< Previous338 Fiksasi pengukusan suhu tinggi Pasta pengetal induk - Locust beam 550 g gum 12% - CMC 10% 100 g - Carbaxy methyl 200 g Starch 10% - Emulsi o/w 150 g Jumlah 1.000 g Pasta cap - Zat warna dispersi 1 – 200 g - Air hangat 500C 300 g - Pengental induk 500 g - Asam sitrat 1 – 3 g - Natrium khlorat 2 g - Anti busa/perata 0 – 10 g - Akselerator fiksasi 0 – 20 g - Pelunak air 0 – 5g - Balance x g Starch 10% Jumlah 1.000 g Diperlukan pemilihan zat warna yang dapat tersublim cepat, sangat hidrofob dan kurang sensitif terhadap perubahan suhu dan waktu pengukusan. Hal ini untuk mengurani penodaan warna sewaktu proses fiksasi. Perlu digunakan zat pemercepat fiksasi khususnya untuk warna-warna tua. Natrium m-nitrobensena sulfonat dapat pula digunakan sebagai pencegah reduksi zat warna. Penggunaan akselerator fiksasi, anti busa dan perata dapat dikurangi apabila digunakan pengental emulsi o/w. Dalam pasta cap dapat ditambahkan urea sebanyak 20%. Penggunaan pengental emulsi dalam pengental induk dapat membantu kecepatan pemindahan zat warna ke dalam serat poliester. Urutan proses pengerjaan : Pencapan Pengeringan Pengukusan suhu tinggi 160 - 1800C selama 10 - 3 menit Cuci air dingin Cuci air hangat 600C Cuci sabun panas untuk warna muda, cuci reduksi untuk warna sedang dan tua. Bilas air hangat 600C. Bilas air dingin Pengeringan 10.5.2. Pencapan Nilon 339Pencapan nilon (poliamida) banyak dilakukan dengan menggunakan zat warna asam, zat warna reaktif dan zat warna dispersi. Penggunaan zat warna asam memberikan kecerahan yang tinggi, kerataan dan tahan lunturnya baik. 10.5.2.1. Pencapan Nilon dengan Zat Warna Asam Zat warna asam yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk pencelupan. Pemilihan pengental harus tahan terhadap asam. Pengental yang digunakan biasanya merupakan campuran dari beberapa jenis pengental, sebagai pengasam dapat digunakan amonium asetat, amonium sulfat, amonium tartrat atau asam asetat. x Fiksasi pengukusan normal Pasta pengental induk - Locust beam 600 g gum 12% - CMC 10% 300 g - Emulsi o/w 100 g Jumlah1.000 g Pasta cap - Zat warna asam 30 – 60 g - Air panas 900C 250 g - Pengental induk 450 - 500 g - Tio etilena glikol 20 – 3 g - Amonium sulfat 10 -15 g - Natrium khlorat 0 – 5 g - Perata 0 – 5 g - Akselerator fiksasi 0 – 30 g - Pelunak air 0 – 5g - Balance x g Jumlah 1.000 g Zat warna dilarutkan/dipastakan dengan air panas dan perata, kemudian dimasukan kedalam pengental yang telah mengandung zat pembantu lain yang telah dilarutkan. Terakhir dimasukan amonium sulfat, kemudian diatur kekentalan pasta capnya. Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut : Pencapan Pengeringan Pengukusan normal pada suhu 1030C selama 30 menit untuk nilon 6 dan 1200C selama 30 menit untuk nilon 66. Pencucian air dingin Pencucian sabun 600C selama 10 menit dengan penambahan zat pencegah penodaan 2 g/l 340 Pembilasan dengan air hangat 600C. Pembilasan dengan air dingin Pengeringan x Fiksasi thermofiksasi Pasta pengental induk - Manutek 4 % 750 g - Emulsi o/w 250 g Jumlah1.000 g Pasta cap - Zat warna asam 30 – 60 g - Air panas 900C 200 g - Tio etilena glikol 20 – 40 g - Pengental induk 450 g - Urea 60 – 150 g - Amonium sulfat 30 -40 g - Pelunak air 0 – 5g - Balance x g Jumlah1.000 g Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut : Pencapan Pengeringan Thermofiksasi suhu 1900C - 1950C selama 40-50 detik Pencucian air dingin Pencucian sabun 600C selama 5 menit dengan penambahan zat pencegah penodaan 2 g/l Pembilasan dengan air hangat 600C. Pembilasan dengan air dingin Pengeringan 10.5.2.2. Pencapan Nilon dengan Zat warna Dispersi Kain nilon dapat dicap dengan zat warna dispersi. Zat warna dispersi dipilih yang sesuai untuk nilon. Berikut contoh resep pencapan. Pasta cap - Zat warna dispersi 30 – 100 g - Pengental 600 g - Anti busa 20 g - Natrium klorat 10 g - Air 340 – 270g - Balance x g 341 Jumlah1.000 g Pengental yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk pencapan nilon dengan zat warna asam. Setelah pencapan, bahan dikeringkan, pengukusan pada suhu 1300C selama 30 – 45 menit, kemudian cuci air dingin, penyabunan, pembilasan dan pengeringan. 