< Previous129Apresiasi SastraPasal 31. Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita.2. Apabila terpelihara kuping, kabar yang jahat tiadalah damping.3. Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat dari padanya faedah.4. Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fiil yang tiada senunuh.Pasal 31. Hati itu kerajaan di dalam tubuh, jikalau lalim segala anggota pun rubuh.2. Menguat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir.3. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala.4. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.Pasal 41. Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia.2. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu.3. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal.Pasal 61. Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat.2. Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru.3. Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan.4. Cahari olehmu akan abdi, yang ada baik sedikit budi.Pasal 71. Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta.2. Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampirkan duka.3. Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapaknya letih.4. Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya kurangPasal 81. Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya.2. Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahan nya.3. Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar daripada orang datangnya kabar.4. Keaiban orang jangan dibuka, keaiban diri hendaklah sangka.Pasal 91. Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan, bukannya manusia yaitulah setan.2. Kebanyakan orang yang muda-muda, di situlah setan tempat berduka.3. Adapun orang tua yang hemat, setan tak suka membuat sahabat.4. Jika orang muda kuat berguru, dengan setan jadi berseteru.Pasal 101. Dengan bapak jangan durhaka, supaya Allah tidak murka.2. Dengan lbu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat.3. Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ketengah balai.4. Dengan kawan hendaklah adil, supaya tangannya menjadi kafil (peme lihara).Pasal 111. Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa.2. Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela.3. Hendak memegang amanat, buanglah khianat.4. Hendak ramai, murahkan pe rangai.130#FSCBIBTB*OEPOFTJBEFOHBO&GFLUJGVOUVL,FMBT9**1SPHSBN#BIBTB2. Setelah teman Anda selesai membacakan gurindam tersebut di depan kelas, berilah penilaian atas penampilan teman Anda itu pada sebuah ta bel. Keterangan: (tabel tersebut diisi dengan pembubuhan huruf A, B, atau C)A = baik sekaliB = baikC = kurang baik4. Setelah Anda mendengarkan pembacaan gurindam dari teman-teman Anda, jelaskan setiap diksi dari keseluruhan diksi itu berda sarkan aspek:a. pembendaharaan kata;b. urutan kata;c. daya sugesti kata-kata. Ketiga aspek itu coba hubungkan dengan konteks kenyataan berba hasa Anda sehari-hari.5. Simpulkanlah keseluruhan isi gurindam tersebut dengan bahasa yang lugas dan tepat.6. Bertanyalah pada guru Anda atau teman-teman Anda jika ada hal-hal yang belum Anda mengerti.Pasal 121. Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu.2. Hormat akan yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai.3. Ingatlah dirinya mati, itulah asal berbuat bakti.Format Tabel PenilaianNama PenampilAspek yang DinilaiLafalIntonasiEkspresi131Apresiasi SastraDalam Pelajaran 7, kali ini, apresiasi akan lebih dikembangkan terhadap unsur-unsur tambahan lain dari sebuah cerpen. Untuk itu, Anda diharapkan aktif untuk berdiskusi dengan teman-temanmu dalam membahas unsur-unsur cerpen. Dalam diskusi, Anda dapat bertukar pikiran atau pendapat dalam membahas unsur pembentuk cerpen serta nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.Berikut adalah unsur-unsur dasar dalam cerpen yang harus dipahami oleh seorang pembaca cerpen.1. Tema Tema adalah ide sebuah cerita. Tema berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan. Tema ada dalam keutuhan cerita. Dengan demikian, cerpen yang dibaca akan me-nambah pengalaman lain terhadap banyak persoalan yang dihadapi manusia di kehidupan ini.2. Tokoh dan Perwatakan Ditentukan oleh kepandaian si penulis menghidupkan watak tokohnya. Tiap tokoh mem punyai kepribadian sendiri. Dengan demikian, pembaca akan merasa masuk dan menghayati cerpen.3. Alur Berhubungan dengan jalan cerita. Inti dari alur adalah lahirnya konflik dalam cerita. Untuk menghadirkan konflik, tidak bisa dipaparkan begitu saja. Dalam konflik terjadi pertarungan pelaku utama (protagonis) dengan tokoh pelawan (antagonis).4. Latar Terjalin erat dengan karakter, tema, dan suasana cerita. Latar menggambarkan situasi tempat dan waktu. Dari latar tempat tertentu dihasilkan tokoh tertentu dan teman tertentu.5. Sudut Pandang Menyangkut siapakah yang menceritakan cerita? Seorang pengarang, dapat menjadi pencerita langsung dengan memilih tokoh aku sebagai sudut pandang. Selain itu, seorang pengarang dapat menceritakan cerpen dengan penceritaan tokoh orang ketiga (dia atau nama orang).6. Gaya Menyangkut ciri khas pengungkapan pengarang dalam bercerita ataupun mengangkat tema.Menganalisis Cerpen yang Dianggap Penting di Periodenya CTujuan Belajar"OEBEJIBSBQLBOEBQBUrNFNCBIBTVOTVSpembentuk cerpen Indonesia dan cerpen UFSKFNBIBOr membandingkan nilai moral dalam cerpen Indonesia serta DFSQFOUFSKFNBIBO,FHJBUBONFOEJTLVTJLBOLBSZBcerpen.Sumber: Tabloid Fantasi, %FTFNCFSGambar 7.1132#FSCBIBTB*OEPOFTJBEFOHBO&GFLUJGVOUVL,FMBT9**1SPHSBN#BIBTBDalam pembelajaran ini, Anda akan belajar memahami unsur tema, bahasa, latar, penokohan, alur, serta nilai moral dalam cerpen.Sebagai contoh, perhatikanlah penjelasan berikut!1. Pembahasan Cerpen "Pada Suatu Hari Minggu" Karya Seno Gumira AjidarmaDalam cerpen "Pada Suatu Hari Minggu" pengarang menggu-nakan bahasa yang khas daripada bahasa cerpen yang kita kenali