< Previous2982. Penguapan tekanan tinggi Fiksasi dengan cara ini dilakukan pada suhu 110 - 130 oC, tekanan 2-3 Atm, dan waktu 30 menit, sesuai untuk fiksasi zat warna dispersi. Fiksasi dilakukan dengan mesin Cottage. 3. Pengukusan temperatur tinggi Fiksasi dilakukan pada suhu 150-180 oC selama 10-30 menit sesuai untuk fiksasi zat warna dispersi, fiksasi dapat dilakukan pada mesin Festoon atau stork Steamer.Pengeringan udara panasPengeringan awal PadderGambar 10 – 51 Skema Jalannya Kain pada Fiksasi dengan Udara Panas 29910.3.6.3. Proses Udara Panas Proses udara panas prinsipnya adalah merangsang molekul – molekul zat warna oleh energi udara panas dan meningkatkan gerakan molekul serat sehingga memungkinkan terjadinya fiksasi zat warna kedalam serat.fiksasi ini lebih efektif bila dilakukan pada kondisi mendekati titik leleh serat. Yang termasuk dalam sistem ini adalah fiksasi pemanggangan (baking), dilakukan pada suhu 120-160 oC selama 3-5 menit untuk zatwarna pigmen dan reaktif, fiksasi termosol dilakukan pada suhu 180 –210 oC selama 60-90 detik. untuk zatwarna pigmen dan reaktif, dan pigmen.Hasil fiksasi sistem udara panas kainnya agak kaku. 10.3.6.4. Pengerjaan dengan Larutan Kimia Sistem ini menggunakan dua cara, yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin dilakukan pada temperatur ruang dengan waktu agak lama , sedang cara panas dilakukan pada suhu 90 - 100 oC dengan waktu yang lebih singkat, misalnya untuk fiksasi zat warna reaktif panas. 10.3.7. Pencucian Proses pencucian setelah fiksasi zat warna, dimaksudkan untuk menghilangan zat warna yang tidak terfiksasi, pengental dan zat-zat kimia pembantu sehingga akan diperoleh hasil pewarnaan yang brilian, mempunyai ketahanan luntur yang baik dan pegenan kain cap yang lembut. Demikian pula akan memberikan hasil yang memuaskan pada proses penyempurnaan berikutnya, misalnya pada proses penyempurnaan tahan kusust dan sebagainya. Pada umumnya proses pencucian diawali dengan cuci dingin dan panas dimaksudkan untuk pembasahan dan pengembangan lapisan pasta cap sehingga mudah dilarutkan dan lepas dari kain, selanjutnya penyabunan dengan deterjen dan zat-zat kimia pada temperatur yang sesuai dimaksudkan agar keseluruhan sisa-sisa residu termasuk zat warna yang tidak terfiksasi dilepaskan dari kain secera penetrasi, pelarutan, pendispersi dan dekomposisi. Kemudian diikuti dengan pembilasan panas dan dingin serta pengeringan. Penodaan area di luar motif oleh sisa-sisa zat warna yang berbeda di dalam larutan pencuci merupakan resiko yang mungkin terjdi jika konsentrasi zat warna yang tidak terfiksasi dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini dapat dihindari jika telah dilakukan seleksi dengan baik terhadap zat warna yang dipakai, zat pengental dan kondisi fiksasi yang tepat, sehingga fikasasi zat warna dapat ditingkatkan dan sisa-sisa zat warna yang tidak terfiksasi dapat diminimalkan. Demikian pula kondisi optimum setiap pencucian juga harus disesuaikan terhadap setiap kombinasi zat warna dan jenis serat. Zat-zat warna yang tidak terfiksasi dapat dihilangkan secara cepat dengan menggunakan temperatur tinggi, sebaliknya penodaan pada area di luar motif 300akan berlangsung lebih lambat jika temperatur pencucian rendah. Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan kondisi optimum pencucian. Beberapa contoh prosedur pencucian diberikan di bawah ini . Pencucian hasil pencapan zat warna dispersi pada kain poliester, setelah melalui pencucian dingin dan pencucian hangat, dilanjutkan dengan pencucian reduksi menggunakan 2 ml/l natrium hidroksida 38oBe, natrium ditionit/hidrosulfit (1 – 2 g/l) dan zat aktif permukaan non ion atau kationik (1g/l) pada temperatur 70 – 800C selama 10 – 15 menit. Akhirnya kain dibilas dengan air hangat, air dingin dan dikeringkan dengan tegangan yang minimum. Proses penyempurnaan berikutnya, misalnya proses pelembut kain, hendaknya temperatur yang diterapkan tidak melebihi 1200C. Jika