< Previous438Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowong dan dicap tembok atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel adalah warna pertama yang diberikan pada kain. Medel dilakukan secara celupan. Dulu dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun-tom), karena zat warna ini mempunyai daya pewarnaan lembut/warna muda, maka celupan dilakukan berulang-ulang. Kemudian untuk medel dipakai zat warna Indigo sintetik dimana cara pencelupannya sama dengan Indigo alam. Dipakai pula zat warna naftol untuk medel, dimana cara pencelupannya lebih cepat karena hanya dilakukan satu kali. Wedelan adalah sebagai warna dasar yang berwarna biru tua. 2. Celupan warna dasar Untuk batik-batik berwarna, seperti batik Pekalongan, batik Cirebon, Banyumas dan lain-lainnya, maka batik tersebut tidak diwedel, tetapi sebagai gantinya diberi warna yang lain, seperti warna-warna hijau, violet, merah, kuning, oranye dan lain-lainnya. Warna dasar ini, agar pada pewarnaan berikutnya tidak berubah atau tidak ketumpangan warna lain, maka warna dasar perlu ditutup dengan lilin batik. Maka biasanya zat warna yang dipakai adalah yang mempunyai ketahanan yang baik seperti cat Indigosol, naftol atau Indanthreen. Gambar 12 – 10 Pewarnaan Batik 3. Menggadung Yang dimaksud dengan menggadung ialah menyiram kain batik dengan larutan zat warna. Kain diletakkan terbuka rata di atas papan atau meja kemudian disiram dengan larutan cat. Cara pewarnaan ini menghemat zat warna tetapi hasil warnanya agak kurang rata, karena larutan cat itu diratakan dengan cara disapu-sapu. Pewarnaan 439batik secara menggadung ini dikerjakan oleh para pembuat batik Pekalongan, untuk memberi warna pada kain batik sarung atau batik buketan. 4. Coletan atau dulitan Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik pada tempat-tempat tertentu dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan di mana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak membelobori daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat Rapid atau Indigosol. Di daerah pantai Utara seperti Gresik, pewarnaan secara ini disebut ”dulitan” dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan dan hal ini sudah dikerjakan sejak dulu kala. 5. Menyoga Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo menyoga adalah sebagai pewarnaan terakhir. Dahulu kala warna coklat atau warna soga dibuat dari zat warna tumbuh-tumbuhan, antara lain dari kulit pohon soga, sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan warna soga ini disebut menyoga dengan warna coklat pada kain batik disebut warna soga. Warna soga dapat dicapai dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut ”soga Jawa”. Dari zat warna soga sintetik, biasa digunakan seperti sogan Ergan, soga chroom, soga Kopel, zat warna naftol, zat warna Indigosol atau kombinasi (tumpangan atau campuran) dari beberapa zat warna tersebut. 12.4.3 Menghilangkan Lilin Batik Menghilangkan lilin batik pada kain batik dapat berupa menghilangkan sebagian atau keseluruhan. Menghilangkan lilin sebagian atau setempat adalah melepaskan lilin pada tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk lilin itu dengan alat semacam pisau, pekerjaan ini disebut ”ngerok” atau ngerik”. Untuk kain batik sogan Yogya dan Solo, ngerok dilakukan pada kain setelah diwedel. Disini maksud mengerok ialah untuk membuka lilin klowong dimana pada bekas lilin tersebut nantinya akan diberi warna soga (warna coklat). Menghilangkan lilin keseluruhan, dilakukan pada tengah-tengah proses pembuatan batik atau pada akhir proses pembuatan batik. Pada pembuatan kain batik secara