< PreviousTeknik Konstruksi kapal 118station WL0 – WL2 ditambah luas station WL2 – WL4 dan seterusnya. 4. Kita dapat menggambar lengkung bonjean dengan suatu skala tertentu. 5. Untuk perhitungan bonjean dimana semua station dihitung dengan menggunakan tabel bonjean. B. Pelaksanaan Pembuatan Lengkung Bonjean Gambar lengkung bonjean yang paling umum adalah yang digambar pada potongan memanjang dari kapal seperti gambar 8.50. Gambar 8.50. Lengkung bonjean. Untuk ini mula-mula kita gambarkan garis dasar, linggi haluan dan buritan kapal, garis geladak ditepi kapal, letak station-station dan garis-garis air. Skala sarat tidak perlu sama dengan skala panjang kapal. Pada tiap-tiap station kita gambar lengkung bonjean seperti terlihat pada gambar 8.50 Gambar lengkung bonjean dilengkapi pula dengan skala sarat di AP dan FP untuk mndapatkan gambar yang betul, maka ujung-ujung lengkung bonjean pada garis geledak ditepi kapal perlu kita koreksi dengan menarik garis yang laras seperti terlihat pada gambar 8.51 ini. Teknik Konstruksi kapal 119 Gambar 8.51. Garis Bantu. Bentuk lengkung bonjean seperti pada gambar 8.50 mempunyai keuntungan karena untuk bermacam-macam garis air baik kapal dalam keadaan even keel maupun trim, kita dengan mudah dapat menggambar garis air tersebut. Dan dari garis air tersebut dengan mudah pula kita tentukan luas tiap-tiap station yang masuk kedalam air. Gambar 8.52 adalah gambar lengkung bonjean yang digambar dengan cara yang lain. Teknik Konstruksi kapal 120 Gambar 8.52. Lengkung bonjean dalam bentuk lain. Pada gambar 8.52 semua lengkung luas station digambarkan pada satu sumbu tegak. Lengkungan untuk station bagian depan dan penampang tengah kapal digambar disebelah kanan sumbu tegak dan untuk station dibagian belakang kapal, digambarkan disebelah kiri sumbu tegak tersebut. Bentuk gambar ini tidak terlalu besar, tetapi untuk penggunaannya dibutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan, karena kita harus menghitung terlebih dahulu sarat yang masuk kedalam air dari tiap-tiap station untuk ini akan diuraikan lebih lanjut 4. Pemakaian Lengkungan Bonjean. Dengan gambar lengkung bonjean ini kita dapat menghitung volume displacement tanpa kulit untuk kapal baja pada bermacam-macam keadaan sarat, baik kapal itu dalam keadaan even keel (sarat rata) maupun kapal dalam keadaan trim atau garis air berbentuk profil gelombang (wave profil). Sedang untuk kapal kayu yang dihitung adalah volume displacement dengan kulit. Letak titik tekan memanjang B pada bermacam-macam keadaan seperti diatas juga dapat dihitung dari lengkung bonjean ini. Teknik Konstruksi kapal 121 Gambar 8.53. Cara pemakaian lengkung bonjean dalam keadaan trim. Untuk menghitung volume displacement dan titik tekan memanjang (B) kalau sarat depan dan sarat belakang diketahui, maka mula-mula kita ukurkan sarat depan di FP dan sarat belakang di AP pada gambar 8.53. Bidang garis air pada kapal dalam keadaan trim kita tarik sehingga memotong station AP, 1, 2….9, FP. Dari tiap titik potong station dengan garis air itu kita tarik garis mendatar memotong lengkung bonjean.Harga luas dari tiap-tiap station dapat dibaca pada garis horizontal itu. Sehingga luas tiap-tiap station yang masuk ke dalam air dapat diketahui yaitu AAP, A1, A2… A8, A9. Harga luas tiap-tiap station ini yang diperlukan untuk menghitung volume displacement dan titik tekan memanjang (B). Maka dapat menggunakan tabel 8.7. Teknik Konstruksi kapal 122Tabel 8.7 Station I Luas station (M2) II Faktor luas I x II Hasil III Faktor momen I x II x III Hasil AP 1 2 3 4 6 7 9 FP AAP A1 A2 A3 AFP a0 a1 a2 a3 a10 aoAAP a1A1 a2A2 a3A3 a10AFP -5 -4 -3 -2 +5 -5aoAAP -4a1a1 -3a2A2 -2a3A3 +5a10AFP Volume displacement V = k.h.