< Previous179Latihan Semester 14. Bacalah kutipan puisi berikut.Seperti Adam yang terpisah dari HawaSenja terasa sangat tua dan memarSebuah penantian dan ketidakpastian yang panjangHati ini lelah seperti daun yang menguning Karya Suharlin, 2005 Majas apa saja yang terdapat dalam puisi tersebut?5. Tuliskanlah urutan antarnuansa makna yang terdapat dalam syair lagu berikut.Terbaik UntukmuPenyanyi TanggaAku sadar kalau kini Kita sudah s'makin menjauh Sempat aku berpikir ini Kau yang menginginkannya Lepas dari pelukku Oh, kini aku sadari Ini salahku Tak ingin ku terlambat dan sesali ReffMaafkanlah bila ku selalu Membuatmu marah dan benci padaku Ku lakukan itu semua Hanya tuk buatmu bahagia Mungkin ku cuma tak bisa pahami Bagaimana cara tunjukkan maksudku Aku cuma ingin jadi terbaik untukmu Aku ingin kau tetap di sini bersamaku Jangan pergi Berikan satu kesempatan Untuk ku membuktikan Sesungguhnya cintaku Sumber: www.lirikmania.or.idSyair Lagu 1180Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa kau membuat ku berantakankau membuat ku tak karuan kau membuat ku tak berdaya kau menolakku acuhkan diriku bagaimana caranya untuk meruntuhkan kerasnya hatimu kusadari ku tak sempurna ku tak seperti yang kau inginkankau hancurkan hatiku dengan sikapmutak sadarkah kau telah menyakitikulelah hati ini menyakinkanmucinta ini membunuhku bagaimana caranya untuk meruntuhkan kerasnya hatimu kusadari ku tak sempurna ku tak seperti yang kau inginkanReffkau hancurkan aku dengan sikapmutak sadarkah kau telah menyakitikulelah hati ini menyakinkanmucinta ini membunuhkuSumber: www.lirikmania.or.idCinta ini MembunuhkuD'MasivSyair Lagu 2Menelaah Sastra Prosa dan Puisi181 vTahukah Anda, memberi komentar merupakan salah satu bentuk dari apresiasi terhadap sebuah karya. Lalu, bagaimana dengan menelaah karya sastra prosa dan puisi? Pada saat Anda menelaah karya tentunya Anda akan berargumen mengenai karya yang dibaca atau telaah. Untuk membekali ilmu Anda pada saat menelaah karya, pada pelajaran kali ini Anda akan mencoba mendalami bagaimana menelaah karya dengan baik dan sesuai dengan ilmunya. Untuk itu, sudah siapkah Anda untuk memulai pelajaran kali ini?181Sumber : Sampul Buku Angkatan 2000Pelajaran 10Menelaah Sastra Prosa dan PuisiPeta KonsepAlokasi waktu: 16 jam pelajaranterdiri atasmelaluiprosesmelaluiprosesmelaluiprosesmelaluiprosesKegiatan BersastraMenganalisis sikap penyairMengetahui prinsip-prinsip penulisan kritikMenemukan tema, plot, tokoh, perwatakanMembahas ragam cerpen Indonesia dan terjemahanrNFOKFMBTLBOunsur babak dramarNFOEJTLVTJLBOmateri hasil identifikasirNFOKFMBTLBOunsur cerpen terjemahrNFOKFMBTLBOunsur cerpen IndonesiarNFNBIBNJprinsip-prinsip kritikrNFOFOUVLBOsikap penyairrNFOFOUVLBOtema182Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa Proses mendengarkan pembacaan puisi terjemahan ini dapat dilakukan melalui kegiatan menyimak kreatif. Dalam menyimak kreatif, ada beberapa langkah yang harus diper hatikan, di antaranya:a. menghubungkan makna-makna dengan segala jenis penga-laman Anda;b. membangun dan memerhatikan unsur-unsur citraan dengan baik;c. mengadaptasikan citraan dalam puisi dengan pikiran-pikiran imajinasimu untuk menciptakan karya baru; d. menyimpulkan beberapa persoalan yang telah dipahami.Dengan berbekal pengetahuan proses menyimak kritis ini, Anda dapat dengan mudah memahami sebuah pembacaan puisi terjemahan. Sekarang, Anda akan mendengarkan pembacaan puisi karya Gerry van der Linden dari Belanda yang diterjemah-kan Linde Voute. Bacakanlah puisi terjemahannya oleh salah