< PreviousTeknik Konstruksi kapal 10814. Momen Untuk Mengubah Trim Sebesar 1 Centimeter (Moment To Alter One Cm) MTC. Lengkung MTC ini menunjukkan berapa besarnya momen untuk mengubah kedudukan kapal dengan trim sebesar satu centimeter pada bermacam-macam sarat. Gambar : 8.43. Momen mengubah trim. Gambar 8.43. menunjukkan sebuah kapal terapung pada garis air WL dengan G dan B sebagai titik berat kapal dan titik tekan kapal. Sebuah beban p ton yang sudah berada diatas geladak dipindahkan ke belakang dengan jarak xp meter, perpindahan beban itu akan mengakibatkan kapal terapung dengan garis air yang baru W 1 dengan G1 dan B1 sebagai titik berat kapal dan titik tekan kapal yang baru. Garis gaya tekan keatas yang melalui B (sebelum beban dipindah) dan garis gaya tekan keatas yang melalui B1 (sesudah beban dipindahkan) akan berpotongan di ML yaitu metasentra memanjang. Menurut hukum pergeseran, dimana titik berat kapal bergeser sejauh GG1 dengan menganggap GG1// xp maka : GG1 : xp = p : D. dimana D = displacement kapal dalam ton (termasuk beban p). GG1 x D = Xp x p. Teknik Konstruksi kapal 109GG1 = P x Xp D Dari GG1 ML GG1 = ML G. tg ș ș = sudut inklinasi (sudut trim) Tg ș = GG1 MLG Tg ș = P x Xp D.MLG Gambar 8.44. Gambar tA dan tF. Bila t = trim total = tA + tF (meter) Dimana tA = trim belakang/buritan (meter) tF = trim depan/haluan (meter) Lpp = panjang kapal diantara garis tega (meter) Maka tg ș = t / Lpp t = p. xp p.p = t. D. ML G Momen p. xp ini yang menyebabkan trim. Untuk membuat trim sebesar 1 cm maka t = 1cm = 0,01 meter. Momem trim ( p.xp ) 1 cm = D. ML G Dari gambar 8.43, dapat kita ketahui bahwa BG adalah relatip kecil bila dibandingkan dengan harga MLB. Sehingga kita tidak melakukan kesalahan yang besar bila kita mengambil MLG = BML. Momen trim (p.xp) 1 cm = BML . D Karena MLB = IL ; IL = Momen inersia memanjang dari garis air. Maka momen trim (p.xp) 1 cm = V . IL MTC = IL …………………… (5) MTC = BML . D ………… …(4) Kalau D = Y . V . dan kemudian dimasukkan kedalam rumus momen trim (p.p) 1 cm = D. ML G diatas maka momen trim (p.p) 1 cm = Y. V. MLG Teknik Konstruksi kapal 110Sering pula kita anggap bahwa Y MLG = BML. Momen trim (p.p) 1 cm = V. BML 15. Tabel Perhitungan Lengkung Hidrostatik. Dalam menggambar lengkung-lengkung hidrostatik maka kita perlu menghitung harga dari lengkung-lengkung yang akan digambar. Untuk praktisnya, kita dapat menggunakan tabel-tabel perhitungan yang merupakan satu kesatuan. Pada perhitungan kita membagi kapal atas dua bagian yaitu bagian utama badan kapal (main part) dimana bagian ini adalah bagian depan kapal sampai AP. Sedang bagian kapal dari AP ke belakang kita sebut bagian buritan badan kapal atau cant part. Kedua bagian ini kita hitung terpisah, kemudian kita mengadakan penggabungan untuk sarat kapal yang paling dalam. Contoh soal. 1. Menghitung Volume kapal dengan menggunakan luas garis- garis air. Diketahui : Luas garis-garis air untuk beberapa macam sarat kapal adalah sebagai berikut : No. Garis Air Sarat (m) Luas garis air (m2) 0 ½ 1 2 3 4 5 0 0,7 1,4 2,8 4,2 5,6 7,0 100 400 800 1400 1800 1950 2000 Hitung : untuk volume kapal sarat 7,0 m. Teknik Konstruksi kapal 111Tabel 8.4 h = 1.4 m Nomor garis air. I Luas garis air (m2) II Faktor luas I x II Hasil III Faktor momen IV = I x II x IIIHasil 0 ½ 1 2 3 4 5 100 400 800 1400 1800 1950 2000 ½ 2 1½ 4 2 4 1 50 800 1200 5600 3600 7800 2000 0 ½ 1 2 3 4 5 0 400 1200 11200 10800 31200 10000 ¦ 210501 ¦ 264800 Volume kapal untuk sarat 7,0 meter. V = k x h x ¦1 = 1/3 x 1,4 x 21.050 = 9823 m3. 2. Menghitung volume kapal dengan menggunakan luas penampang lintang. Diketahui : Sebuah kapal dengan Lpp 40 meter mempunyai luas station sebagai berikut : Hitung : Volume kapal ? Teknik Konstruksi kapal 112Tabel 8.5 H= 40/10 = 4m Nomor Station I Luas station (m2) II Faktor luas I.II Hasil III Faktor momenIV = I.II.III Hasil 0 ½ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9½ 10 0,6 2,0 4,6 6,8 8,9 9,8 10,0 9,5 7,5 6,0 4,4 2,0 0 ½ 2 ½ 4 2 4 2 4 2 4 1½ 2 1/2 0,3 4 6,9 27,2 17,8 39,2 20,0 38,0 15,0 24,0 6,6 4,0 0 -5 -4½ -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 4½ 5 -1,5 -18 -27,6 -81,6 -35,6 -39,2 3=-203,5 38,0 30 72 26,4 18 0 ¦1= 203 ¦2= 184,4 V = k.h 1 = 1/3 x 4 x 203 = 271 m3 3. Menghitung B. Diketahui : Seperti contoh soal no. 2 