< Previous428Cara yang demikian itu sampai sekarang masih dilakukan dan hasilnya disebut batik tulis.Batik jenis ini harganya mahal, pembuatanya memakan waktu yang lama, akan tetapi desain yang diperoleh tidak terbatas. Mengingat pembuatan batik tulis yang cukup lama, maka orang berusaha mencari cara lain guna menyelesaikan pembatikan dalam waktu yang singkat dan diketemukanlah batik cap. Gambar 12 - 1 Canting Tulis Canting tulis terdiri dari 3 bagian yaitu badan (1), berbentuk seperti cerek, cucuk (2) berupa saluran dan tangkai (3) dari bambu atau glagah. Jenis canting tulis yang dikenal adalah canting untuk klowongan (kerangka motif), canting untuk tembokan, dan canting untuk isen (mengisi gambar). Canting isen memiliki ujung tunggal, ujung tiga (telu 0, ujung lima, dan sebagainya. 2. Canting cap Batik cap diperoleh dengan menggunakan alat cap yang berupa stempel yang terbuat dari tembaga atau yang lainya misalnya dari kayu, alat cap yang berupa stempel ini disebut canting cap. Cara menggunakannya adalah canting cap diletakkan diatas malam yang meleleh pada kasa yang diletakkan diatas panci tembaga/ender kemudian dipindahkan ditempelkan ke kain mori. Penempelan 429malam ini dapat dilakukan pada satu permukaan atau dua permukaan tergantung dari kualitas batiknya. Gambar 12 – 2 Canting Cap 3. Ender Panci tembaga/ender adalah tempat untuk melelehkan malam yang akan digunakan untuk pembuatan batik cap, dan diatas ender biasanya ditempatkan kain kasa agar pada saat penempelan malam pada canting cap tidak terlalu banyak sehingga kalau dicapkan pada permukaan kain mori tidak mlobor. Gambar 12 – 3 Ender4. Wajan Wajan adalah tempat melelehkan malam yang terbuat dari tembaga yang akan digunakan untuk membuat batik tulis menggunakan canting tulis dan biasanya ukuranya lebih kecil dari ender tetapi bentuknya lebih cekung. 430Gambar 12 – 4 Wajan5. Wangkringan Wangkringan adalah alat yang terbuat dari bambu yang digunakan untuk tempat bersandar kain mori yang akan dibatik tulis, sehingga proses pembatikan dapat berjalan lancar.Gambar 12 – 5 Wangkringan6. Kompor minyak Kompor minyak adalah alat pemanas yang digunakan untuk pemanasan/pelelehan malam dengan bahan bakar minyak tanah, baik untuk batik cap maupun batik tulis. Gambar 12 – 6 Kompor Minyak 7. Bak celup 431Bak celup adalah alat untuk mencelup batik yang terbuat dari kayu atau baja tahan karat, dengan ukuran panjang disesuaikan dengan lebar kain batik dan biasanya untuk mempermudah proses pencelupan ditengah dilengkapi dengan rol pemberat yang terbuat dari kayu atau baja tahan karat. Gambar 12 – 7 Canting Cap 8. Bak penghilangan lilin Adalah alat yang terbuat dari logam yang akan digunakan untuk memanaskan air guna melepas lilin batik yang menempel pada mori batik (nglorod), berbentuk silinder dan kapasitasnya disesuaikan dengan jumlah batik yang akan dilorod. 12.3 Bahan–bahan Batik Bahan untuk membuat batik meliputi mori batik, lilin batik, zat warna dan zat pembantu untuk batik. 12.3.1 Kain untuk Batik Kain sebagai bahan yang akan dibuat batik disebut mori, muslim atau cambric. Kata mori berasal dari “Bombyx mori” yaitu jenis ulat sutera yang menghasilkan sutera putih dan halus, sedang kain putih untuk batik sifat-sifatnya seperti kain sutera tersebut. Muslim berasal dari “muslin” kependekan dari “moussuline” yaitu nama semacam kain yang sangat halus, terbuat dari sutera atau katun. Sedang cambric artinya “fine linnen” atau kain batis, yaitu kain putih yang ringan dan halus. Berdasarkan kehalusannya mori dibedakan dalam empat golongan yaitu : - Mori primissima merupakan golongan mori yang paling halus. - Mori prima, merupakan golongan mori yang kedua sesudah primissima, mori golongan ini digunakan untuk batik halus dan batik cap. 432- Mori biru, merupakan mori kualitas ketiga, biasanya untuk batik kasar dan sedang.