seorang Anda.VertelKarya Gerry van der Linden Zeg het me.Nu je op een stoel zit, handenachter het hoofd, oog opzij. Vertelaan mij hoe de regen valt. Hoede hemel valt, de laatste regen valten de straat, je haren en de geurvan wolken, he ademenvan apples op een schaal. Nietzoals je kijkt.Om beet te pakken en op te eten.Een huilende man die in een appel bijt.Majalah sastra Horison menjadi satu-satunya majalah khusus sastra.Sumber: Sampul majalah Horison, April 2002CeritakanlahKatakanlah kepada saya.Kini engkau duduk di kursi, tangandi belakang kepala, mata terpasang di sisi.Ceritakanlah,Menganalisis Sikap Penyair dalam Puisi TerjemahanATujuan BelajarAnda diharapkan dapat:rNFOFOUVLBOJTJQVJTJyang dibacakan;rNFOFOUVLBOTJLBQpenyair;rNFOFOUVLBOUFNBGambar 10.1Berikut ini adalah terjemahannyaMenelaah Sastra Prosa dan Puisi183Secara umum, puisi tersebut berisi permohonan se seorang pada seseorang lainnya. Hal tersebut bisa dilihat dari judul puisi, "Ceritakanlah." Permohonan tersebut, ditegaskan pada awal bait penulisannya: Katakanlah kepada saya/Kini engkau duduk di kursi, tangan / di belakang kepala, mata terpasang di sisi/ Ceritakanlah// Diksi ceritakanlah, kembali diulang pada akhir bait pertama ini. Dengan demikian, penyair ingin menegaskan permohonannya.Sejalan dengan isinya, puisi karya penyair Belanda ini bertemakan seseorang yang berharap penjelasan sesuatu yang belum diketahuinya. Penjelasan yang diharapkan seseorang itu berupa: ... bagaimana hujan turun/Bagaimana langit jatuh, hujan yang terakhir jatuh/dan jalan, rambut, dan bau//awan-awan ...Berdasarkan hakikatnya, puisi memiliki empat unsur, yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.Sekarang, Anda lihat unsur perasaan (feeling) dalam puisi tersebut. Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut terekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Perasaan penyair dalam membicarakan persoalannya pastilah berbeda-beda. Dalam puisi "Ceritakanlah", Gerry memiliki kekhasan dalam memohon atau meminta sesuatu itu kepada orang lain.Sementara itu, nada atau perasaan penyair terhadap pemba-canya, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir atau bersikap lugas dalam menceritakan sesuatu kepada pembacanya? Berdasarkan pernyataan itu, dalam puisi "Cerita-kanlah" penyair bersikap lugas dalam mengung kapkan perasaan-nya. Objek yang dibicarakan tidak rumit pengemasannya. Gaya tutur seperti: katakanlah kepada saya, menjadikan pembaca mudah untuk memahaminya. Penyair mengamanatkan kepada pembaca agar bersikap kritis dengan mengajak berpikir untuk mengetahui segala hal yang belum diketahui. Apakah Anda mempunyai kepada saya bagaimana hujan turun. Bagaimanalangit jatuh, hujan yang terakhir jatuhdan jalan, rambutmu, dan bauawan-awan, napas buah-buah apel di pinggiran. bukan seperti yang engkau pandang.Untuk memegang dan memakan.Seorang laki-laki yang nangis menggigit buah apel.Sumber: Majalah Horison, April 2002Mengenal Lebih Dekat Gerry van der Linden (Eindhoven, 1952), memublikasikan sajak-sajaknya untuk pertama kali di majalah Gedicht. Tiga tahun kemudian, dia menerbitkan kumpulan sajaknya yang pertama, berjudul De Aan tekening. Selepas itu, dia meninggalkan Belanda untuk beberapa lama dan tinggal serta bekerja di San Francisco. Pada 1990, kumpulan sajaknya yang kedua Val op de rand terbit di Belanda. Gerry van der Linden juga mener-bitkan kumpulan sajak terbarunya, Uitweg..Sumber: Majalah Horison, April 2002184Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa persepsi sendiri terhadap puisi terjemahan tersebut? Anda dapat mendiskusikan persepsi Anda dengan teman-teman Anda.1. Simaklah puisi karya Brigitte Oleschinski dari Jerman yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nikmah Sardjono berikut. 