selama ini. Berulang-ulang pengarang menghadirkan letupan emosi para tokohnya. Coba kita lihat kembali petikan: "Yeah. Aku memang bukan Harry Roesli, aku cuma seorang pegawai". Pengarang sengaja menghadirkan watak tokoh suami ini tidak hanya kelakuannya saja. Pengarang memberi tekanan karakter juga pada ucapannya. Selain itu, munculnya diksi-diksi: tukang ngolor, tukang sogok, tukang koneksi, tukang kolusi, semakin menegaskan bahwa pengarang sedang melakukan kritik terhadap masyarakat sosialnya.Dari awal penceritaan sampai cerita berakhir, cerpen ini tidak menyebutkan tempat yang pasti. Akan tetapi, kita bisa meng-identifikasinya pada kehidupan sosial masyarakat cerita. Dalam cerpen ini, tersebutkan bahwa tokoh suami seorang pegawai: "... aku cuma seorang pegawai." Dengan kata lain, Cerita terjadi di daerah transisi antara kota dan desa. Sementara itu, waktu terjadinya cerita, yaitu waktu pagi dan sore pada hari Minggu.Selanjutnya, dengan meninjau perwatakan dalam cerpen ini, para tokohnya pun kita kenali. Dengan hanya terdiri atas dua orang, para tokoh ini dapat teridentifikasi melalui dialog-dialognya. Tokoh suami digambarkan sebagai seorang yang kritis, suka berpikir, dan pekerja keras: "Kenapa aku harus berpikir? Bukankah ini hari Minggu?" Akan tetapi, kebiasaan tokoh suami ini, sungguh tidak mengenal ruang. Meski berkali-kali diingatkan istrinya, tokoh suami masih saja berpikir tentang nasib dan pekerjaannya di hari Minggu sekali pun. Sebaliknya, tokoh istri, dalam cerpen ini memiliki watak sebagai pembanding emosi tokoh suami. Tokoh istri kerap melontarkan penyadaran emosi suaminya: "Namanya juga hari Minggu, santai-santailah, tidur-tidurlah, jangan pikirkan apa-apa. Kalau tidak, untuk apa ada hari Minggu?".Pada sisi lain, seluruh penceritaan cerpen itu berada dalam alur yang sederhana. Di awal cerita tersebutkan tokoh suami dan istri bercakap-cakap tentang makna hari Minggu. Kemu dian, tokoh suami mencoba mengingatkan profesinya sebagai akuntan. Sebentar saja, tokoh suami kembali lagi berpikir pada waktu sekarang. Ia lagi-lagi berpikir tentang hari esoknya (bayangan). Kegiatan membaca cerpen di QFSQVTUBLBBOTFLPMBISumber.BKBMBI Tempo, +VOJ3Gambar 7.2133Apresiasi SastraSelebihnya, cerita mengalir dalam waktu kekinian. Dengan demikian, pengarang dalam cerpen ini menggunakan alur maju dan alur mundur. Kehadiran alur mundur (kilas balik, kenangan) dan alur maju (waktu kini dan bayangan hari esok) semakin melekatkan cerpen ini pada tema yang sedang di bahasnya.2. Pembahasan Cerpen "Kisruh" karya Nam ChonghyonCerpen "Kisruh" karya Nam Chonghyon ini bercerita tentang kegelisahan seseorang tentang perilaku sang ayah yang mela-kukan subversi (penghancuran) terhadap pemerintahan. Dengan demikian, tema yang menjadi dasar penceritaan cerpen ini adalah perasaan bersalah seorang tukang kayu terhadap pemerintah dengan kasus yang terjadi pada ayahnya.Pengemasan tema dalam cerpen Nam