10.5.2.3. Pencapan Nilon dengan Zat Warna Reaktif Zat warna reaktif untuk pencapan nilon (poliamida) banyak dipakai untuk nilon 66 daripada untuk nilon 6 dan memberikan hasil warna yang memiliki tahan luntur warna baik terhadap pencucian maupun sinar matahari. Pasta cap - Zat warna procion H 30 g - Pengental 500 g -Glydote BN 50 g - Amonium sulfat 30 g - Urea 50 g - Anti busa 20 g - Air 310g - Perata 10 g - Balance x g Jumlah 1.000 g Zat warna dilarutkan bersama glydoe BN dan air panas kemudian ditambahkan perata. Larutan ini ditambahkan kepengental (natrium alginat) yang sebelumnya telah ditambahkan urea, amonium sulfat dan anti busa. Jumlah pemakaian urea untuk nilon 6 dikurangi sampai 20 % dari pada nilon 66. Urutan prosesnya adalah : - Pencapan - Pengeringan - Pengukusan normal pada suhu 1030C selama 30 menit - Pembilasan - Pengeringan 10.6. Pencapan pada Bahan Campuran Bahan campuran adalah kain yang terbuat dari 2 jenis serat, biasanya serat I adalah serat alam dan serat II adalah serat buatan, karena itu zat warna yang digunakan dipilih sesuai dengan masing masing serat. Pencampuran antara dua serat yang berbeda jenisnya baik untuk benang maupun kain sering dilakukan. Tujuan dari pencampuran adalah untuk meningkatkan kenampakkan dan kemampuan kain yang dibentuk. Kelebihan 342dan kekurangan dari sifat-sifat serat yang membentuk akan saling mempengaruhi dan saling memperbaiki. Oleh karena salah satu serat campuran biasanya adalah dari serat sintetik, maka serat dari benang atau kain yang dibentuk lebih ringan. Di samping itu pencampuran antara dua serat dapat menekan kalkulasi biaya, karena pada umumnya serat-serat alam seperti kapas atau wol harganya mahal, sedangkan serat-serat sintetik harganya lebih murah.Kain campuran poliester/kapas dibandingkan dengan kain kapas 100% mempunyai sifat mudah pemeliharaannya dan mempunyai kekuatan tarik yang lebih baik. Dalam hal penggunaan sebagai bahan sandang di samping pemeliharaannya lebih mudah, juga pemakaiannya lebih nyaman, dan lebih awet.Kain campuran poliester/kapas atau poliester/rayon dapat dicap dengan berbagai metoda sebagai berikut : 1. Pencapan dengan kombinasi zat warna pigmen dan zat warna dispersi 2. Pencapan dengan zat warna bejana khusus 3. Pencapan dengan campuran zat warna bejana dan zat warna dispersi 4. Pencapan dengan zat warna dispersi khusus 5. Pencapan dengan campuran zat warna reaktif dan zat warna dispersi 10.6.1. Pencapan Zat Warna Pigmen dan Zat Warna Dispersi Beberapa waktu yang lalu campuran siap pakai zat warna pigmen dan zat warna dispersi, banyak dijumpai dengannama dagang Polyfast. Sebagai dasar ide dari pencampuran ini dalah untuk meningkatkan ketahanan hasil cap, dengan menguangi jumlah zat warna pigmen dan zat pengikat dengan menambahkan zat warna dispersi. Zat warna dispersi akan menodai zat pengikat dan sampai mencapai suhu tinggi tertentu juga dapat mewarnai serat poliesternya. Terakhir diketahui bahwa hipotesa ini tidak benar. Penambahan ketahanan hasil cap dapat dicapai hanya pada suhu termofiksasi yang tinggi, di mana zat warna dispersi keluar dari zat pengikat dan masuk ke dalam serat poliester. Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan pada pencapan zat warna pigmen dengan zat warna yang terpilih, selain itu jumlah zat pengikat pada pasta cap tidak dapat dikurangi begitu saja. Dengan demikian tidak jelas adanya penambahan kualitas ketahanan zat warna terutama pada pegangan kain. Kemungkinan hal-hal inilah yang menyebabkan inspirasi pencapan Dybln Process.10.6.2. Zat Warna Bejana Khusus 343Beberapa dari zat warna bejana, yang disebut zat warna bejana khusus, dapat mewarnai kain campuran poliester/kapas. Zat warna bejana khusus ini intinya menyerupai zat warna dispersi, untuk serat poliester tidak perlu dibangkit (dioksidasi), dan tidak dapat mencapai warna yang optimal. Zat warna bejana khusus yang diproduksi pertama oleh Cassella AG diberi nama Polyestren, dan dikhususkan untuk pencapan serat campuran poliester/kapas. Belakangan ada produk-produk lain dengannama Terracotton dan Cottestren dan lain-lain. Zat warna bejana khusus ini dapat menghasilkan cap dengan kedalaman warna yang sama pada kedua serat campuran tersebut. Akan tetapi untuk warna tua tidak dapat dicapai, selain itu pasta cap dan biaya proses pencapannya agak mahal. 10.6.3. Campuran Zat Warna Dispersi dan Zat Warna Bejana Berdasarkan kalkulasi biaya dan hasil warna yang baik, belakangan ini banyak digunakan campuran zat warna bejana dengan zat warna dispersi. Kesulitan akan timbul apabila zat warna dispersi yang dapat berfungsi sebagai zat pengoksidasi sehingga akan mempengaruhi fiksasi zat warna dispersi pada proses metoda 2 (dua) tahap. Pada zat warna dispersi gugus nitro dan gugus azo memungkinkan berfungsi sebagai zat pengoksidasi pada larutan padding. Gugus-gugus tersebut dapat mengurangi jumlah natrium hidrosulfit yang digunakan untuk pembejanaan zat warna bejana. Gugus antrakinon pada sebagian zat warna dispersi dapat mempengaruhi fiksasi zat warna bejana. Pada prakteknya efek dari zat warna dispersi terhadap pewarnaan zat warna bejana pada kapas tidak banyak berpengaruh. Zat warna dispersi pada proses thermofiksasi atau pada pengukusan suhu tinggi sudah masuk dan berikatan dengan serat poliesternya, sehingga tidak banyak dipengaruhi oleh larutan pereduksi zat warna bejana. Campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana tentu saja hanya dapat dilakukan dengan proses dua tahap. Berikut contoh resep capnya. Pasta zat warna dispersi - Zat warna dispersi x g - Air 150 g - Tiodietilen glikol (glycine) A 30 g - Anti reduksi 10 g - Pengental y g ______ Jumlah 1.000 g Pasta zat warna bejana - Zat warna bejana x g 344- Air 200 g - Pengental y g ______ Jumlah 1.000 g Pasta cap dicampurkan pada waktu akan proses pencapan, dengan perbandingan kedua zat warna disesuaikan dengan perbandingan jumlah poliester dan selulosanya. Setelah pencapan, pertama-tama dilakukan pengukusan tekanan tinggi (1300C, 30 menit) atau termofiksasi (190 – 2000C, 50 – 40 detik), zat warna dispersi terfiksasi pada serat poliesternya. Kemudian kain melalui larutan padding yang berisi zat pereduksi Na sulfoksilat formaldehid 100 g/l, natrium hidroksida 380C120 g/l dan garam glouber 100 g/l atau ditambah boraks 10 g/l, diikuti dengan proses pengukusan kedua (Flash age) 1050C 50 detik dilanjutkan proses pengoksidasian untuk zat warna bejana dan washingg off. Proses pencucian reduksi yang bertujuan menghilangkan zat warna dispersi pada permukaan serat poliester dan pada serat kapas, sudah tidak perlu lagi dilakukan sehingga dapat mengurangi biaya proses. Pencapan dengan campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana menghasilkan ketahanan zat warna yang baik sekali terutama ketahanan cucinya.Campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana larut Kain campuran poliester/kapas dapat pulu dicap dengan campuran zat warna dispersi dan bejana larut. Ketuaan warna dan ketahanan zat warnanya hampir sama dengan yang dicapai oleh zat warna bejana. Akan tetapi proses pengukusan dua tahap seperti halnya pada campuran zat warna dispersi terfiksasi pada pengukusan pertama, zat warna bejana larutnya dibangkit dalam larutan asam nitrit/asam sulfat. Proses pencapan cara ini jarang dilakukan, karena pertimbangan biaya yang lebih mahal. 