< PreviousMenelaah Sastra Prosa dan Puisi189Lasmi terus berfantasi dengan segala bentuk kesemuan bersama sang anak yang sudah meninggal. Penyajian secara acak antara waktu kekinian dan waktu yang akan datang itu, tidak menjadi pengganggu jalannya cerita. Pengarang dalam cerpen ini mampu mengemas dua waktu yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian, para pembaca tidak lantas berkesimpulan bahwa cerpen ini sukar dipahami. 2. Bahasan Cerpen "Alamat si Pengirim" karya Alina DiaconuCerpen hasil terjemahan Nur Zain Hae dari bahasa Argentina ini, bertemakan tentang kebiasaan yang telah menyatu dengan rutinitas berdampak kejenuhan. Pengarang, dalam cerpen ini, lebih banyak menggunakan gaya narasi yang deskriptif dalam pengungkapan ide dan gagasannya. Pendeskripsian peristiwa/kejadian lebih menekankan pada kalimat tak langsung. Dengan kata lain, cerpen ini bisa dikatakan "miskin dialog". Selain itu, dalam cerpen ini begitu sukar Anda temukan adanya penggunaan gaya bahasa. Keseluruhan isi cerpen diungkapkan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami pembacanya.Peristiwa/kejadian dalam cerpen ini terjadi di tempat yang cukup beragam. Rumah (Mary), kantor Alberto, Cordoba, Spanyol, Prancis, bisa dikatakan sebagai latar/tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen ini. Akan tetapi, latar yang men dominasi keseluruhan cerita terjadi di rumah Mary.Selanjutnya, cerpen ini terdiri atas tokoh utama (Mary) dan tokoh pembantu (Alberto, ibu Mary, paman Mary, Silvia, Rodolfito, dan lain-lain). Tokoh Mary memerankan perwa takannya dari awal sampai cerita berakhir. Mary dalah seorang ibu rumah tangga yang menurut Alberto (suaminya) memiliki kebiasaan melantur. Mary bisa dikatakan sebagai orang yang mudah terjebak keadaan. Dirinya tak pandai menyiasati keadaan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Rutinitas diam di rumah menjadikan dirinya stres dan dilanda kecemasan demi kecemasan. Dengan demikian, setiap harinya diselimuti rasa kalut menghadapi kiriman surat dari orang-orang yang sudah meninggal.Sementara itu, alur dalam cerpen ini banyak menggunakan kilas balik terhadap masa silam (kenangan). Hal tersebut sudah tampak pada awal cerita (Pertama kali enam bulan lalu. Kuingat itu dengan jelas: mendung yang dingin 10 Juli. Kuingat pula jam dengan jelas: 11 pagi ...). Penggunaan alur semacam ini, pengarang berusaha mengaitkan masa silam dengan masa kini yang terjadi pada para tokohnya. Oleh karena itu, memahami cerpen ini menuntut pembaca agar teliti menandai waktu yang terjadi dalam setiap peristiwa/kejadiannya. 190Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa 3. Nilai Budaya dalam Cerpen "Anakku" dan Cerpen "Alamat si Pengirim"Berdasarkan kedua cerpen yang secara singkat telah Anda bahas masing-masing unsur pembentuknya, dapat Anda tentukan nilai-nilai budayanya. Dalam cerpen "Anakku" tampak adanya aturan tidak tertulis tentang kurang etisnya sebuah keluarga memiliki banyak anak. Terlebih persoalan banyak anak ini tidak diimbangi dengan keadaan ekonomi yang kurang mencukupi. Oleh karena itu, tokoh Lasmi dalam cerpen ini sempat berpikiran untuk melakukan aborsi. Selain itu, masyarakat dalam cerpen ini tergolong gampang dalam menghakimi perilaku seseorang. Tokoh Lasmi yang menganggap si kecil masih hidup, langsung divonis sebagai orang gila. Sementara itu, cerpen "Alamat si Pengirim" meng gambar kan adanya budaya para istri untuk tetap tinggal di rumah, sedangkan yang melakukan aktivitas di luar (bekerja) itu para lelaki. Oleh karena itu, keadaan jiwa yang goncang bagi para istri akibat kekalutan dan kebosanan lebih mudah terjadi. Dengan demikian, budaya patriarki dalam cerpen ini masih