temperatur lebih tinggi ada kemungkinan terjadi termomigrasi zat warna ke permukaan kain sehingga ketahanan gosoknya akan menurun. Pencucian hasil pencapan zat warna reaktif pada kain selulosa akan memberikan hasil yang optimal jika kondisi fiksasi zat warna yang diterapkan sebelumnya benar-benarn telah sesuai, sehingga semua zat warna di dalam kain hanya berada dalam keadaan terikat secara kovalen dengan serat dan selebihnya dalam keadaan terhidrolisa. Zat warna yang terhidrolis mempunyai afinitas rendah, sehingga pada pencucian dengan menggunakan cukup air dan waktu dapat dibersihkan dari kain. Walaupun demikian, jika kondisi pencucian kurang memadai akan mengakibatkan tertinggalnya zat warna yang terhidrolisa tersebut pada kain, sehingga akan terjadi keluhan dari pihak konsumen pada saat pertama kali mereka melakukan pencucian karena terjadi pelunturan zat-zat warna yang terhidrolisa tersebut. Disarankan pencucian diawali dengan pencucian dingin dan cuci panas dengan suhu 60 – 700C, dimaksudkan untuk melunakkan pengental sehingga mudah lepas yang diikuti lepasnya alkali dan sisa-sisa zat pembantu lainnya dari kain.Penyabunan (dengan deterjen kationik atau anionik) pada temperatur mendekati titik didih dimaksudkan untuk melepaskan zat-zat warna yang tidak terfiksasi atau terhidrolisa dari dalam serat. Jika air pencucinya terlalu sadah maka akan mengalami kesulitan dalampelepasan pengental, oleh karena itu sebaiknya ditambahkan zat penurun kesadahan. Selanjutnya disempurnakan dengan pencucian dingin. Untuk mencegah terjdinya penodaan oleh sisa-sisa zat warna, sebaiknya selama proses pencucian digunakan sistem arus balik (over – flow). Jika untuk fiksasi digunakan natrium, silikat, pencucian sebaiknya diawali dengan cuci hangat 400C, cuci panas dan dilanjutkan penyabunan. Pencucian kain campuran poliester – kapas hasil pencapan dengan zat warna dispersi – reaktif, dipermasalahkan pada dua hal yaitu, pertama bahwa tingkat fiksasi yang dihasilkan dari pencapan kain campuran tersbut dengan zat warna dispersi - reaktif adalah lebih rendah dibandingkan dengan pencapan pada serat tunggal, akibatnya jumlah zat warna tidak terfiksasi yang harus dihilangkan lebih banyak. Masalah kedua adalah bahwa kondisi pencucian 301hasil pencapan zat warna reaktif pada kain selulosa efektif pada temperatur mendidih, sedangkan untuk pencucian zat warna dispersi pada kain poliester kondisi tersebut tidak memungkinkan karena adanya kemungkinan terjadi penodaan di luar motif.Berikut contoh satu ruang pencuci mesin pencucian untuk kain tenun. Contoh mesin pencucian untuk kain rajut setelah pencapan adalah mesin pencucian Isotex. Mesin ini dilengkapi dengan unit-unit silinder yang berlubang dengan penyemprotan air. Gambar 10 – 52 Skema Mesin Pencucian Vertikal10.3.8. Pengeringan Pengeringan setelah pencucian harus segera dilakukan untuk menghindari penodaan warna, pengeringan dapat dilakukan dengan ruang pengering, silinder panas, ataupun dijemur dibawah sinar mata hari. Gambar 10 – 53 Skema Mesin Pencucian Horisontal 302Gambar 10 – 54 Skema Mesin Pencucian Untuk Kain Rajut 303Gambar 10 – 55 Skema Jalannya Kain pada Proses Pencucian dan Penyabunan Secara Kontinyu Keterangan : 1. Kain 2. Rol penegang 3. – 4. Rol Pengantar 5. Padder 6. Saturator 7. Bak cuci dan bak penyabunan 8. Rol pengering 9. Plaitor30410.4. Pencapan pada Bahan Selulosa Pencapan pada bahan selulosa dapat dilakukan pada bahan yang sudah berwarna maupun kain yang belum berwarna atau putih, Pencapan pada bahan selulosa dapat digunakan dengan berbagai jenis zat warna sesuai dengan bahan yang dicap. Pembahasan tentang pencapan pada bahan selulosa ini dibatasi hanya pada pencapan kain kapas. Zat warna yang dapat digunakan antara lain : 10.4.1. Pencapan Selulosa dengan Zat Warna Direk Zat warna direk termasuk golongan zat warna langsung yang dapat mewarnai serat. Zat warna direk kebanyakan berbentuk bubuk. Sifat zat warna direk mudah luntur dalam pencucian, maka