- Kain grey atau blaco, adalah kategori bahan batik kualitas kasar. - Kain sutera, merupakan bahan kain untuk batik. Batik dari kain sutera biasanya untuk batik halus dan harganya mahal. 12.3.2 Malam / Lilin Malam batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain menurut desain sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak zat warna yang diberikan pada kain. Malam batik terdiri dari campuran beberapa bahan pokok malam yaitu gondorukem, damar/mata kucing, parafin, microwax, lemak binatang minyak kelapa, malam tawon dan malam lanceng. Jumlah dan perbandingan pemakaiannya bervariasi tergantung tujuan penggunaanya. Pada akhir proses pembuatan batik, seluruh lilin batik dihilangkan dari permukaan kain, dengan cara kain tersebut dimasukkan kedalam bak yang berisi air panas, sehingga seluruh lilin batik lepas. Lilin batik pada bak disaring kemudian didinginkan sehingga akan terbentuk lilin batik yang membeku. Lilin batik sisa lorotan biasanya dipakai untuk menutup batik yang disebut tembokan yaitu menutup kain batik secara keseluruhan. Sifat-sifat pokok malam batik adalah sebagai berikut. 1. Malam tawon Disebut juga kote atau malam klanceng berwarna kuning suram, mudah meleleh, titik didihnya rendah 59oC, mudah melekat pada kain, tahan lama, tak berubah oleh iklim, dan mudah dilepaskan, penggunaannya banyak dicampurkan pada lilin klowong. 2. Gondorukem Berasal dari pinus merkusu yang telah dipisahkan terpentin dan airnya. Gondorukem dalam perdagangan disebut dengan gondo, pabrik pengolahan gondo tersebar di daerah Pekalongan, Pemalang, Ponorogo dan sebagainya. Dalam pembatikan dikenal beberapa jenis gondorukem seperti gondorukem Amerika, Hongkong, Aceh, dan Gondorukem Pekalongan. Sifat–sifat gondorukem yaitu : - Titik lelehnya agak tinggi sehingga memerlukan waktu yang lama untuk melelehkannya- Tidak tahan alkali, - Mudah menembus kain dalam keadaan encer - Mudah patah setelah dingin dan melekat - Titik lelehnya 70oC - 80oCPenggunaannya dicampurkan pada malam klowong sehingga menjadi lebih keras dan tidak mudah membeku. 3. Damar mata kucing433Diambil dari pohon shoria apec, langsung dipecah-pecah menjadi lebih kecil. Sifatnya sukar meleleh, lekas membeku dan tahan alkali, penggunaannya sebagai campuran malam batik agar malam dapat membentuk bekas yang ajam dan melekat dengan baik. 4. Parafin, atau malam BPM Berwarna putih atau kuning muda, mempunyai daya tolak tembus basah yang baik, mudah encer dan cepat membeku, daya lekat kecil, mudah lepas dan titik lelehnya rendah. Penggunaannya dalam campuran malam batik, agar malam mempunyai daya tahan tembus basah yang baik dan mudah lepas pada waktu dilorod.5. Microwax, atau malam mikro Adalah jenis parafin yang lebih halus, warnanya kuning muda, sukar meleleh, mudah lepas dalam rendaman air, sukar menembus kain dan tahan alkali, penggunaannya dalam campuran malam batik sebagai malam tembok atau campuran malam klowong terutama untuk batik halus. 6. Lemak binatang/kendal, atau gajih Disebut juga lemak, warnanya seperti mentega, mudah menjadi encer, penggunaanya sebagai campuran malam batik dalam jumlah kecil dan berfungsi untuk menurunkan titik leleh, membuat lemas dan mudah lepas pada waktu dilorod. 