lorodan, di tengah-tengah proses pembuatan batik tidak diadakan kerokan, tetapi kain tersebut dilorod dimana lilin dihilangkan seluruhnya. Kemudian pada warna-warna yang tidak boleh ketumpangan warna lain atau di tempat-tempat yang akan tetap putih, ditutup dengan lilin (penutupan dilakukan dengan tangan). Proses pembuatan batik secara lorodan misalnya pada pembuatan batik Banyumas atau Pekalongan Menghilangkan lilin keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik, disebut ”mbabar” atau ”ngebyok” atau melorod. Menghilangkan lilin secara keseluruhan ini dikerjakan dengan cara pelepasan di dalam air panas, di mana lilin meleleh dan lepas dari kain. Air panas sebagai air lorodan tersebut 440biasanya diberi larutan kanji untuk kain batik dengan zat warna dari nabati, sedang untuk batik dengan zat warna dari anilin (sintetik) air lorodan diberi soda abu. Untuk batik dari sutera atau serat protein yang lain, maka penghilangan lilin secara pelarutan, yaitu kain direndam dalam pelarut lilin yaitu bensin (tetapi awas akan bahaya kebakaran). Cara lain untuk menghilangkan lilin pada batik sutera, pada proses pembatikan digunakan lilin khusus yang mudah lepas pada air panas, dapat juga tetap digunakan lilin biasa tetapi pada air lorodan diberi emulsi minyak tanah dan teepol, atau kain direndam dingin dalam larutan alkali (misalnya 10 gram per liter soda abu). Dengan proses-proses pokok pembuatan batik tersebut, dengan berbagai variasi, orang menemukan berbagai cara tahapan pembuatan batik, seperti : batik kerokan, batik lorodan, batik bedesan, batik radionan. Gambar 12 – 11 Menghilangkan Lilin Batik (Melorod)12.4.4 Memecah Lilin Batik Yang dimaksud dengan membuat pecah lilin batik (lilin tembokan), yang dikenal dengan istilah ngremuk, ialah agar lilin pecah dengan teratur, sehingga pada garis-garis pecahan itu nanti warna soga (atau warna yang lain) dapat masuk ke dalamnya, maka akan diperoleh kain batik dengan motif gambaran dari garis-garis bekas pecahan lilin tersebut. Biasanya ngremuk dilakukan pada kain dalam keadaan basah setelah proses pemberian lilin/malam. Medel kain atau pemberian warna dengan sengaja ngremuk lilin, dikenal dengan nama ”batik wonogiren”, karena dahulu batik dari daerah Wonogiri memiliki kekhasan yaitu motif hasil dari memecah-mecah lilinnya. 12.5 Teknik Pelekatan Lilin Yang dimaksud batikan ialah hasil pelekatan lilin batik pada kain. Ditinjau dari cara dan alat untuk melekatkan lilin batik pada kain tersebut dapat dibedakan 441atas 3 macam cara, yaitu dengan cara membatik tulis dengan canting tulis, mencap dengan canting cap, dan dengan cara melukis. Masing-masing cara tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut. 12.5.1 Menggunakan Canting Tulis Untuk membatik tulis alat yang digunakan untuk mengaplikasikan lilin batik cair pada kain disebut canting tulis atau canting. Canting tulis dibuat dari plat tembaga berbentuk seperti kepala burung, dan bekerjanya alat ini berprinsip pada ”bejana berhubungan”. Canting untuk membatik secara tulis tangan ini terdiri dari badan (1) berbentuk seperti cerek, cucuk (2) berupa saluran dan tangkai (3) dari bambu atau glagah (lGambar 11-13). Bentuk dan besar kecilnya cucuk canting tergantung pemakaiannya, untuk canting cecek cucuknya kecil, untuk canting klowong cucuknya sedang, untuk canting tembokan dan tutupan cucuknya lebih besar, untuk canting nitik ujung cucuk berbentuk segi empat atau gepeng. Cucuk canting ada yang dibuat dengan satu saluran, dua atau tiga saluran. Bila canting tulis ini dimasukkan ke dalam lilin cair untuk mengambil lilin batik cair tersebut, bila berkedudukan seperti