jarang digunakan dalam proses pencapan, kekurangan ini dapat diperbaiki dengan pengerjaan lebih lanjut dengan larutan garam tembaga dan sekaligus memperbaiki sifat tahan sinarnya. Pemakaian zat warna direk pada saat ini telah banyak digantikan oleh zat warna lain seperti Reaktif dan zat warna Pigmen karena hasilnya mempunyai sifat ketahanan yang lebih baik. Macam cara pencapat zat warna direk : 1. Pencapan langsung Pencapan ini dilakukan pada kain kapas putih, pasta cap mengandung Natrium Hidrofosfat, alkali dan pendispersi, pembasah dan albumine. Albumine albumine berfungsi untuk meningkatkan ketahatahanan luntur warna terhadap pencucian. ada 2 jenis albumumine yaitu albumine telur untuk warna muda dan albumine darah untuk warna tua. Contoh : Resep A 5 – 40 g zat warna direk 390 – 330 g air panas 5 – 30 g natrium fosfat 500 – 500 g pengental tragan (65 : 100) 100 – 100 g larutan albuna (1 : 1) 1000 g pasta cap Resep B 10 – 30 g zat warna direk 20 g urea 550 g pengental tragant 65 : 100 15 g natrium fosfat 65 g tapioka 1000 g pasta cap 305Resep C 10 – 30 g zat warna direk 60 – 60g urea 260 – 290 g air panas 650 – 650 g gom arab 20 – 20 g natrium fosfat 1000 g pasta cap Resep D 10 – 30 g zat warna direk 160 g urea 270 g air panas 550 g pengental manutex 3% 10 g natrium fosfat 1000 g pasta cap Urutan kerjanya sebagai berikut : Cara pemberian pasta cap adalah sebagai berikut : Zat warna dan zat lain yang berupa kristal dilarutkan dulu dengan air panas. Larutan zat warna dicampur dengan larutan urea ditambah larutan pengetal. Terakhir tambahkan larutan natrium fosfat. PencapanPengeringanPenguapan½ - 1 jam Dibilas dengan air panas yang mengandung : 20 – 50 g/l garam glober 2 ml/l Tmofix 6 g/l Fixanol DibilasKeringkan306 Urea untuk membantu kelarutan zat warna dan membantu pasta cap besifat higroskopik. Jika dalam praktik, kesukaran menghilangkan pata cap, maka pada larutan pembilas ditambah zat pencuci misal minol KB sebanyak 2 ml/l. Beberapa contoh zat warna direk yang seringkali digunakan dalam pencapan : Chlarazon (ICI) Chlarantine (CIBA) Cuprofix (Sandoz) Cuprophenyl (Geigy) Diphenyl (Geigy) Durozol (ICI) 2. Pencapan tidak langsung 1) Pencapan etsa putih Pencapan etsa putih dilakukan pada bahan tekstil yang dicelup dengan zat warna direk. Pada prinsipnya hampir sama dengan pencapan direk, hanya zat warna direk diganti dengan zat pereduksi sedangkan bahan dasar dicelup dengan zat warna direk. Pada cara ini zat warna direk akan direduksi oleh zat-zat pereduksi seperti Ronggalit C (formaldehid suftoksilat) dan seng oksida (ZuO2) atau titan oksida (TiO2) untuk membuat putih pada bagian yang dicap dengan zat reduktor tersebut.Contoh resep sebagai berikut : 200 g Ronggalit C 180 g Seng Oksida (1 : 1) 500 g Pengental 120 g Air 1000 g Pasta cap 150 – 200 g Ronggalit C 300 – 250 g Air 550 – 550 g Pegental 1000 g Pasta cap Urutan kerjanya sebagai berikut : PencapanPengeringanPenguapan1 – 2 jamBilasair panas CucibersihKeringkan3072) Pencapan etsa warna Etsa warna atau dengan istilah lain bont etsa adalah pencapan yang dilakukan pada bahan yang telah berwarna. Kain yang telah diwarnai dengan zat warnai direk dicap dengan pasta cap yang mengandung zat pereduksi dan zat warna lain.Penghilangan warna dasar dan pemberian zat warna baru dikerjakan dalam waktu yang sama pada proses fiksasi. Zat warna yang dicapkan harus tahan terhadap zat –zat yang digunakan untuk menghilangkan warna dasar misalnya Ronggalit C. Zat warna yang ditambahkan dalam pasta antara lain zat warna bejana, zat warna basa, dan zat warna mordan. Contoh resep pencapan etsa warna zat warna direk : 30 – 40 g zat warna basa 30 – 30 g gliserin 180 – 200 g resarsin 1 : 2 80 – 80 g air 230 – 200 g air 230 – 200 g gain arab 80 – 80 g minyak anilin 100 – 120 g tanin alkohol 1 : 1 200 – 20 g terpentine 1000 g pasta cap Urutan kerjanya sebagai berikut : PencapanPengeringanPenguapan5 menit suhu 1010CIring5 – 10 g/l batu anggur BilasKeringkanNext >