2. Bacakanlah puisi terjemahannya oleh salah seorang teman Anda.3. Selama teman Anda membacakannya tutuplah buku Anda.4. Setelah Anda selesai mendengarkan pembacaan puisi tersebut, ten tukan hal-hal berikut.a. Berisi tentang apa puisi "Teriakannya yang Bagai Lengkingan" itu?Latihan PemahamanSain Kleiner Schafschrei zum Schluß, das seitärts gebleckte Gebiß, die zierlichenEmbryo-Ohren. Wo sind wir jetzt, Gebell unter Händenund Knien, wer hat hier wen gejagt.Er klang wie ein Kind, weitab in der Hundskamillehätte ich ihn stillen wollen.Norch im Schlafschrie das Fell, jede Poreim Schorf blieb durstigTeriakannya yang Bagai Lengkingandomba kecil dalam sakratul maut, gigi-giginya menyeringai, telinga embrionya yang manis. Di mana kita kini, melolong di bawah tangan dan lutut, siapa memburu siapa?Teriakan itu mirip jerit kanak, nun jauh di ladangbunga Camomile liar. Aku dulu sudah ingin menyusuinya.Bahkan dalam tidurnya,bulu-bulunya menjerit, tiap poridi bekas lukanya tetap dahagaMenelaah Sastra Prosa dan Puisi185Sudah selayaknya, Anda mampu mendekati dan mengenali beragam cipta sastra itu dengan hati terbuka. Cipta sastra merupakan perwujudan pengalaman indera dan pengalaman pengarang secara intensif yang diungkapkan dalam tulisannya. Dalam keintensifan pengungkapan itulah, Anda akan menemu kan aneka warna pengalaman: kegelisahan, kepedihan, ketenteraman, atau kebahagiaan. Nah, untuk dapat mendekati, mengenali, dan memahami sejumlah pengalaman dalam cipta sastra itu, Anda harus mendekati dan mengenalinya secara intensif pula.Berangkat dari pernyataan tersebut, mengenali ragam cipta cerpen pun perlu kita raih. Antara cerpen Indonesia dan cerpen terjemahan, selintas tampak sama. Gagasan dalam kedua cerpen tersebut telah tertuang ke dalam satu bahasa, bahasa Indonesia. Akan tetapi, di balik kemiripannya itu pasti terdapat satu atau beberapa hal yang berbeda. Benarkah demikian? Mari, Anda buktikan kebenarannya dalam uraian berikut.Pilihlah dua orang teman Anda untuk membacakan cerpen terjemahan dan cerpen Indonesia. Cerpen Indonesia yang akan Anda dengarkan kali ini adalah cerpen "Anakku" karya Mia Triana. Tutuplah buku Anda dan simaklah dengan saksama.b. Apa yang menjadi tema dalam puisi itu? Kemudian, berikan alasan/bukti atas tema yang Anda tentukan itu dengan kalimat yang jelas.c. Bagaimana sikap penyair terhadap objek yang sedang dibica rakannya?Membahas Ragam Cerpen Indonesia dan Terjemahan BTujuan BelajarAnda diharapkan dapat:rNFOKFMBTLBOVOTVScerpen terjemah;rNFOKFMBTLBOVOTVScerpen Indonesia.Aku hamil lagi. Ini kehamilanku yang ketujuh. Gila! Yah, memang gila. Aku yang hanya istri seorang tukang las, tinggal di rumah petak, jauh dari kemewahan, akan memiliki tujuh anak!Aku tak bisa seperti ibu-ibu yang lain yang begitu gembira menyambut calon bayinya. Memamerkannya dengan bangga pada para kenalan, rajin berkunjung ke dokter, atau mela-kukan segudang persiapan lain yang diperlukan untuk menyambut makhluk kecil yang begitu didamba. Aku tidak bisa seperti itu. Bagiku, ini malah seperti bumerang.Bayangkan, aku harus menebalkan telinga karena omongan tetangga yang tahu aku hamil lagi. Belum lagi cibiran yang begitu meng-hunjam hati. Lasmi hamil lagi? Seperti kucing saja! Gilanya lagi, mereka menuduhku tak mau membatasi kelahiran. Sialan ....Siapa bilang aku tak mau ikut KB? Siapa bilang aku