terasa dalam masyarakat ceritanya. Selain uraian tersebut, apakah Anda mempunyai pandangan lain terhadap tema, latar, penokohan, alur, dan nilai moral yang ada di dalamnya? Kamu dapat mendiskusikan pandanganmu dengan teman-teman Anda.1. Bacalah cerpen berikut! Setelah selesai, bandingkanlah dengan cerpen terjemahan "Tindakan akan Segera Dilakukan" yang ada di halaman lain buku ini.Dewi Meini cantik menurut jagatku, juga pengakuan Boby temanku. Perawakannya tinggi semampai. Seratus enam puluh lima sentimeter. Cukup untuk ukuran wanita Asia. Atau menurut statistik kasarku itu tergolong di atas rata-rata. Demikian pula dia tidak perlu canggung bila berdiri di samping wanita Eropa atau Amerika.Dewi Meini lulusan universitas terkenal di ibukota provinsiku. Instingnya kuat ter-hadap logika. Nilai matematika ketika SMA saja sepuluh. Di samping itu nilai fisikanya cukup tinggi, sembilan. Aku sebetulnya tidak gentar dengan prestasi yang selangit, sebab prestasi semacam itu aku ada di bawahnya satu setrip. Tidak terbatas dengan prestasi yang adu hai. Meini juga sosiawan. Terbukti dengan bantuan yang mengalir ditujukan pada anak yatim. Uang yang diperoleh melalui bea siswa sebagian untuk hal tersebut. Banyak pujian yang dilontarkan terhadapnya. Tetapi menurut dia apa yang telah diperbuatnya, itu sesuatu hal yang biasa-biasa saja.Tiada gading yang tak retak kata periba hasa, Meini punya kekurangan yang mendasar sebagai manusia, yaitu nyaris acuh terhadap dirinya sendiri. SuamiKarya Bambang Sri Budiono Latihan PemahamanMenelaah Sastra Prosa dan Puisi191Hal itu dikemukakan dosennya padaku. Dalam hatiku, dosen yang berpen dapat seperti itu ada kecemburuan intelektual. Atau secara pribadi dia pernah ada hati dan ditolak. Tetapi entahlah.Sifat acuh Meni belum menjadi bumerang. Dia akan selalu berdialog dengan komputer bila mengalami kesulitan tentang dirinya khu-susnya masalah kepribadiannya.Komputer akan menjawab dengan manja: manis dan cocok seperti tidak pernah salah saja. Dan yang istimewa kekuatannya luar biasa. Bekerja tanpa kenal lelah.Semenjak kami bekerja pada kantor yang sama kubosan melihat Meini dari luar lewat jendela kaca ia bercakap-cakap dengan kom-puter itu. Mereka seperti suami isteri. Asyik.Suatu saat dia tertidur di samping mesin canggih itu. Saat itu pula aku bertanya, "Apa yang terjadi dengan peristiwa itu ... ?" Dia men-jawab santai, Aku bermimpi bahwa komputer segera akan meminangku." "Busyet", pikirku. Itu tidak boleh terjadi. Aku lebih berhak sebagai peminang daripada mesin keparat itu. Kalau perlu hal ini akan saya ajukan ke meja hijau bila dia memilih komputer itu. Sebab Meini tidak adil. Dia sudah saya pinang terlebih dulu.Suatu saat malam Minggu, aku date dengan Meini. Dia sanggup setelah keluar terlebih dahulu dari ruang kaca mirip akuarium, rencana nonton Michael Douglas lewat Fatal Attraction sudah terintis. Tinggal merealisasinya. Dia banyak diam bila di sampingku. Sifat ini lumrah karena pembawaan dari remajanya. Tetapi hati kecilku menuntut lain. Mengapa bila dengan komputer keparat bisa bercanda ... ? Tertawa-tawa seperti orang "sempel". Aku bertanya dalam hati lagi, mengapa kalau bertemu dia selalu ngerasani mesin itu lagi. Bila hal itu dilontarkan aku menjawab sambil lalu saia. Aku benar-benar cemburu. Atau kalau perlu kecemburuanku perlu aksi, aku harus tegas.Hampir dia di mulut akuarium hendak keluar, komputer keparat itu memanggil, ber teriak penuh nafsu. Meini mengambil langkah kembali. Dari luar dapat dilihat perbin-cangannya. Sesekali Meini manggut-manggut sesekali pula tersenyum, kemudian cemberut. Sesaat kemudian keluar membawa berita yang menampar. Rencana batal. Tiket yang telah terbeli kusobek