Chonghyon meng-gunakan bahasa yang rumit, meskipun kata-kata dalam cerpen ini mudah dipahami. Hal tersebut dapat dipahami bahwa cerpen ini hasil sebuah kerja penerjemah. Penyajian kalimat demi kalimatnya (struktur penceritaan) terkesan berbelit-belit. Dengan kata lain, membaca cerpen ini butuh kejelian yang penuh. Munculnya diksi-diksi politik seperti subversi, patriotisme, dewan nasional, atau revolusi menjadi penanda bahwa cerpen ini membincangkan sebuah deskripsi terhadap persoalan hukum dalam masyarakat cerita.Terjadinya sebuah kekisruhan politik dalam cerpen ini tidak diceritakan, di mana letak terjadinya dan kapan peristiwa itu terjadi. Bahkan semenjak awal sampai akhir cerita pun, pengarang tidak menyebutkan waktu pagi, siang, sore, atau malam hari. Pengarang cukup memberi tanda waktu cerita itu pada bagian awal, pada suatu hari.Dalam cerpen "Kisruh" ini, pencerita (narator) atau tokoh utama menjadi samar. Penceritaan awal dan akhir dinaratorkan oleh tokoh Toksu. Sementara itu, di tengah-tengah cerita, secara bergantian, dinaratorkan tokoh Toksu dan tokoh istri. Toksu memiliki perangai keras. Sebagai tukang kayu, ia berkehendak menanyakan perilaku tokoh ayah yang sedang berada dalam penjara. Sementara tokoh istri memiliki perangai egois. Perhatikan petikan berikut."Aku tidak punya pikiran sejauh itu. Aku terlalu mementingkan diri sendiri, Toksu. Namun, aku hanya ingin mengemukakan hal yang sebenarnya. Kau mengerti hal itu, bukan?"Sementara itu, alur penceritaan cerpen ini bergerak maju. Pengarang menghadirkan jalan cerita secara mengalir. Pence ritaan balik tidak terlalu dominan. Penceritaan balik muncul sesekali 134#FSCBIBTB*OEPOFTJBEFOHBO&GFLUJGVOUVL,FMBT9**1SPHSBN#BIBTBketika tokoh Toksu dan istrinya menceritakan tokoh ayah. Begitu juga dengan waktu yang akan datang (bayangan). Tokoh Toksu dan istrinya berusaha menerka-nerka apa yang akan terjadi jika keduanya terlibat politik seperti tokoh ayah.3. Nilai Moral dalam Cerpen "Pada Suatu Hari Minggu" dan Cerpen "Kisruh"Pada bagian sebelumnya, kita sudah mencoba memahami kedua cerpen tersebut dengan mengenali unsur-unsur pem-bentuknya. Kedua cerpen tersebut, secara sederhana, bercerita tentang se bu ah kritikan yang dilontarkan masing-masing pengarangnya terhadap suatu hal. Selanjutnya, bagaimana perbandingan nilai moral kedua cerpen tersebut?Cerpen "Pada Suatu Hari Minggu" karya Seno Gumira Ajidarma memiliki nilai moral yang dapat kita petik, di antaranya: adanya suatu kedisiplinan kita untuk menghargai waktu. Dalam cerpen ini, pengarang memberi nilai lebih pada hari Minggu. "Kenapa aku harus berpikir? Bukankah ini hari Minggu?" Dengan demikian, cerpen ini mengingatkan kita meng hargai waktu luang untuk tetap menjaga kesehatan melalui istirahat. Selain itu, budaya Timur dalam cerpen ini pun dapat ter identifikasi. Tokoh istri tidak berani menyanggah pendapat suami. Tokoh istri hanya berdiri sebagai pengingat kekalutan