paling senang beranak? Kalau boleh AnakkuKarya Mia Triana 186Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa memilih, aku juga ingin hidup layaknya orang hidup. Ingin memiliki dua anak dan seribu keinginan lain yang tidak pernah kesampaian.Aku sudah berusaha mengatur kelahiran anak dan membatasinya. Malah makin subur!Hati kecilku berontak! Kenapa sih orang mencibir melihatku banyak anak? Apa karena aku miskin? Apa mereka takut keluargaku akan membuat mereka repot? Kuakui kami miskin, bahkan mungkin sangat miskin. Tapi kami punya harga diri. Kami tidak pernah meminta belas kasihan kepada siapa pun! Kami tak pernah meributkan kehidupan kami. Tapi jus tru orang lain yang pusing dan meributkan ka mi. Heran ....Karena perbuatan itu, kepalaku jadi sering pusing. Aku jadi tersiksa. Baru kali ini aku merasakan hamil yang begitu menyiksa dan menunggu masa kelahiran terasa begitu lama. Kamis jam sebelas malam, si kecil akhirnya lahir juga, di rumah, beralaskan tikar, tanpa bidan apalagi dokter. Hanya ditunggui seorang dukun beranak. Dibandingkan keenam anakku yang lain, kelahiran kali ini terasa lain. Si kecil mengeluarkan tangis setelah setengah jam lewat. Itu pun atas bantuan dukun yang sudah berusaha membuat si kecil menangis, dan tangisnya lirih sekali ... Seperti kucing!Anakku perempuan lagi, cantik, montok, dan lengkap. Aku bersyukur. Tapi ia yang meng-ganjal hatiku, yaitu mata anakku terpejam terus dan tangisnya sangat mahal. Aku ciumi anak itu. Kau terpejam terus, Nak? Takut melihat sumpeknya dunia ya? Takut melihat kemiskinan yang telah menghadang di depan mata, ya? Hingga untuk menangis pun kau tak mampu. Kasihan kau, Nak! Begitu rintihku dalam hati.Sampai hari kelima dia masih terpejam matanya. Tangisnya sangat lemah. Dia tidak mau menyusui. Padahal susuku sudah penuh isinya. Hanya madu yang masuk lewat mulut mungilnya. Pipi montok anakku hilang. Wajah-nya jadi kurus dan mata itu masih terpejam, napasnya jadi sesak. Aku yakin anakku ada kelainan, tapi apa? Kenapa, ya, kesadaran datangnya selalu terlambat? Setelah badan anakku menjadi biru-biru.Kubawa ia ke rumah sakit. Air mataku bercucuran. Tuhan, jangan ambil dia. Aku kini mencintai dia. Kuakui dulu aku menolaknya, berusaha membuangnya, bahkan tak meng-harapkan kehadirannya.Sepanjang malam kutunggu dia. Aku tak menghiraukan keadaan diriku. Bagiku, saat ke-sembuhan anakku sangat berarti. Aku sangat menyadari, ternyata dia begitu berharga bagiku.Manusia kadang sok pintar, sok serba tahu. Seandainya dulu aku menerima apa adanya kehadirannya, mungkin Tuhan tak akan meng hukumku seperti ini.Melihat keadaan anakku, hatiku dicabik-cabik. Selang infus dan jarum-jarum berlomba menyentuh tubuh mungil anakku. Aku yakin dia sangat kesakitan. Ya, Tuhan, andai sakit itu bisa berpindah ke tubuhku, aku rela me nerimanya. Jangan siksa dia, Tuhan. Sedari awal kehadiran dia di kandunganku, aku belum pernah menyayanginya. Kalau boleh aku menebusnya sekarang. Jangan ambil dia, Tuhan ....Tepat azan subuh anakku pulang ke pangkuan-Nya. Aku tak mampu menggapainya. Ya Tuhan ... jangankan untuk menggendong dan membelainya, melihat dan meminum air susu ia tak mau. Marahkah anakku padaku?Aku jadi serba salah. Kesedihan hatiku dan tangisanku malah ditertawakan para tetangga. Mereka bilang aku pura-pura sedih. Bukankah kematian dan kepergian anakku itu yang justru kuharapkan? Tega sekali mereka bilang begitu. Mereka belum pernah merasakan bagaimana hancurnya perasaan ditinggal pergi anak sen-diri, meskipun masih bayi. Separuh jiwaku bagai ikut terkubur bersamanya. Tapi mau me-nya lah kan siapa? Dulu aku memang ber harap begitu. Tapi begitu ia lahir, keinginan itu mus-nah. Berbalik harapan-harapan untuk mengasi-hi dan membesarkannya.Duh, anakku, kau pasti benci sekali pada ibu, ya, Nak? Hingga untuk melihat wajah ibu pun kau tak mau. Atau kau merasa hidup di dunia ini tak kan lama? Hingga kau sama sekali tak mau melihat? Kau takut jatuh cinta pada keramaian dunia hingga kau malas untuk meninggalkannya? Atau kau tak tega melihat kemiskinan orangtuamu?Apapun alasanmu tak mau membuka mata sampai kau pergi, itu tetap menjadi rahasiamu. Aku yakin kau mulai merasakan kasihku padamu. Maafkan ibu, Nak ....Menelaah Sastra Prosa dan Puisi187Hari-hari semenjak kepergianmu, pikiran ibu dipenuhi dirimu. Aku sering memimpikan kau datang. Bahkan siang hari pun aku sering mendengar tangismu. Aku begitu rindu dan kerinduan itu baru terobati kalau dekat dengan mu. Duduk berjam-jam di pusaramu, ber bincang denganmu, bahkan tertawa!Kau senang sekali bunga. Setiap hari, kupetikkan bunga untuk kubawa ke rumah mungilmu, bahkan kau senang sekali kalau aku juga memakainya, lalu bersenandung menina-bobokanmu.Apabila aku tak pergi ke rumah mungilmu, kau yang datang ke rumahku. Selalu memintaku memakai bunga hiasan di rambutku hingga kepalaku penuh bunga. Kalau sudah begitu, kau akan tertawa dan aku pun ikut tertawa. Ah, bahagianya! Ternyata kau tak memben ciku. Tapi kebahagiaan bercumbu dengan anakku sering terganggu orang-orang di sekelilingku. Mereka selalu membawaku pulang ketika kau sedang berdua denganku."Sadar Las, nyebut ... istigfar ... ada enam anak yang masih membutuhkan perhatianmu. Relakan dia. Dia sudah tenang di sana ...."Begitu selalu orang-orang menasi hatiku, juga suamiku. Heran aku, apa mereka tak melihat aku sedang bercumbu dengan anakku? Kenapa mereka melarang? Sirik ... begitu pikirku. Hari-hariku jadi begitu membosankan. Apa yang kukerjakan di mata mereka selalu salah. Bahkan bunga-bunga kesenangan anakku yang kukumpulkan ikut jadi sasaran. Selalu mereka buang. Jelas aku jadi marah. Kumaki mereka, kulempari batu mereka. Bahkan kukejar mereka.Aku kesal bunga-bunga anakku mereka ambil. Kasihan kan? Wong kesenangan anakku cuma bunga. Tak perlu membeli untuk mem-perolehnya. Coba ibu mana yang tak marah melihat semua itu! Anakku yang satu ini pernah minta uang, boneka, atau minta digendong, ia hanya minta aku membawakan bunga dan aku bersenan-dung untuknya. Itu saja. Kok dihalangi. Sialan ....Aku jadi benci orang-orang di sekitarku yang tak mau mengerti aku dan anakku. Aku sedih sekali. Setiap aku bernyanyi untuk anakku, mereka berteriak, "Gila! Gila!" Siapa sih yang gila sebetulnya? Aku yang sedang menghibur anakku atau mereka yang melarangku bernyanyi untuk anakku. Anakku sendiri? Aku diasingkan gara-gara sering bernyanyi dan meminta bunga untuk anakku sendiri. Mereka bilang aku gila. Anak-anakku yang lain tak mau dekat-dekat denganku. Aku tak mau peduli seperti halnya mereka tak mau peduli keberadaan anakku. Biar saja ....Sungguh aku tak mengerti apa yang ada di kepala mereka. Kelakuan mereka membuat aku sakit hati. Bayangkan, aku kini sering mereka bawa ke orang pintar atau mereka mendatangkan orang pintar itu. Mereka bilang agar aku sembuh karena jiwaku terganggu sejak anakku pergi. Padahal aku merasa bahagia dan baik-baik saja. Biar seribu orang pintar mereka datangkan, aku, yah ... tetap aku. Maaf saja, kalau aku disuruh menghentikan kebiasaanku. Bagai-mana aku harus berhenti? Karena hal itu me rupakan sesuatu yang paling membahagiakan diriku. Aku pasrah saja dengan apa yang mere-ka lakukan padaku, sepanjang aku tak berpisah dengan anakku. Aku malah begitu bahagia ketika pada suatu kali mereka membawaku ke dekat rumah mungil anakku. Aku senang karena aku tak perlu repot-repot lagi bila ingin bertemu anakku. Kini aku sudah tinggal ber-dekatan. Tak ada lagi yang bisa menghalangi pertemuan kami. Tapi kenapa wajah orang-orang pada sedih? Juga wajah keenam anakku dan suamiku? Mereka menangis ketika mening-galkan diriku. Kenapa, ya? Ketika aku dekati mereka untuk sekedar bilang jangan sedih, aku kini bahagia, mereka tak mendengar. Mereka bahkan tak melihatku.Aku Lasmi, istri tukang las, punya tujuh anak, tapi diminta Tuhan satu. Kini tinggal bersama si kecil, di rumah yang mungil. Se-masa akhir hidupku orang-orang lebih sering mengatai aku, gila ....Sumber: Majalah Horison, Februari 2003Sementara untuk cerpen terjemahannya adalah cerpen "Alamat si Pengirim" karya Alinea Diaconu. Anda membacanya lagi pada Pelajaran 12 bagian A.188Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa 1. Bahasan Cerpen "Anakku" Karya Mia TrianaCerpen "Anakku" karya Mia Triana ini bertemakan gangguan jiwa yang terjadi pada seorang ibu yang ditinggalkan anak bungsunya karena meninggal. Pengemasan gaya ungkap tema ini dengan bahasa yang sederhana. Pengarang tidak banyak menggunakan kata-kata kiasan untuk menyampaikan gagasanya. Bahasa sebagai medium karya sastra, begitu mengalir tanpa beban. Perhatikanlah gaya ungkap pengarang ketika hendak menerangkan realitas yang terjadi pada tokoh Lasmi!... Hari-hariku jadi begitu membosankan. Apa yang kukerjakan di mata mereka selalu salah. Bahkan bunga-bunga kesenangan anakku yang kukumpulkan ikut jadi sasaran ....Sementara itu, yang menjadi latar dalam cerpen ini tidak terlalu jelas. Pengarang tidak memberikan keberada an ber-langsungnya seluruh peristiwa dalam cerita yang dikarang nya. Pengarang hanya menyebutkan bahwa tokoh Lasmi beserta keluarganya tinggal di rumah petak. Aku hamil lagi. Ini kehamilanku yang ketujuh. Gila! Yah, memang gila. Aku yang hanya istri seorang tukang las, tinggal di rumah petak, jauh dari kemewahan, .... Meskipun demikian, lebih jauh kita bisa memahami latar ini dari perilaku para tokoh yang ada dalam masyarakat cerita.Tokoh utama dalam cerpen "Anakku" ini adalah Lasmi. Lasmi memiliki sifat pemberani. Keberaniannya ditunjukkan dengan perlawanannya terhadap sistem sosial yang ada di sekitarnya:... kuakui kami miskin, bahkan mungkin sangat miskin. Tapi kami punya harga diri. Kami tidak pernah meminta belas kasihan kepada siapa pun .... Namun, sifat pemberani yang dimiliki Lasmi ini menjadi ironis tatkala si kecil (anak ke tujuhnya) meninggal dunia. Lasmi menjadi seorang pemberani dalam menentang kodrat hidup dan mati. Lasmi tidak pernah menerima bahwa dalam sisi hidup, ada kematian. Dengan demikian, Lasmi tetap menganggap bahwa si kecil tetap hidup sebagai penghibur atas kemurungan-kemurungan hidupnya. Apabila aku tak pergi ke rumah mungilmu, kau yang datang ke rumahku. Selalu memintaku memakai bunga hiasan di rambutku hingga kepalaku penuh bunga.Selanjutnya, bagaimana alur pengemasan tema, bahasa, dan karakter cerpen tersebut? Cerpen "Anakku" ini pada awalnya menggunakan alur maju. Akan tetapi, pada bagian tengah (setelah si kecil meninggal dunia), pengarang menyajikan juga bayangan. Antara peristiwa/kejadian masa kini dan yang akan datang itu ditampilkan secara bergantian. Peristiwa/kejadian pada masa kini itu lebih digunakan oleh masyarakat cerita. Sementara itu, tokoh Next >