< PreviousTeknik Konstruksi kapal 98 Gambar : 8.35. Lengkung Letak titik tekan sebenarnya. Untuk menggambar letak titik tekan sebenarnya seperti terlihat pada gambar 8.35 dapat kita laksanakan dengan urutan pengerjaan sebagai berikut: 1. Buat garis disentrice yaitu garis yang mempunyai sudut 450 dengan kedua salib sumbu. 2. Tarik garis mendatar pada suatu ketinggian sarat tertentu misalnya pada ketinggian sarat T sehingga memotong lengkung KB dititik A, garis disentrice di titik B dan lengkung B dititik C. 3. Buat seperempat lingkaran dengan pusat lingkaran dititik B dan berjari-jari BA, sehingga terdapat sebuah titik D yang terletak vertikal dibawah titik B. 4. Tarik garis mendatar dari titik D dan sebuah garis vertikal dari titik C sehingga kedua garis ini berpotongan dititik E. 5. Titik E inilah yang menentukan letak titik tekan sebenarnya dari kapal pada ketinggian sarat T tersebut. 6. Penggambaran diatas kita kerjakan untuk paling sedikit empat macam sarat, sehingga terdapat paling sedikit empat buah titik yang akan digunakan untuk menggambar lengkung titik tekan sebenarnya. Untuk kapal yang even keel pada sarat kapal sama dengan nol, letak titik tekan sebenarnya adalah sama dengan letak B. Jadi kedua lengkungan ini mempunyai titik awal yang sama dengan letak B. Demikian pula lengkung B dan lengkung ɎB mempunyai garis singgung vertikal yang sama. 8. Lengkung Momen Inersia Melintang Garis Air (I) Dan Lengkung Momen Inersia Memanjang Garis Air (Il). Lengkung momen inersia melintang garis air dan lengkung momen inersia memanjang garis air menunjukkan besarnya momen Teknik Konstruksi kapal 99inersia melintang dan momen inersia memanjang dari garis-garis air kapal pada tiap-tiap sarat kapal. Gambar : 8.36a. Lengkung momen inersia melintang. Gambar 8.36a, menunjukkan bentuk momen inersia melintang garis air untuk kapal dalam keadaan even keel dan mempunyai kenaikan alas. Jadi pada sarat kapal 0 momen inersia melintang juga sama dengan nol. Gambar : 8.36b. Lengkung momen inersia memanjang. Gambar 8.36b,menunjukkan bentuk lengkung momen inersia memanjang garis air untuk kapal dengan alas miring. Jadi titik awal lengkungan ini mulai dari titik terendah dari kapal. Untuk menghitung momen inersia melintang garis air ( I ). Sedang untuk menghitung momen inersia memanjang garis air (IL) dapat kita gunakan teori pada Teknik Konstruksi kapal 1009. Lengkung Letak Metasentra Melintang (Km). Pada tiap karene yang dibatasi oleh sebuah garis air pada suatu ketinggian sarat tertentu, akan mempunyai sebuah titik metasentra melintang M. Letak metasentra melintang terhadap keel dapat dihitung sebagai berikut : KM = KB + BM. = KB + VI Dimana : I = adalah momen inersia melintang garis air. V = adalah volume karene. KB = adalah jarak titik tekan terhadap keel. Lengkung letak metasentra melintang KM menunjukkan letak metasentra melintang M terhadap keel untuk tiap-tiap sarat kapal. Bentuk lengkung letak metasetra melintang KM dapat dilihat pada gambar 8.37 Gambar : 8.37. Lengkung KB dan lengkung KM. Untuk praktisnya skala KM biasanya disamakan dengan skala KB. 10. Lengkung Letak Metasentra Memanjang (Kml) Pada tiap karene yang dibatasi oleh sebuah garis air pada suatu ketinggian sarat tertentu akan mempunyai sebuah titik metasentra memanjang ML. Letak metasentra memanjang terhadap keel dapat dihitung sebagai berikut : KML= KB + BML = KB + IL/V Dimana : IL = adalah momen inersia memanjang garis air. V = adalah volume karene. KB = adalah jarak titik tekan terhadap keel. Teknik Konstruksi kapal 101Lengkung letak metasentra memanjang KML menunjukkan letak metasentra memanjang ML terhadap keel untuk tiap-tiap sarat kapal. Karena harga KML besar, maka tidak mungkin bila kita mengambil skala KML sama dengan skala KB. maka dari itu skala KML diambil lebih kecil dari skala