di depannya. Dia marah, membela dengan sejuta kata alasan."Biarlah Mas, sampai di mana kepandaian komputer itu merayuku, aku ingin tahu. Mas tidak perlu khawatir dengan rayuannya," bicara-nya memohon."Aku bisa membuat, keputusan lain bila kita terus-terusan begini. Kita bisa mencari jalan sendiri-sendiri," jawabku tegas. Dia merenung sambil menunduk."Biarlah untuk saat-saat ini saja waktu untuknya, tempo lain tidak ... !" Meini menjawab.Belum aku sempat berbicara."Saya pikir semuanya sama pentingnya. Buat Meini, Mas adalah kekasih, komputer kesenangan jemariku," dia menerangkan.Keadaan seperti ini hampir sebulan pe-nuh. Aku harus berbuat sesuatu, secepatnya. Aku ada rencana. Aku makin menyusup dan berbicara empat mata dengan komputer itu. Aku terpaksa harus "nyari" jadi komputer. Kulakukan hal ini lantaran ingin tahu mengapa Meini bisa kecantol dan betah bercengkerama dengannya. Dan sebagai alasan yang masuk akal komputer menganggap diriku sebagai kom-puter biasa yang senantiasa selalu duduk di samping. Dengan cara seperti ini aku leluasa bertanya dan berbincang sepuasnya. Akan kulabrak bila memang ada yang salah. Atau, akan kukuliti otaknya. Kalau perlu akan ku-cabut nyawanya. Jasadnya kusimpan dalam almari dengan sepuluh gembok sebagai penga mannya.Sumber: Kumpulan cerpen Paradoks Kilas Balik, 1988 2. Sampaikanlah hasil penelaahan Anda atas kedua cerpen tersebut sepakati dengan guru Anda saat teman-teman Anda akan menyampaikan cerpen tersebut di depan kelas. Teman-teman Anda akan menanggapi hasil penelaahan Anda itu dengan bahasa yang baik.192Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa Dalam Pelajaran 10 kali ini Anda akan menelaah komponen kesastraan dalam teks drama. Untuk meningkatkan kemampuan Anda menelaah komponen kesastraan drama, bacalah penggalan teks drama berikut.Atun : Masih sakit, Pak Udin?Bapak : (suara lemah) Yaa, rasanya makin parah saja.Atun : (melihat sekeliling) Tapi, tunggakan sewa rumah yang sudah enam bulan akan dilunasi segera, kan? Aku lihat Amat sedang keluar, ia sedang ber-usaha, bukan?Bapak : Bang, saya ... saya belum dapat me lunasi sekarang. Untuk berobat juga tidak ada .... (batuk-batuk)Atun : (mengejek) Saya tidak memaksa, Pak Udin, tetapi saya juga perlu uang. Kalau terus terang menunggu juga, kapan saya dapat hidup? Padahal, banyak orang lain yang mau menyewa rumah ini juga ....Bapak : Kalau saya akan segera melunasinya (batuk-batuk) atau, ... kami akan pindah saja.Atun : (beridiri menuju pintu) Bagus, tapi yang enam bulan jangan lupa!Bapak : (terbaring lemah, tangannya meng -gapai meja dekat tempat tidur akan me ngambil gelas, tetapi gelas ter-jatuh).Amat memasuki ruangan, di tangannya ada bungkusan. Amat : (berjalan mendekati tempat tidur) Bapak (berbisik), aku sudah mem-beli obat. Bapak mau minum?Si Bapak diam saja Amat : (mendekat memegangi bahu ba-pak nya) Bapaaak! (menangis) Menemukan Tema, Plot, Tokoh, Perwatakan dalam Teks Drama Tradisional yang DibacaCTujuan BelajarAnda diharapkan dapat:rNFOKFMBTLBOVOTVSbabak drama;rNFOEJTLVTJLBONBUFSJhasil identifikasi.3. Tentukan unsur-unsur pembentuknya dalam tabel berikut 4. Setelah semuanya selesai, Anda dapat memperbaiki hasil pe-kerjaan Anda berdasar beberapa tanggapan yang disampaikan teman. Selamat bekerja.Tabel 10.1Unsur-Unsur Pembentuk CerpenUnsur-Unsur Pembentuk CerpenCerpen "Suami" Karya Bambang Sri BudionoCerpen "Tindakan akan Segera Dilakukan" Karya Heinrich Bölla. temab. bahasac. latard. penolakane. alurf. nilai moralMenelaah Sastra Prosa dan Puisi193Dalam penderitaan itu, Pak Udin sedang menahan sakit. Hal ini diperparah oleh tokoh Atun yang tega menanyakan uang kontrakan rumah.Sikap Atun sebagai tokoh berperilaku tidak