10.6.4. Zat Warna Dispersi Khusus Pencapan dengan zat warna dispersi khusus yang disebut proses Dybln atau proses Cellestren A, menggunakan sejenis zat warna dispersi yang dapat mewarnai baik serat poliesternya maupun serat kapasnya. Pewarnaan pada serat poliesternya berjalan seperti halnya bila menggunakan zat warna dispersi biasa. Pewarnaan pada serat kapasnya harus menggunakan suatu zat pelarut/zat penggelembung yang dapat menggelembungkan serat kapas, sehingga zat warna dispersi dapat masuk ke dalam pori-pori serat kapas. Zat penggelembung yang digunakan adalah zat pelarut yang mempunyai titik didih tinggi, seperti glikol atau derivat glikol, yang tidak gampang menguap di dalam larutan.Setelah pencapan kain dikeringkan kemudian dipanaskan pada suhu hampir 2250C. Pada saat kain dikeringkan untuk menghilangkan kandungan airnya, 345zat pelarutnya menggantikan tempat air dan bertindak sebagai penggelembung. Selama pemanasan pada suhu tinggi, zat warna larut dalam zat pelarut organik tersebut dan terjadi difusi zat warna ke dalam serat selulosa. Selanjutnya selama pemanasan di atas 2000C, zat warna berdifusi ke dalam serat poliester, sehingga kedua serat terwarnai. Pada saat kain didinginkan, setelah meninggalkan mesin Thermosol, Hot Flue atau Stenter, zat warna terendapkan yang akan larut hanya pada suhu tinggi dan terperangkap pada gugus kristalin dan di sela-sela serat selulosa, sedang zat pelarutnya dapat dihilangkan pada proses pencucian. Pada saat itu hilang juga zat warna yang masih larut dalam zat pelarut atau zat warna yang terendapkan pada gugus kristalin yang ukurannya terlalu kecil dan merupakan zat warna sisa yang terperangkap. Pada suhu di bawah 1250C tidak terjadi proses pewarnaan. Bagian selulosanya terwarnai pada suhu sekitar 140 - 1800C. Pada saat itu kekuatan dari zat pelarut paling tinggi. Bagian dari serat poliesternya mulai terwarnai/ternodai pada suhu 1750C, kebanyakan proses ini dilakukan di atas 1800C yaitu pada suhu 2200C.Derajat kelarutan dan koefisien difusi dari masing-masing zat warna adalah sama, yang harus diperhatikan adalah suhu fiksasi yang harus tepat, karena berpengaruh kepada ketahanan luntur warna. Antara 10 – 20% zat pelarut yang digunakan akan menguap pada saat fiksasi udara panas, 80 – 90% terbuang pada saat pencucian. Di dalam air buangan tidak menyebabkan gangguan, karena tidak berwarna, dapat terurai lagi dan tidak beracun untuk ikan. Untuk zat pelarut disarankan menggunakan derivatif/polietilena oksida dan polipropilena oksida, seperti trietilena glikol, dengan berat molekul antara 300 – 600, dengan susunan sebagai berikut : 120RCHCHRM «12nHCnDimana : n = 0 untuk derevatif polietilena oksida n = 1 untuk derevatif polipropilena oksida m = 2 – 25 untuk derevatif polietilena oksida m = 4 – 12 untuk derevatif polipropilena oksida Dikenal juga poliglikol 600, dimana 600 merupakan berat molekul dari poliglikol. Juga dapat digunakan ester dan eter dari poliglikol seperti : E - fenoksietanol. Pada saat ini pencapan serat campuran poliester/selulosa dengan zat warna dispersi khusus Cellestren A dapat dilakukand dengan menggunakan zat pelarut khusus Glyezin CD. Banyaknya Glyezin CD yang dibutuhkan tergantung pada perbandingan serat poliester dan serat selulosa yang terkandung di dalam campuran, berat dari masing-masing campuran serat dan konstruksi kainnya. Sifat-sifat Glyezin CD : 1. Larut dalam air 3462. Dapat melarutkan zat warna Cellestren dalam jumlah banyak pada suhu fiksasi3. Mempunyai titik didih yang tinggi 4. Stabil dan tidak jreaktif pada