tokoh suami yang masih memikirkan pekerjaannya di hari Minggu.Berbeda dengan cerpen "Pada Suatu Hari Minggu", cerpen "Kisruh" karya Nam Chonghyon, lebih menekankan pada kritik politik terhadap pemerintah masyarakat cerita. Meskipun sua sana kekisruhan politik hanya sebatas penceritaan tokoh Toksu, namun suasana politik cukup terasa bagi pembacanya. Budaya mo dern pun begitu jelas dihadirkan pengarang. Tokoh istri berani menge-luarkan pendapatnya terhadap sang suami. Posisi istri tidak hanya sebatas pendamping suami. Posisi istri lebih dihadirkan sebagai teman diskusi. Dengan demikian, tema perasaan bersalah dan berontak seorang tukang kayu (tokoh suami) terhadap nasib yang terjadi pada ayahnya itu semakin hidup dari awal sampai akhir penceritaan.Demikianlah perbandingan antara cerpen Indonesia dan cerpen terjemahan ini, secara singkat telah kita paparkan. Ada nilai lain yang dapat Anda ketahui antara struktur cerita dan nilai moral yang diungkapkannya masing-masing. Dapatkah Anda mengambil ajaran moral lain dari kedua cerpen tersebut? Menurut Anda, bagaimana pandangan sang pengarang terhadap diri Anda (pembaca)? Diskusikanlah pendapat Anda tersebut dengan teman-teman Anda.Mengenal -FCJI%FLBU Cerita pendek DFSQFO NFSVQBLBODFSJUBSFLBBOZBOHmemusatkan pada satu UPLPIEBMBNTBUVTJUVBTJ IJOHHBNFNCFSJLBOkesan tunggal UFSIBEBQQFSLBMJBOZBOHNFOEBTBSJDFSJUBtersebut. Karena CFOUVLOZB DFSQFOMFCJIcepat merefleksikan LFOZBUBBOEJTFLJUBSQFOHBSBOHTFDBSBMFCJIDFQBUEBOMFCJICFSBHBNdibandingkan novel.Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia,135Apresiasi Sastra1. Bacalah dua cerpen berikut! Satu cerpen ditulis oleh sastrawan Indonesia, yakni cerpen "Beras" karya Gus tf Sakai. Kemudian, cerpen berikutnya, ditulis oleh sastrawan Inggris, Evelyn Waugh. Satu cerpen Evelyn ini diambil dari buku Waugh, Evelyn, The Complete Short Stories and Selected Drawings yang telah diterjemahkan oleh Muhammad Rihardja ke dalam bahasa Indonesia, berjudul "Penumpang yang Simpatik". Lakukanlah kegiatan ini secara berkelompok.Cerpen 1Latihan 1FNBIBNBOBeras,BSZB(VTUG4BLBJSumber: Kumpulan cerpen Pembisik, "LVUFMBIMBNBCFSQJLJSUFOUBOHBQJ"QJZBOHCFTBS#FSLPCBSLPCBS,VCBZBOHLBOJBNFMBIBQIVMMFS QFOHHJMJOHBOQBEJ NFOKBEJLBOOZBHPTPOHEBOUJOHHBMEFCV,VUJVQ QVGGG CVLBOLBIBLBOTBOHBUJOEBIXBIBJ3BKBC ,PUBLPUBSVTVI PSBOHPSBOHTFMBMVNFOKBSBI LVMJIBUBQJEBMBNUFMFWJTJ,VUVOHHV LVUVOHHVEFOHBOEBEBCFSEFCBS3BTBTFOBOH MVBQBOSJBOH KVHBUBLTBCBS,VUVOHHVCFSIBSJIBSJCFSNJOHHVNJOHHV5BQJUBL UBLBEBBQJ1BSBQFSVTVIUFSOZBUBUBLTBNQBJLFLPUBJOJ%BOIVMMFSJUV EBOUVNQVLBOQBEJ TFPMBINFOHIBOUBNCBHJBOZBOHQFLBQBEBCFOBLLV4FNBLJOIBSJ TFUJBQXBLUV5BLQFEVMJBQBLBIBLVUFOHBIMFXBUBUBVUJEBLEJKBMBOJUV5BLQFEVMJBQBLBIXBKBI3VKBCBEBBUBVUJEBLEJIBEBQBOLV4VOHHVIIFSBO CBHBJNBOBNVOHLJOOBTJCCBJLTFMBMVCFSQJIBLLFQBEBTFPSBOHEVOHV "LVCFMVN TFMFTBJEFOHBOLPQJLV LFUJLBistri Pak Sareb masuk dengan cemberut.5BLBEBMJSJLBOHFOJU5BLBEBTFOZVNmeng goda."EBBQB 1BL4BSFCNFMFUBLLBOMBQCFSBT/BJL/BJLMBHJ #BSVLFNBSJOCJMBOH4VEBIHFMBTLPQJLVUFSIFOUJ UFSUFHVOEJEBHV)JMBOHTVEBIQBHJZBOHDFSBIMFOZBQUFMBIIBSJZBOHJOEBI3BTBCFODJ,VFNQBTLBOHFMBT#FSEJSJAda rasa geram seseorang mengingatkan LPQJLVCFMVNIBCJTUBQJBLVUBLQFEVMJ)JMBOHQBHJDFSBI-FOZBQIBSJJOEBI%JMVBSLFEBJ udara sengak langit sesak. Membuatku muak. Si EVOHV JUV BQBLBIJBNFNBOHNFOBIBOCFSBTEJIVMMFSOZB &NQBUIBSJZBOHMBMV BLVCFSUFNV,JEVO UFOHLVMBLPKFLQFOHVNQVMCFSBTEBSJLFDBNBUBOTFCFMBI*BTFPSBOHZBOHSJBOHEBOTFMBMVSBNBI*BTBOHBUUBIVTJBQBBLV CBHBJNBOBNFOHIPSNBUJLV5BQJIBSJJUVJBUBNQBLTFQFSUJUBLCFSFT*BNFOZBQBLV UBLVUEBOCBHBJSBHV*BCFSDFSJUBCFSCFMJUCFMJU NFOHVOHLBQLBOCFUBQBIJEVQUFMBITBOHBUTVMJU/JMBJVBOHNFOZVTVU)BSHBCBSBOHNFOJOHHJ4JBQBQVOUBIVJCV5BQJMBMV BQBVSVTBOOZBEFOHBOBLV 5BQJJOJTPBM3BKBCDadaku berdebar. "EBBQBEFOHBO3BKBC .BBG #BOHTFCFUVMOZBCVLBOTF136#FSCBIBTB*OEPOFTJBEFOHBO&GFLUJGVOUVL,FMBT9**1SPHSBN#BIBTBQFOVIOZBTPBM3BKBCEBOBLV.VOHLJOMFCJIUFQBUCJMBEJTFCVU3BKBCEFOHBONBTZBSBLBU#BILBONVOHLJOEFOHBOQFNFSJOUBI4VEBI-BOHTVOHTBKB"EBBQBEFOHBO3BKBC #FHJOJ "CBOHUBIVEBFSBILJUBLJOJSBXBOCFSBT#FSBTEJEBUBOHLBOEBSJMVBSEBFSBIEBOQFNFSJOUBIUFSQBLTBNFNCFMJCFSBTEFOHBOIBSHBHJMBHJMBBOEBSJMVBSOFHFSJ5FMBICFSVMBOHVMBOHQFNFSJOUBINFOHJNCBVBHBSQFUBOJUJEBLNFOBIBOCFSBT+BOHBOCFSTQFLVMBTJEBONFNQFSTVTBINBTZBSBLBU5BQJ3BKBChh"LVTFHFSBUBIV4FIBSVTOZB TBBUJUV BLVmemang tidak menunda. Kidun me mintaku NFOZBNQBJLBOOZBLF3BKBC.FOZBNQBJLBO "LVUFSCBZBOHBLBOUFMFWJTJ,FSVTVIBOJUV BQJ,VIFMBOBQBT6EBSBTFOHBLMBOHJUTFTBL"LVNFMBOHLBILFNPCJMLVKulupakan pagiku. Tapi saat kunci kuputar EBOQFEBMHBTLVUFLBO NFTJONPCJMUBLLVOKVOHIJEVQ.PHPLMBHJ #BILBONFTJONPCJMQVOUBLCFSQJIBLLFQBEBLV"LIJSOZBIJEVQ NFTLJUFSCBUVLCBUVL%BUTVOUVBLV#FSLFMFCBUXBKBI3BKBCEFOHBONPCJMCBSV#FOBSCFOBSCBSV#VLBONPCJMCFLBTTFQFSUJNJMJLLV4VOHHVIUBLEBQBUBLVNFOHFSUJ#BHBJNBOBVBOHCJTBNFOHFKBSTFPSBOHMFMBLJUFSCFMBLBOHTFQFSUJJUV 3BKBC LBUB"ZBI BEBMBIBEJLLV5BQJCBHJLVJBTBNQBI#VLBOIBOZBLBSFOBNFNBOHEJQVOHVUEJKBMBO5BQJLBSFOBJBTFMBMVKBEJCBHJBOZBOHNFNBMVLBOEBSJEJSJLV&OUBIVNVSCFSBQBJBEJQVOHVU BLVUBLCFHJUVJOHBU5BQJTBBUJUVBLVCFMVN TFLPMBIEBO*CVCBSVTBKBNFOJOHHBM&OUBICBHBJNBOBBXBMOZBLBNJCFHJUVCFSCFEB5BQJTBBUBLVNBTVL4% JBNFOHVUBSBLBOLFQBEB"ZBICBIXBJBUBLJOHJOTFLPMBI%BOEBSJTBOBMBITFHBMBOZBCFSNVMB"LVKBEJNBLIMVLMVBS JBKBEJNBLIMVLSVNBI"LVUFSLFOBMCFSUFNBOCBOZBL JBIBOZBCFSLBXBOUFSOBL"LVCFSLFMBIJ JBDFQBUTFNCVOZJ"LVTVLBXBOJUB JBNBMBICBHBJCBODJ%BOZBOHQBMJOHNFNCVBULVNVBL"ZBITFMBMVNFNJOUBLVVOUVLNFOHBKBSJ3BKBCUVMJTCBDB4FCFMVN"ZBIKVHBNFOJOHHBM 3BKBCEJCFSJTFCJEBOHTBXBI4FCJEBOHLFDJM UBQJJUVMBIDJLBMTFHBMBOZB5BLNBTVLEJBLBMLVCBHBJNBOB3BKBCCJTBCFSCVMBOCVMBOIBOZBEJTJUV UBQJCFSUBIVOUBIVOTFTVEBIOZB FOUBILBQBO BLVUFSLFKVULFUJLBUBIVCBIXBTBXBILFDJMJUVUFMBINFOKFMNBCFSCJEBOHCJEBOH#BHBJNBOBDBSBOZB 4BOHBUCVTVLXBMBVTFEFSIBOBPSBOHPSBOHCFSVUBOHMBMVNFOHHBEBJLBOTBXBILFQBEBOZB4FQFSUJKVHBBLVEBOTFNVBTBXBIXBSJTBOBZBI TBUVEFNJTBUVCFSBMJI KBEJNJMJLOZB LBSFOBBLVUBLQFSOBINFOEBQBULBOSF[FLJZBOHDVLVQVOUVLNFNCBZBSVUBOHLV4FLBSBOHMJIBUMBI4BNQBJLFTBOB OZBSJTTFNVBBEBMBITBXBIOZB%BOIVMMFSJUV TFUJBQIBSJ CFSBUVTSBUVTLJMPNFOFMBOQBEJ.FOKBEJLBOCFSBT.FOHVDVSVBOH4VOHHVIIFSBO%JLPUBJOJ CVLBOLBIUJEBLIBOZBJBZBOHCFSEBHBOHCFSBT NFNJMJLJTBXBIEBOHJMJOHBO1BEJ 5BQJLFOBQB3BKBC #BILBOIBSHBCFSBTCJTBUJCBUJCBOBJL DVNBLBSFOBJBNFOBIBOOZB%BUTVOUVBLVLFNCBMJUFSCBUVLCBUVL4BBUBLVNFOVLBSHJHJEJKBMBOZBOHTFEJLJUNFOBOKBL JBNBUJ"LVHFSBN#FODJ,VQVUVTLBOVOUVLCFSKBMBOLBLJ5BLCFHJUVKBVI5PIBUBQIVMMFSUFMBIUBNQBL"EBQVMBKBMBOQJOUBTMFXBUUJHBQFUBLTBXBIEBOMBEBOHTJOHLPOH4FNBLJOEFLBU UBQJUBLUFSEFOHBSQPQpop gilingan.1JOUVIVMMFSUBNQBLUFSUVUVQ UBLBEBCFOUBOHBOQBEJ*BTFOHBKBNFOVUVQIVMMFSOZB.FNCJBSLBOIBSHBUFSVTOBJL%JEBMBNTBOB LVQBTUJLBOUFOUVMBIUFOHBINFOVNQVLCFSLJMPLJMPBUBVCBILBONVOHLJOCFSUPOUPOHBCBIAku tertegun. Gigiku gemeretak. Aku TVEBIBLBONFMBOHLBILFUJLBMBQBUMBQBUUFSEFOHBSTVBSBCFSDBLBQDBLBQ,VTJCBLLBOEBVO,VKVMVSLBO*FIFS"EBCFCFSBQBPSBOH LFMVBSEBSJTBNQJOHCFMBLBOHIVMMFS.FNBOH BEBQJOUVMBJOEJTJUV5FSJNBLBTJI5VIBO#BOH3BKBCNFOFQBUJKBOKJ*BUBLNFOKVBMOZB4VOHHVICFSCVEJ,BMBVCFSBTZBOHsekarang ini bukan untuk kita, coba, dengan BQBLJUBIBSVTNFNCFMJ h*BCVLBOQFEBHBOHUBQJOBCJ0SBOHorang seperti itu memang selalu didatangkan 5VIBOQBEB[BNBO[BNBOTVMJU"Andai tidak kemarau. Andai panen tak gagal ..."137Apresiasi SastraCerpen 2+BOHBOCFSBOEBJBOEBJ#FSEPBTBKBBHBSmusim tanam kembali normal."Aku terpaku. Percakapan mereka. Aku LFOBMEVBUJHBPSBOH"OBLCVBI3BKBC1BSBQFUBOJOZBMemang kemarau. Kabut asap. Hutan UFSCBLBS,FOBQBBLVUBLUFSQJLJSJUV 5BQJ3BKBC5FUBQJ3BKBC"QBLBINFSFLBUBLTBMBI /BCJ1VGGGLFMBQBSBONFNCVBUPSBOHPSBOHKBEJCVUBSumber: Kumpulan cerpen Pembisik Penumpang yang Simpatik,BSZB&WFMZO8PVHISumber: www.amazone.com,FUJLB5VBO+BNFTCBSVNFOVUVQEBVOQJOUVZBOHUFMBIEJUJOHHBMLBOOZBCFCFSBQBMBOHLBIEJCFMBLBOHOZB NVTJLEBSJTFCVBIQFTBXBUSBEJPMBOHTVOHNFMFEBLMFEBLLFMVBSEBOTFNVBKFOEFMBZBOHBEBEJSVNBIOZBJUV"HOFTZBOHTFEBOHCFSBEBEJEBQVSMBIZBOHNFOHIJEVQLBOQFTBXBUSBEJPEFOHBOMBOUVOBOTFCVBIMBHVJUV4FNFOUBSBJTUSJOZB /ZPOZB+BNFT TFEBOHEJLBNBSNBOEJBerbagai QSPHSBNBDBSBEBSJSBEJPZBOHTFCFOUBSTFCFOUBSCFSHBOUJHBOUJ UFSVTUFSEFOHBS NFOHJLVUJMBOHLBI5VBO+BNFTNFOVKVLFHBSBTJIJOHHBNPCJMNVMBJNFMBKVNFOVKVKBMBOLFDJMEJEFQBOSVNBI%JBUFMBINFOZFUJSTFKBVIEVBCFMBTNJMLFBSBITUBTJVO EBOEBMBNQFSKBMBOBOTFKBVIMJNBNJMQFSUBNB JBNBTJIEBMBNTVBTBOBIBUJZBOHHVOEBI4FCFOBSOZBLFUJLBNFOHIBEBQJTFUJBQNBTBMBI 5VBO+BNFTBEBMBIUJQFMBLJMBLJZBOHTFMBMVNFOBNQJMLBOTJGBUOZBZBOHMFNCVU5BQJTBZBOHOZBUJEBLEBMBNTBUVIBM%JBBLBOCFSVCBINFOKBEJLBTBSLFUJLBNFOEFOHBSLBOCVOZJEBSJSBEJP%JBTBOHBUNFNCFODJSBEJP#VLBOIBOZBLBSFOBUJEBLNFNCFSJLBOQBEBOZBIJCVSBOTFEJLJUQVOSBEJPKVHBTFMBMVNFNCFSJLBOSBTBZBOHBLBONFOKBMBSLFTFLVKVSUVCVIOZB%BOEBMBNCFCFSBQBUBIVO EJBUFMBICFSQVSBQVSBNFOHIBSHBJQFOFNVBOBUBTQFTBXBUSBEJPJUV4FCFOBSOZBJBNFOZBEBSJCBIXBTJLBQOZBJUVUFMBINFMBXBOLBUBIBUJOZBTFOEJSJUBQJEJBUFSQBLTBNFMBLVLBOJUVVOUVLNFOHIJOEBSJNVTVINVTVIOZBNFMBLVLBOLPOTQJSBTJEFOHBOQFOZJBSBOSBEJPEFOHBONBLTVENFOHHBOHHVEBONFOZBLJUJIBUJOZBEBMBNNBTBNBTBZBOHTFIBSVTOZBUFOBOHEBMBNIJEVQOZB5VBO+BNFTCFMVNCJTBEJLBUBLBOTFCBHBJTFPSBOHZBOHUFMBIV[VS UBQJJBKVHBUJEBLNVEBMBHJ1BEBLFOZBUBBOOZBEBMBNVTJBOZBQBEBQFSUFOHBIBOMJNBQVMVIBOJUV 5VBO+BNFTTFMBMVNFODJOUBJLFIFOJOHBO5BQJTBZBOH /ZPOZB+BNFTUJEBLQFSOBINFNCBHJTFEJLJUQVOLFIFOJOHBOEBMBNIJEVQ5VBO+BNFT4FLBSBOHNFSFLBUJOHHBMCFSTBNBTBNBEBMBNTFCVBISVNBILFDJMKBVIEBSJQVTBULPUB EVBCFMBTNJMEBSJMPLBTJIJCVSBOZBOHmemadai.