sarat. Gambar : 8.38. Lengkung KML. 11. Lengkung Koefisien Garis Air (Cw), Lengkung Koefisien Blok (Cb), Lengkung Koefisien Gading Besar (Cm) Dan Lengkung Koefisien Prismatik Mendatar (Cp). Lengkungan-lengkungan ini merupakan harga-harga koefisien garis air, koefisien blok, koefisien gading besar dan koefisien prismatik mendatar untuk tiap-tiap sarat kapal. Dimana koefisien garis air Cw adalah hasil pembagian luas garis air yang didapat dari lengkung garis air dengan L.B. Koefisien blok Cb adalah hasil pembagian volume karene yang didapat dari lengkung volume karene dengan L.B.T. Koefisien gading besar Cm adalah hasil pembagian luas gading besar dengan B.T. Koefisien prismatik mendatar Cp adalah hasil pembagian koefisien blok dengan koefisien gading besar. Cp = Cb/Cm Untuk perhitungan diatas L = Panjang garis air sebenarnya. B = Lebar garis air sebenarnya. T = Sarat kapal. Jadi ukuran L, B, dan T diukur pada panjang sebenarnya bukan pada Lpp B maks dan T maks. Teknik Konstruksi kapal 10212. Ton Per Sentimeter Perubahan Sarat (Ton Per Centimeter Immersion) (Tpc). Bila sebuah kapal mengalami perubahan displacement misalnya dengan penambahan atau pengurangan muatan yang tidak berapa besar, hal ini berarti tidak terjadi penambahan atau pengurangan sarat yang besar. Maka untuk menentukan sarat kapal dengan cepat kita menggunakan lengkungan TPC ini. Perubahan sarat kapal ditentukan dengan membagi perubahan displacement dengan ton per centimeter immersion. Atau dapat dikatakan bahwa Ton per CM Immersion adalah jumlah ton yang diperlukan untuk mengadakan perubahan sarat kapal sebesar satu centimeter di dalam air laut. Gambar : 8.39. Luas garis air Aw. Dari gambar 8.39. terlihat sebuah kapal dengan dua buah garis air yang masing-masing berjarak 1 centimeter. Bila kita menganggap bahwa tidak ada perubahan luas garis air pada perubahan sarat sebesar 1 centimeter atau dengan perkataan lain dapat dianggap, bahwa pada perbedaan 1 centimeter dinding kapal dianggap vertikal. Jadi kalau kapal ditenggelamkan sebesar 1 centimeter, maka penambahan volume adalah hasil perkalian luas garis air dalam meter persegi (m2) dengan tebal 0,01 meter. : Aw x 0,01 m3 Berat dalam ton adalah : Aw x 0,01 x 1,025 ton. TPC = Aw x 0,01 x 1,025 Ton ………………(1 ) Karena harga-harga TPC adalah untuk air laut, maka bila TPC digunakan untuk air tawar. TPC air tawar = 1,000/1,025 x TPC. Untuk menggambar lengkung TPC ini kita dapat menggunakan rumus (1) di atas dengan menghitung harga TPC untuk beberapa tinggi sarat kapal. Teknik Konstruksi kapal 103Karena TPC merupakan perkalian antara luas garis air Aw dengan suatu bilangan konstan, maka lengkung TPC ini mempunyai bentuk yang hampir sama dengan lengkung luas garis air. 13. Perubahan Displacement Karena Kapal Mengalami Trim Buritan Sebesar 1 Centimeter (Displacement Due To One Cm Change Of Trim By Stern), (Ddt). Lengkung displacement, yang terdapat dalam lengkung-lengkung Hidrostatik adalah betul hanya untuk kapal yang tidak dalam keadaan trim. Jadi kalau kapal mengalami trim, displacement kapal dengan trim tersebut mungkin lebih besar atau kurang dari harga displacement kapal tanpa trim yang didapat dari lengkung displacement, kecuali kalau titik berat garis air F terletak tepat pada penampang tengah kapal. Untuk jelasnya dapat dilihat dari gambar 8.40 a, b, c. Gambar : 8.40a. Titik F belakang penampang tengah kapal. Gambar : 8.40b. Titik F pada penampang tengah kapal. Teknik Konstruksi kapal 104 Gambar : 8.40c. Titik F dimuka penampang tengah kapal. Kapal dalam keadaan even keel dengan garis air WILI pada sarat T. Displacement kapal pada sarat T dapat dibaca dari lengkung hidrostatik misalnya sebesar D ton. Kalau kapal mengalami trim dengan garis air W2L2 seperti terlihat pada gambar, maka untuk garis air W2L2 tersebut displacement