kondisi pengerjaan 5. Tidak berwarna 6. Tidak beracun Untuk mendapatkan hasil cap yang baik, pengerjaan pendahuluan pada bagian selulosanya harus sempurna. Kain harus mempunyai daya serap yang baik dan rata, terutama bagian selulosanya dan harus sudah siap untuk digelembungkan. Pengerjaan merserisasi untuk erat kapas atau kostisasi untuk rayon dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lembut. Penambahan Glyezin CD untuk proses pencapan dengan zat warna Cellestren A dapat dikerjakan dengan 2 macam : 1) Metode satu langkah Yaitu Glyezin CD diambahkan langsung ke dalam pasta pencapan (pasta cap dan glyezin CD) kemudian digunakan proses pencapan. Apabila digunakan pengental polivinil alkohol, pengental jenis ini akan bereaksi dengan Glyezin CD. Untuk mencegah reaksi ini, dapat ditambahkan asam sitrat ke dalam pengental polivinil alkohol sampai mencapai pH 5. Jenis alat cap yang dipakai, akan mempengaruhi banyaknya Glyezin CD yang diberikan. Tabel berikut adalah jumlah Glyezin CD yang diperlukan sesuai dengan % kapas yang ada dalam kain campuran dengan berat 80 – 120 g/m2, yang dikerjakan pada laat cap kasa datar. Tabel 10 – 6 Jumlah Glyezin CD Sesuai % Kapas Dalam Campuran Kapas dalam kain Glyezin CD 20%35%50%50 – 70 g/kg pasta 70 – 90 g/kg pasta 90 – 110 g/kg pasta Serat rayon viskosa karena mempunyai kapasitas penggelembungan yang tinggi, jumlah Glyezin CD ditambah 10 – 15% untuk camputan poliester/rayon viskosa. Pada pencapan rol, karena memerlukan pasta yang sedikit, diperlukan Glyezin CD yang lebih banyak. Selain itu kedalaman dari ukiran juga mempengaruhi jumlah Glyezine CD yang diperlukan. 2) Metode dua langkah Pada cara ini kain dibenam peras dulu dalam larutan Glyezine CD kemudian dikeringkan. Proses benam peras ini dapat dilakukan secara basah di atas basah (Wet – on – wet), misalnya kombinasi dengan kerja pendahuluan. Kemudian dilakukan proses pencapan. Untuk warna dasar muda zat warna 347disatukan dengan Glyezine CD-dipadd-dikeringkan-dicap-fiksasi-pencucian. Tabel berikut menunjukkan jumlah Glyezine CD sesuai dengan jumlah kapas atau rayon viskosa dalam campuran. Tabel 10 – 7 Jumlah Glyezin CD Sesuai dengan Jumlah Kapas atau Rayon Poliester/kapas Poliester/Rayon ViskosaGlyezin CD 20% 23% Berikut suatu rumus untuk menghitung jumlah Glyezine CD, pada larutan benam peras bila diketahui perbandingan serat campuran poliester/selulosa dan % efek peras (%WPU) bca10uu = g/l Glyezine CD pada larutan benam peras Keterangan : a = Jumlah serat selulosa dalam campuran (%) b = Efek peras (%) c = Banyaknya Glyezine CD yang diperlukan (%) sesuai dengan tabel 9 – 7 Keuntungan dari metoda dua langkah adalah kompsisi dari pasta cap tidak tergantung dari proporsi serat poliester dan serat selulosa di dalam campuran, dan tidak tergantung dari berat kain. Selain itu akan terjadi kemampuan campur dengan baik antara pengental dan Glyezine CD, dan sedikit resiko penodaan zat warna yang tidak terfiksasi. 3) Pemilihan zat pengental Pemilihan zat pengental berdasarkan : - Kemampuan campur zat pengental dengan Glyezine CD - Kemudahan lepas oleh pencucian setelah fiksasi pada suhu yang agak tinggi Zat pengental yang digunakan termasuk pengental alginat atau eter guar (guar ethers) bisa juga dikombinasikan dengan pengental eter kanji (Starch ethers) dengan perbandingan 2 : 1. Apabila digunakan pengental alginat, harus ditambahkan zat penurun kesadahan air, untuk mengatur pH ditambahkan natrium fosfat. Pengental eter guar dapat menggunakan asam organik yang tidak mudah menguap sampai pH 5 – 6. Contoh resep pasta pengental induk : - Air x g - Calgon T 3 – 5 g - Na fosfat 5 g - Zat anti reduksi 10 g - Pengental alginat 10% 400 g - Pengental eter kanji 200 g - Luprintan HDF (penetrasi) 5 – 10 g Next >