#BHJ/ZPOZB+BNFT SBEJPBEBMBIBMBUCBOUVZBOHCJTBNFOHIVCVOHLBOJNBKJOBTJOZBQBEBUSPUPBSZBOHCFSTJI LBDBFUBMBTFUPLPZBOHNFOHLJMBQ EBOQFSUFNVBOEFOHBOKVUBBOUFNBO4FEBOHLBOCBHJ5VBO+BNFT SBEJPUFMBINFOZFCBCLBOUFSKBEJOZBCBOZBLQFMBOHHBSBOUFSIBEBQQSJWBTJOZB%JBUFMBIMBNBUFSLFLBOHEBMBNLFNBSBIBOOZBZBOHTFNBLJOUVNCVIUFSIBEBQLFUJEBLTPQBOBOTJLBQJTUSJEBOQVUSJOZBTFCBHBJEVBQFSFNQVBOZBOHQBMJOH138#FSCBIBTB*OEPOFTJBEFOHBO&GFLUJGVOUVL,FMBT9**1SPHSBN#BIBTBEFLBUEFOHBOOZBZBOHKVHBTFIBSVTOZBNFOHFSUJBQBZBOHUJEBLEJTVLBJOZB,FUJLBNBTJIUFOHHFMBNEBMBNLFDBNVLQFSBTBBOOZB EJUFQJKBMBO 5VBO+BNFTNFMJIBUTFPSBOHMBLJMBLJCFSCBEBOCFTBSEBOUFHBQZBOHLJSBLJSBTFVTJBEFOHBOOZB NFNCFSJUBOEB NFNJOUBUVNQBOHBO5VBO+BNFTQVOCFSIFOUJ4BZBCFSIBSBQ"OEBNFOVKVLFTUBTJVOLFSFUBBQJ -BLJMBLJJUVCFSCJDBSBTPQBOEFOHBOTVBSBZBOHSFOEBI BHBLTFOEV:B TBZBIBSVTNFOHBNCJMTFCVBIQBSDFMEJTBOB/BJLMBI5FSJNBLBTJI-BLJMBLJJUVNFOHBNCJMUFNQBUQFSTJTEJTBNQJOH5VBO+BNFT4FQBUVCPPUOZBUFSMJIBUberdebu. Dia membenam pada tempat duduk, LFMFUJIBO TFBLBOBLBOEJBEBUBOHEBSJUFNQBUZBOHTBOHBUKBVI%JBNFNJMJLJUBOHBOCFTBSZBOHLPUPSEFOHBOCVMVLFBCVBCVBOEBOUVMBOHZBOHUFSMJIBUQBEBQFSNVLBBOLVMJUZBOHBHBLLFSJQVU4FMBNBTBUVNJMMFCJI QFOVNQBOHJUVUJEBLCFSCJDBSB,FNVEJBO UJCBUJCBEJBCFSUBOZB"QBLBIBEBQFTBXBUSBEJPQBEBNPCJMJOJ "Tidak ada.""QBHVOBOZBUPNCPMJUV JBNVMBJNFNFSJLTBEBTCCPBSE%BOJUV 4BUVOZBBEBTUBSUFSPUPNBUJT:BOHTBUVOZBMBHJVOUVLNFOZBMBLBOSPLPL5BQJEVBEVBOZBUJEBLCFSGVOHTJMBHJ5VBO+BNFTNFMBOKVULBOEFOHBOQFSLBUBBOZBOHBHBLUBKBN+JLB"OEBNFOVNQBOHEFOHBOIBSBQBOCJTBNFOEFOHBSLBOSBEJPEBSJNPCJMJOJTBZBLJSBBEBCBJLOZBTBZBNFOVSVOLBOEBONFNCJBSkan Anda mencoba keberun tungan de ngan NFOHIFOUJLBONPCJMMBJOOZBZBOHCBSBOHLBMJTBKBNFNJMJLJSBEJP:B 5VIBO LBUBQFOVNQBOHJUVUFSLFKVU KBOHBOTBMBITBOHLB4FCFOBSOZBBLVCFODJdengan radio.",FCFUVMBO4BZBKVHB5VBO TFCFOBSOZB"OEBBEBMBITBUVTBUVOZBPSBOHZBOHQBMJOHCBJLEJBOUBSBKVUBBOPSBOHZBOHQFSOBITBZBUFNVJ4BZBNFSBTBEJSJTBZBUFMBINFOEBQBULBOIBLJTUJNFXBLBSFOBUFMBICFSLFOBMBOEFOHBO"OEB LBUBMBLJMBLJCFTBSJUVEFOHBOQFOVIsimpati.5FSJNBLBTJI,FNVEJBO5VBO+BNFTNFMBOKVULBOQFNCBIBTBOUFOUBOHLFUJEBLTVLBBOOZBQBEBSBEJP1FOFNVBOBUBTSBEJPJUVBEBMBITFTVBUVZBOHNFOKFOHLFMLBOMata si penumpang bersinar dengan TJNQBUJZBOHCFSHBJSBI3BEJPNFNBOHCVTVL3BEJPJUVLFKBN"Benar sekali."Sumber.BKBMBIHorison +VOJ2. Setelah Anda membaca kedua cerpen tersebut, bahaslah hal-hal berikut. a. Tentukan isi setiap cerpen tersebut dengan bahasa yang se derhana. b. Apa yang menjadi tema atau dasar cerita dari kedua cerpen tersebut? c. Deskripsikan penggunaan bahasa yang digunakan kedua pengarang dalam setiap cerpennya dengan mencantumkan alasan yang mendukung. d. Sebutkan waktu dan tempat (latar) terjadinya cerita dari kedua cerpen tersebut. e. Tentukan setiap karakter dari kedua cerpen tersebut dengan menunjukkan bukti yang mendukungnya.Next >