Hitung : B Hitungan : Untuk ini kita tetapkan menggunakan tabel 11-6 tetapi dengan menambah lajur III yaitu faktor momen dan lajur IV yaitu hasil perkalian I x II x III. B = h. ¦2 + ¦3 = 4 x 184,4 – 203,5 = - 0,376 Teknik Konstruksi kapal 113Soal Latihan 4. Menghitung KB. Diketahui : seperti contoh soal Nomor 1. Hitung : KB Hitungan : Untuk perhitungan ini kita tetap menggunakan tabel 8-5, tetapi dengan menambah lajur III yaitu faktor momen dan lajur IV yaitu hasil perkalian I x II x III. E. Lengkung Bonjean Yang dimaksud dengan Lengkung Bonjean adalah Lengkung yang menunjukkan luas station sebagai fungsi dari sarat. Bentuk lengkungan ini mula-mula diperkenalkan pada permulaan abad ke sembilan belas oleh seorang Sarjana Perancis bernama Bonjean. Gambar 8.45. lengkung Bonjean. Gambar 8.45 melukiskan lengkung Bonjean pada nomer station yang diperlihatkan sampai setinggi geladak ditengah. Jadi untuk mengetahui luas dari tiap-tiap station sampai tinggi sarat (T) tertentu dapat dibaca dari gambar lengkung bonjean pada ketinggian sarat (T) yang sama, dengan menarik garis mendatar hingga memotong lengkung Bonjean. Demikian pula untuk sarat-sarat kapal yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama. Pada umumnya lengkung bonjean cukup digambar sampai setinggi tepi kapai, pada setiap station sepanjang kapal. Teknik Konstruksi kapal 1141. Bentuk Lengkungan Bonjean Karena lengkung bonjean adalah lengkung luas station atau luas bidang gading, maka bentuk lengkungan sangat tergantung dari bentuk station atau bidang gading tersebut. Gambar 8.46. Penampang segi empat. Gambar 8.46 adalah gambar penampang kapal yang berbentuk segi empat, sehingga lengkung bonjean berbentuk garis lurus. Untuk penampang kapal yang berbentuk segitiga seperti gambar 8.47, lengkung bonjean akan berbentuk parabola. Gambar 8.47. Penampang segi tiga. Teknik Konstruksi kapal 115Pada kapal barang, bentuk penampang tengah kapal pada umumnya adalah seperti gambar 8.48 yaitu mempunyai rise of floor (kenaikan alas) yang kecil dan lengkungan bilga yang kecil pula. Jadi bentuk lengkung bonjean akan berbentuk lurus dengan diawali bentuk lengkungan pendek. Gambar 8.48. Penampang dengan tinggi kenaikan alas. Sedang pada bagian buritan dan haluan kapal pada umumnya berbentuk parabola. 2. Perhitungan Lengkung Bonjean Untuk menggambar lengkung bonjean terlebih dahulu harus menghitung tiap-tiap station untuk beberapa macam tinggi sarat. Karena lengkung bonjen digambar sampai garis geladak disamping kapal, maka harus menghitung luas station sampai geladak disamping kapal. Untuk kapal kayu, ukuran yang dipakai didalam perhitungan adalah dengan memperhitungkan tebal kulit. Sedang untuk kapal baja ukuran yang diambil adalah tanpa memperhitungkan tebal kulit kapal. Jadi gambar lengkung bonjean untuk kapal baja adalah tanpa kulit. Teknik Konstruksi kapal 116Tabel 8.6 Untuk jelasnya kita akan menghitung sebuah station seperti gambar 8.48 dimana semua ukuran telah diketahui . No station Garis air I Faktor luas II Ordinat (m) IxII HasilIII=III Fungsi luas IV = 2.1/3.h IIIxIV Luas (m²) V garis air Luas garis air sesuai V (m²) 0 ½ 1 1 4 1 0 0,70 1,20 0 2,80 1,20 4,00 1,87 0-1 1,87 1 1½ 2 1 4 1 1,20 1,50 1,90 1,20 6,00 1,90 9,10 4,25 0-2 6,12 2 3 4 1 4 1 1,90 2,40 3,00 1,90 9,60 3,00 14,50 12,53 0-4 18,65 4 5 6 1 4 1 3,00 3,60 4,35 3,00 14,40 21,75 20,29 0-6 38,94 6 I II 1 4 1 4,35 5,10 5,50 4,35 20,40 5,50 30,25 30,25 0-II 69,19 Teknik Konstruksi kapal 117 Gambar 8.49Lengkung Bonjean Station Sarat kapal = 8,4 m. kita bagi menjadi 6 buah garis air karena kita akan menggambar lengkung bonjean sampai garis geladak, maka bagian diatas sarat juga ditarik garis air tambahan WL71/2 dan WL 9 ,masing-masing berjarak 1,5 meter. Keterangan : 1. Fungsi luas III merupakan hasil penjumlahan hasil I x II jadi untuk WL 0-1 adalah 0 + 2,80 + 1,20 = 4,00. 2. Sedang IV = 2.1/3.h. Karena ordinat yang dimasukkan kedalam tabel 8.6 adalah setengah lebar kapal, maka kita kalikan dengan 2 untuk mendapatkan luas seluruh station. Bilangan 1/3 adalah angka perkalian menurut hukum Simpson I. h = jarak tiap garis air. 3. Untuk menghitung luas station dari garis air 0 sampai garis air 2 luas station WL0 – WL1 ditambah luas station WL1 – WL2 demikian pula untuk luas station WL0 – WL2 adalah luas Next >