kapal tidak sama dengan D. Karena tidak ketahui, bahwa kalau kapal mengalami trim dengan tidak ada perubahan displacement, maka garis air trim tersebut akan memotong garis air even keel pada titik berat garis air F. Jadi garis air trim W2L2 adalah sama dengan displacement kapal dengan garis air mendatar W3L3, atau dengan perkataan lain : displacement kapal dalam keadaan trim pada garis air W2L2 adala D + (X. Aw. 1,025). Pada gambar 8.40b karena titik berat garis air F terletak tepat pada penampang tengah kapal, maka displacement kapal pada saat trim dengan garis air W2L2 adalah sama dengan displacement kapal pada saat even keel dengan garis air W1L1. Gambar 8.40c. Titik berat garis air F terletak di depan penampang tengah kapal. Jadi displacement kapal pada saat trim dengan garis W2L2 sama dengan displacement kapal pada saat even keel dengan sarat W3L3, atau dengan perkataan lain, displacement kapal terletak dalam keadaan trim pada garis air W2L2 = D - (x. Aw. 1,025). Dimana D = displacement kapal dengan garis air W1L1 yang didapat dari lengkung displacement. Teknik Konstruksi kapal 105 Gambar : 8.41. Perubahan dispalacement karena trim buritan F = Titik berat garis air. W3L3 = adalah garis air yang mempunyai displacement yang sama dengan displacement pada saat kapal trim dengan garis air W2L2. x = jarak antara garis-garis air yang sejajar W1L1 dan W3L3. t = trim. F` = jarak F ke penampang tengah kapal. Aw = luas garis air. Dari AFB dan DCE didapat X : F = t : Lpp X = t. F/Lpp ………………. (.2). Penambahan atau pengurangan displacement : DDT = X x Aw X 1,025. = t. F x Aw x 1,025. Lpp Untuk trim = 1 Cm = 0,01 m. DDT = 0,01 F . Aw x 1,025 DDT = F x TPC Karena trimnya kecil sekali, maka F dianggap adalah jarak titik berat garis air W1L1 ke penampang tengah kapal, sedang Aw diambil luas air W1L1. TPC = Aw x 0,01 x 1,025 DDT = F. TPC ……………………. (.3) Untuk kapal yang berlayar di air tawar. DDT air tawar = 1,000 /1,025 x DDT. Lengkung DDT yang digambar pada gambar lengkung hidrostatik adalah DDT untuk kapal yang mengalami trim buritan (belakangan). Jadi tanda DDT apakah merupakan pengurangan atau penambahan untuk trim buritan tergantung dari tanda F. Kalau misalnya titik F terletak dibelakang penampang tengah kapal maka F biasanya bertanda negatif sedang DDT bertanda positif. Teknik Konstruksi kapal 106Karena DDT merupakan penambahan sama halnya kalau titik F terletak didepan penampang tengah kapal, maka F bertanda positif sedang DDT bertanda negatif, karena DDT merupakan pengurangan. Jadi supaya tidak terjadi kesalahan tanda maka sebaiknya rumus DDT ditulis : DDT = F . TPC Gambar 8.42. Lengkung DDT. Pada penggambaran lengkung DDT ini harga DDT sama dengan nol adalah bila F berharga nol. DDT yang bertanda positip kita gambarkan di sebelah kanan sumbu tegak sedang yang bertanda negatip akan jatuh di sebelah kiri sumbu tegak. Tetapi karena sumbu tegak terletak dekat pada tepi kertas gambar, maka lengkung DDT yang bertanda negatip kita putar 1800 kearah kanan seperti terlihat pada gambar 8.42. Untuk mudahnya perhitungan DDT dapat kita gunakan tabel berikut ini Teknik Konstruksi kapal 107Tabel 8.2. Perubahan displacement karena kapal mengalami trim buritan 1 centimeter (DDT). Garis air (WL) WL WL WL WL F (negatip untuk F dibelakang dan positip untuk F di depan) TPC LPP Perubahan displacement karena kapal mengalami trim buritan 1 cm (DDT) = F TPC Lengkung DDT pada gambar lengkung hidrostatik sesuai dengan tandanya berlaku untuk kapal dengan trim buritan, tetapi penambahan atau pengurangan displacement secara umum dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 8.3. Trim Letak titik F terhadap Ɏ Penambahan atau pengurangan displacement Buritan Buritan Haluan Haluan dibelakang didepan dibelakang didepan Penambahan Pengurangan Pengurangan Penambahan Next >