B, maka lilin batik cair tidak keluar melalui cucuk, tetapi bila kedudukannya dirubah menjadi C, maka lilin batik cair akan keluar melalui cucuk canting, dan bila ujung cuck canting ditempelkan pada permukaan kain dan digerakkan maka terjadilah garis-garis lilin batik yang segera membeku di atas kainGambar 12- 12 Pelekatan Lilin dengan Canting Tulis Biasanya setelah pengambilan lilin cair, sebelum canting mulai ditempelkan pada kain untuk membatik, ujung cucuk canting itu diembus (didamu/disebu) dengan maksud : 1. Ujung saluran cucuk canting bila tertutup oleh lilin yang mulai membeku, menjadi terbuka, lilin cair dari dalam canting dapat keluar dengan lancar. 4422. Lilin cair yang menempel pada bagian bawah dari canting karena kena embusan menjadi dingin dan membeku, sehingga tidak menetes. Supaya terjadi bekas garis-garis atau cecek-cecek lilin dengan bentuk yang baik, maka pada dasarnya gerakan canting ini selalu dari bagian bawah menuju ke arah bagian atas. Berdasarkan analisa dan pengamatan, bentuk-bentuk sederhana dasar gerakan membatik tulis itu dapat digambarkan sebagai berikut:443444Gambar 12 – 13 Jalannya Canting Tulis 44512.5.2 Menggunakan Canting Cap Membatik cap atau “ngecap” ialah pekerjaan membuat batik dengan cara mencapkan lilin batik cair pada permukaan kain. Alat cap atau disebut pula canting cap, adalah berbentuk “stempel” yang dibuat dari plat tembaga. Canting cap terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Bagian muka, berupa susunan plat tembaga yang membentuk pola batik 2. Bagian dasar, tempat melekatnyan bagian muka 3. Tangkai cap untuk memegang bila dipakai mencap. Gambar 12 – 14 Melekatkan Lilin dengan Canting Cap Gambar 12 – 15 Pelekatan Lilin dengan Cara Dilukis dengan Kuas 446Berdasarkan pada motif batik dan bentuk capnya, maka terdapat berbagai macam cara menyusun cap pada permukaan kain, yang disebut jalannya pencapan. Beberapa jalannya pencapan (lampah) itu antara lain : 1. Bergeser satu langkah kekanan dan satu langkah kemuka, ini disebut “tubrukan”2. Bergeser setengah langkah kekanan dan satu langkah kemuka atau satu langkah ke kanan dan setengah langkah kemuka, ini disebut sistim ”onda – ende”.3. Jalannya cap menurut arah garis miring, bergeser satu langkah atau setengah langkah dari sampingnya, ini disebut sistim ”parang”. 4. Bila jalannya cap digeser melingkar, salah satu sudut dari cap itu tetap terletak pada satu titik, sistem ini disebut ”mubeng” atau berputar. 5. Ada pula untuk mencapai satu raport motif digunakan dua cap, dan jalannya mengecapkan dua cap tersebut berjalan berdampingan, ini disebut sistim ”mlampah sareng” atau jalan bersama. Pemanasan lilin batik cap juga harus disesuaikan dengan pemanasan tertentu agar dapat dicapai hasil pencapan yang baik, yaitu jangan terlalu rendah dan jangan terlalu tinggi. Cara mengerjakan pencapan ialah pertama lilin batik dipanaskan di dalam dulang tembaga yang pada dasarnya diletakkan beberapa lapis kasa dari anyaman kawat tembaga. Cap yang akan dipakai diletakkan di atas dulang yang berisi lilin cair, ditunggu beberapa saat sampai cap menjadi panas, kemudian cap dipegang, diangkat dan dicapkan pada kain yang diletakkan di atas bantalan meja cap. Pengambilan lilin batik cap dengan meletakkan cap di atas dulang dilakukan berulang-ulang sampai pencapan kain selesai atau pekerjaan mencap telah selesai. Pekerjaan mencap juga memerlukan pengalaman dan kemahiran, maka seorang tukang cap yang baik perlu mendapat latihan kerja pencapan untuk beberapa waktu lamanya. Jalannya cap pada pekerjaan mencap, bila digambarkan secara skematis adalah sebagai berikut : 447Next >