7. Campuran lilin batik Lilin batik terdiri dari campuran bahan-bahan pokok lilin batik, dengan perbandingan sedemikian rupa sehingga mencapai sifat – sifat yang dikehendaki seperti daya tahan tembus, kebasahan, lemas dan fleksibel, dan tidak mudah pecah, dapat membuat garis motif yang tidak mudah pecah/tajam, mudah dihilangkan kembali dalam pemanasan. Cara membuat campuran lilin batik dilakukan dengan memperhatikan hal berikut :- Bahan batik yang mempunyai titik leleh tinggi, dilelehkan terlebih dahulu, kemudian berturut – turut yang lebih rendah. - Dalam pengerjaan mencampur ini, setelah semua bahan–bahan pokok dimasukkan dan menjadi cair, diaduk dengan baik dan rata agar campuran benar–benar homogen. - Campuran lilin yang masih cair disaring, kemudian dicetak sesuai ukuran yang dinginkan. Contoh – contoh campuran lilin batik antara lain : 1. Lilin tembokan 1 bagian malam lanceng 2 bagian lilin parafin putih 2. Lilin batik klowongan biasa 1 bagian malam lanceng ½ bagian lilin lorotan 4342 bagian parafin 3. Lilin batik klowongan 1 bagian malam lanceng 1 bagian lilin lorotan 2 bagian parafin 4. Lilin batik untuk cecek/isen 1 bagian malam lanceng 1 bagian gajih 1 bagian parafin 5. Lilin batik klowongan dari Pekalongan 10 bagian malam lanceng 5 bagian gajih 1 bagian parafin Campuran diatas tidak baku tergantung daerah dan pengalaman dari pembatik. 12.3.3 Zat Warna Batik Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk mewarnai batik, hal ini disebabkan karena pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik menggunakan lilin dan tidak tahan terhadap pemanasan. Ditinjau dari asalnya terdapat zat warna alam yang berasal dari tumbuhan dan binatang serta zat warna sintetik atau buatan. 1. Zat warna alam dan penggunaannya. Pewarnaan batik dapat menggunakan zat warna alam. Penggunaan zat warna alam untuk batik sekarang jarang dilakukan karena ada beberapa alasan diantaranya adalah : - Sulit diperoleh - Kadarnya tidak tetap - Warnanya suram - Jumlah terbatas - Tidak bisa untuk produksi masal - Ketahanan luntur kurang Penggunakan zat warna alam biasanya untuk batik yang ekslusif dan tidak dalam produksi masal. Zat warna alam yang bisa digunakan diperoleh dari - Bagian tumbuh – tumbuhan seperti akar, batang, kulit, daun , bunga - Dari binatang seperti getah buang. Contoh zat warna alam tersebut adalah : - Kulit pohon nila - Kulit pohon saga - Akar mengkudu - Kayu laban - Kunir - Daun the 435- Kembang palu - Sari kuning - Kayu mundu, dsb. 2. Zat warna sintetik Penggunaan zat warna sintetik untuk batik pemakaiannya cukup luas dibandingkan dengan zat warna alam. Zat warna yang digunakan dipilh yang pemakaiannya dingin sehingga tidak melelehkan lilin batik. Penggunaan zat warna sintetik untuk batik tahapannya sama dengan untuk proses pencelupan. Zat warna sintetik yang dapat digunakan antara lain : - Zat warna bejana - Zat warna bejana larut - Zat warna naftol - Zat warna rapid - Zat warna reaktif dingin 12.4 Tahapan Membuat Batik Membuat batik meliputi pekerjaan : 1. Menulis atau mengecap dengan lilin batik. 2. Memberi warna pada kain dengan cara mencelup atau coletan. 3. Menghilangkan lilin batik dari kain dengan mengerok atau melorod Sebelum menguraikan cara-cara pembuatan batik dengan macam-macam prosedurnya, terlebih dahulu diuraikan pengertian pekerjaan-pekerjaan pokok yang akan dijumpai pada pembuatan batik. 