¦1 ( M3.) Momen statis terhadap Ɏ = SɎ = k.h.¦2 (¦2 + ¦3) (M3.) Jarak titik tekan S ke midship ɎB = S0 = k.h.¦2 (¦2 + ¦3) ɎB = h. ¦2 + ¦3 Untuk menghitung volume displacement dan B pada kapal even keel (sarat rata) dan pada profil gelombang dilakukan cara yang sama seperti diatas. Untuk profil gelombang, maka profil gelombang digambar diatas gambar lengkung bonjean, dan pada tiap perpotongan station dengan profil gelombang ditarik garis horizontal sehingga memotong lengkung bonjean, untuk kemudian luas bagian-bagian yang masuk kedalaman dapat ditentukan seperti terlihat pada gambar 8.54. Teknik Konstruksi kapal 123 Gambar 8.54. Pemakaian lengkung bonjean, kapal di atas gelombang. Sedang bila kita menggunakan bentuk lengkung bonjean seperti gambar 8.54. Maka sarat untuk tiap-tiap station harus dihitung, sehingga dapat kita gunakan rumus : Tn = To+ xn. tgș Dimana :To = Tf + Ta . Tgș = Tf – Ta Teknik Konstruksi kapal 124 Gambar 8.55 Perhitungan sarat. Tn = sarat pada station yang tertentu. T = sarat pada penampang tengah kapal. Tf = sarat kapal pada FP. Ta = sarat kapal pada AP. Xn = jarak station yang tersebut ke penampang tengah kapal.Untuk bagian haluan Xn > 0 dan Untuk bagian belakang Xn < 0. ș = sudut antara garis air dengan garis mendatar. Lpp = panjang antara garis tegak. F. Rencana Umum ( General Arrangement ) Rencana umum atau general arangement dari suatu kapal dapat didefinisikan sebagai penentuan dari ruangan kapal untuk segala kegiatan ( fungsi ) dan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan letak dan jalan untuk mencapai ruangan tersebut. Sehingga dari batasan diatas, ada 4 langkah yang harus dikerjakan, yaitu : - Menetapkan ruangan utama. - Menetapkan batas – batas dari setiap ruangan. - Memilih dan menempatkan perlengkapan dan peralatan dalam batas dari ruangan tersebut. - Menyediakan jalan untuk menuju ruangan tersebut. Teknik Konstruksi kapal 125Langkah – Langkah Dalam Merencanakan General Arrangement Suatu Kapal Pembagian ruangan – ruangan utama ( main – spaces ) yakni : 1. Ruangan Muatan. 2. Ruangan mesin. 3. Ruangan akomodasi anak buah kapal dan penumpang. 4. Ruang Navigasi. 5. Tangki – tangki. 6. Ruangan lainnya. 1. Ruangan Muatan : ( cargo spaces ). ¾ Menentukan kebutuhan volume ruang muatan berdasarkan jenis, jumlah dan specific volume dari muatan yang akan diangkut. ¾ Menentukan panjang ruang muatan dan letak ruangan muatan kapal. ¾ Menentukan jumlah dan letak dari transverse watertight bulkhead berdasarkan perhitungan flodable length ( watertght subdivision ) dengan memperhitungkan rules klasifikasi mengenai hal ini, termasuk ketentuan mengenai collision bulkhead ( Forepeak bulkhead ) dan after peak bulkhead ( stuffing box bulkhead ). ¾ Menentukan tinggi double bottom berdasarkan peraturan klasifikasi. ¾ Menentukan frame – spacing berdasarkan peraturan klasifikasi. ¾ Menentukan jumlah dan tinggi geladak antara ( tween deck ) dengan memperhatikan jenis dari muatan yang diangkut kapal. ¾ Menentukan jumlah dan ukuran serta letak dari hatchways ( lubang palkah ). ¾ Menentukan jumlah, kapasitas dan letak dari ventilator trunk. 2. Ruangan Mesin : ( Machinery spaces ). ¾ Menentukan letak ruang mesin ( ditengah kapal, dibelakang kapal atau diantara tengah dan belakang kapal ) dengan mempertimbangkan jenis muatan, volume ruang muatan, ballast dan trim dan lain – lain. ¾ Menentukan kebutuhan volume ruangan mesin dan panjang ruang mesin dengan memperhatikan ukuran mesin induk dan layout kamar mesin. ¾ Menentukan ukuran mesin induk berdasarkan jenis, jumlah tenaga dan putaran mesin. Teknik Konstruksi kapal 126¾ Menentukan secara garis besar lay – out dari kamar mesin ( letak mesin induk, mesin – mesin bantu dan lain – lain peralatan utama ). ¾ Menentukan tinggi pondasi mesin dengan memperhatikan tinggi double bottom dan tinggi propeller shaft ( sumbu baling – baling ). ¾ Menentukan letak dan ukuran dari engine opening engine room skylight dan funnel ( cerobong ), dengan memperhatikan juga means of scape. ¾ Untuk lay – out dari kamar mesin perlu juga di perhatikan settling dan service tanks. 