Iron Dilute Hydrochloride Acid 10 Zinc 11 Elektrical Join Resin atau Fluxite (Kalfakjian,1984) * Panas pembakaran Panas yang dibutuhkan untuk penyolderan dengan temperatur rendah ini dapat diperoleh dari beberapa sistem pemanasan diantaranya : 1. Sistem pemanasan menggunakan arus listrik sebagai sumber panas penyolderan. Gambar 7.18. Solder Listrik Next >