12.4.1 Menulis dan Mencap Batik Kain yang sudah dikerjakan persiapan, bila akan dibatik, dipola lebih dulu bertujuan untuk menggambar desain dengan pinsil, kemudian baru masuk pada pembatik tulis. Untuk batik cap, proses pembatikan dapat langsung dikerjakan tanpa perlu dipola. Macam-macam pengerjaan menulis atau mencap kain adalah : 1. Membatik atau mencap klowong Pekerjaan dari proses pembuatan batik adalah membuat pola pada kain dengan cara digambar menggunakan pensil. Setelah digambar, pekerjaan selanjutnya adalah pelekatan lilin yang pertama, dan lilin ini merupakan kerangka dari motif batik tersebut. Proses pembuatan gambar ini biasanya dilakukan untuk proses pembuatan batik tulis. Untuk batik sogan, permukaan kain bekas lilin klowong ini nantinya menjadi warna soga atau coklat. Klowongan ini ada dua tahap, tahap pertama disebut ”ngengrengan” yaitu klowongan pertama, selanjutnya klowongan pada muka sebelahnya disebut sebagai terusan klowongan pertama, pekerjaan ini disebut ”nerusi” 4362. Nembok, tembokan pertama dan nerusi Yang dimaksud dengan menembok adalah menutup kain setelah diklowong, dengan lilin yang lebih kuat dan pada tempat-tempat yang tertutup ini, nantinya tetap putih. Nembok ini meliputi menutup permukaan, memberikan isen dan cecek pada kain yang telah diklowong. Gambar 12 – 8 Pembuatan Pola Batik 3. Membironi, merining, menutup Agar pada tempat-tempat yang berwarna tidak ketumpangan warna lain, atau pada warna putih tetap putih. Pekerjaan membironi, merining dilakukan pada kain setelah diwedel dan dikerok atau dilorod, sebelum kain tersebut disoga atau dicelup warna terakhir. Jadi pekerjaan ini dilakukan pada tengah-tengah proses pembuatan kain batik. 4. Cap jeblok Yang dimaksud cap ”jeblok” ialah pada pencapan lilin batik tidak dibedakan atas lilin klowong dan lilin tembok, tetapi disatukan, mengerjakan capnya sekaligus. Jadi pada cap jeblok ini menutup permukaan kain yang nantinya akan berwarna soga maupun berwarna putih. Pencapan cara ini untuk membuat batik dengan teknik lorodan. 5. Lukisan lilin batik Perkembangan kemudian dari pada seni batik (perkembangan terakhir pada saat buku ini ditulis) menghasilkan suatu kreasi baru dalam seni batik, dimana gaya ini mempunyai corak tersendiri, yaitu gambaran-gambaran atau desain 437abstrak yang diisi dengan isen-isen seperti motif batik. Desain pada kain batik tersebut, kerangkanya dibuat dengan cara melukiskan lilin cair pada mori dengan alat-alat semacam kuas. Batik-batik type ini hanya dapat dibuat oleh orang-orang yang berbakat seni, dan batik ini dikenal dengan nama batik ”gaya baru”, ”kreasi baru” atau batik ”gaya bebas”. Gambar 12 – 9 Pembatikan6. Cara lain untuk resist warna Zaman dulu orang menggunakan bubur ketan untuk menutup permukaan kain agar pada tempat-tempat tertentu tidak diwarnai. Kain yang dibuat dengan bubur ketan ni terkenal dengan nama kain ”simbut”. Cara ini sekarang tidak dikerjakan lagi. Cara lain untuk membuat kain tidak diwarnai pada tempat-tempat tertentu, dengan mengikat tempat-tempat tertentu tersebut dengan tali, pada pencelupan tempat yang diikat ini tidak diwarnai. Kain yang dibuat dengan cara ini dikenal dengan nama ”kain jumputan”. 12.4.2 Memberi Warna Mori batik yang telah dicap atau ditulis dengan lilin yang merupakan gambaran atau motif dari batik yang akan dibuat, diberi warna, sehingga pada tempat yang terbuka menjadi berwarna sedang pada tempat yang tertutup dengan lilin tidak kena warna atau tidak diwarnai. 1. Medel Next >