3. Ruangan akomodasi anak buah kapal dan penumpang : Menentukan letak, jumlah, jenis, kapasitas, dan ukuran dari ruangan – ruangan berikut ( termasuk perlengkapan didalamnya ) berdasarkan tingkatan dan jumlah anak buah kapal dan penumpang dengan memperhatikan super structure dan deck – house yang tersedia. ¾ Sleeping room. ¾ Mess room ( dining room ). ¾ Washing accommodation. ¾ Hospital. ¾ Galley dan provision store. ¾ Acces ( jalan ), ladder dan stairs dalam hubungannya dengan means of escape sesuai konvensi SOLAS 1960 / 1974. 4. Ruangan navigasi : menentukan letak dan luas dari ruangan navigasi yang meliputi : ¾ Wheel house. ¾ Chart room. ¾ Radio room. ¾ Dalam hubungan dengan navigasi perlu diperhatikan letak, jenis dan jumlah dari lampu navigasi yang dibutuhkan. 5. Tangki – tangki : Menentukan letak dan volume dari tangki – tangki ( yang merupakan bagian dari badan kapal ) berikut. ¾ Tangki ballast. ¾ Tangki air tawar, yang didasarkan atas jumlah anak buah kapal dan penumpang dan radius pelayaran. ¾ Tangki bahan bakar, yang didasarkan atas fuel consumption dan besarnya tenaga mesin serta radius pelayaran kapal. Pada umumnya dibedakan antara jenis bahan bakar H.V.F( Heavy Viscousity Fuel ) dan diesel oil. ¾ Tangki minyak pelumas yang didasarkan atas kebutuhan minyak pelumas. Teknik Konstruksi kapal 127¾ Tangki muatan cair ( deep – tanks untuk palm oil, latex, glyserine dan lain–lain ). 6. Ruangan – ruangan lain : ¾ Steering gear compartment, menentukan letak dan ukuran ruangan jenis, kapasitas dan ukuran steering gear yang dipakai yang didasarkan atas momen torsi dari kemudi ( yang tergantung dari luas kemudi displacement dan kecepatan kapal ). Juga dengan memperhatikan persyaratan SOLAS convention 1969 / 1974. Untuk ruangan akomodasi perlu diperhatikan jenis, jumlah dan ukuran dari side scuttle ( jendela kapal = side lights ) dan ukuran dari pintu. ¾ Menentukan lokasi dari ruangan untuk Emergency Source of Electrical Power. ¾ Menentukan lokasi dari CO2 room. ¾ Menentukan ruangan – ruangan berikut : Lamp store, paint store, rope store, electrical store, boatswain store etc. Peralatan bongkar muat : Menentukan jenis peralatan bongkar muat, jumlah, kapasitas dan ukuran dari derrick boom, mast, cargo winch yang didasarkan atas beban dari alat – alat bongkar muat ( S.W.L. = Safe Working Load ), berikut penempatan dari peralatan bongkar muat tersebut. Life – boat dan launching devices : ¾ Menentukan jenis, jumlah, kapasitas dan ukuran life boat serta penempatannya yang didasarkan atas jumlah anak buah kapal dan penumpang serta lokasi dari tempat tinggal anak – buah kapal dan penumpang diatas kapal. ¾ Menentukan jenis launching devices ( dewi – dewi = davits ), ukuran dan kapasitasnya yang didasarkan atas berat life – boat dan cara peluncurannya. Peralatan Tambat : ¾ Menentukan jenis, jumlah, kapasitas dari peralatan tambat berikut beserta penempatannya diatas kapal : Windlass ( mesin jangkar = anchor winch )Bollard ( bolder ). Warping winch. Port gangway ( tangga kapal ). Mooring capstan. ¾ Menentukan ukuran jangkar, rantai jangkar dan tali temali kapal yang di gabung atas equipment number dari peraturan klasifikasi. ¾ Menentukan ukuran dan letak dari chainlocker (kotak rantai) Next >