manusiawi tampak di dalam dialog berikut.Amat terduduk di dekat tempat tidur, kepalanya menelungkup ke dekat bantal tempat bapaknya berbaring dengan tenang.Amat : (menangis) Bapak, mengapa Bapak pergi oh ....Atun : Masih sakit, Pak Udin?Atun : (melihat sekeliling) Tapi, tunggakan sewa rumah yang sudah enam bulan akan dilunasi segera, kan? Aku lihat Amat sedang keluar, ia sedang ber usaha, bukan?Atun : (mengejek) Saya tidak memaksa, Pak Udin, tetapi saya juga perlu uang. Kalau terus terang menunggu juga, kapan saya dapat hidup? Padahal, banyak orang lain yang mau menyewa rumah ini juga ....Atun : (berdiri menuju pintu) Bagus, tapi yang enam bulan jangan lupa!Tema cerita penderitaan sangat erat kaitannya dengan komponen pembentuk cerita, yakni tokoh Pak Udin yang men-derita sakit hingga meninggal dunia. Kesedihan pun dialami tokoh Amat, seorang anak yang ditinggal sang Bapak. Oleh, karena itu, peristiwa menonjol tersebut mengarah pada tema.Perempuan I : Apa engkau seorang serdadu? (Tidak ada jawaban) Apa engkau seorang serdadu?Bacalah penggalan teks drama berikut.Latihan Pemahaman Karya Hamdy SaladSuara cermin dibanting dan diinjak-injak dengan sepatu. Dalam keremangan atau silhuet, seorang perempuan bergerak, merintih, menari, dalam kotak yang terbuat dari koran-koran kuning. Lalu memberontak dan merobek semuanya. Dua perempuan (bisa juga diperankan oleh lelaki) sedang terpekur dalam dua kerangkeng (semacam jeruji besi yang bisa dipakai sebagai properti). Gelisah dan kemudian saling menyapa.Perempuan 1 : Apa engkau seorang serdadu? (Tidak ada jawaban) Apa engkau seorang serdadu?Perempuan 2 : Serdadu... apa menurutmu aku seorang lelaki?.Perempuan dalam KeretaKarya Hamdy Salad 194Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa 1. Telaahlah komponen penggalan drama tersebut.2. Simpulkanlah hasil telaahan Anda. Perempuan 1 : Tidak. Emangnya hanya lelaki yang bisa menjadi serdadu, men jadi jendral atau presiden.Perempuan 2 : Kalau begitu, dugaanku tepat, engkau pasti seorang perem-puan.Perempuan 1 : Jangan terlalu cepat percaya pada prasangka, pada pendapat atau kata-kata. Lelaki atau perem puan tiada bedanya dalam berpendapat dalam ber-kata atau berpikir. Bahkan juga memiliki kesempatan yang sama untuk berperan atau bermain-main dalam ....Perempuan 2 : Ohh, ... dugaanku memang tepat, anda seorang tahanan politik bukan?Perempuan 1 : Kamu pikir, politik hanya ber-guna untuk menahan orang, memenjarakan manusia, he....Perempuan 2 : Lalu, kenapa engkau terkurung di sini dan bertanya-tanya ten-tang sesuatu di luar dirimu?Perempuan 1 : Karena aku bernama manusia, bukan hewan atau tumbuh-tumbuhan.Perempuan 2 : Apakah semua mahluk yang ber nama manusia harus ter-kurung dalam jeruji dan pagar-pagar seperti ini?Perempuan 1 : Oh, tidak, tidak semua. Karena tidak semua manusia meng alami nasib yang sama. Bahkan apa yang sedang kita alami di sini, sebagaimana juga yang di alami oleh teman-teman kita, sahabat-sahabat kita atau saudara-saudara kita yang lumpuh atau dilumpuhkan, hampir semuanya ditentukan oleh manusia.Perempuan 2 : Oleh manusia atau oleh ke-kuasaan.Perempuan 1 : Oleh kedua-duanya ... dan itulah yang disebut akal dan pikiran.Perempuan 2 : Ya bisa juga. Karena hanya akal dan pikiran manusia yang minta disembah setelah tuhan. Yang minta dihormati setelah pangeran, yang minta ditaati perintahnya setelah raja. Dan manusia juga yang selalu me-rasa duduk di samping singga-sana para dewa, me nafsir kan titahnya, mengurus hartanya, membagikan rezekinya, men-ciptakan penjara bagi lawan jenis dan orang-orang yang menentangnya. Namun, seperti yang tertulis dalam sejarah, hanya lelaki yang pernah ber kata bahwa dirinya adalah Tuhan.Sumber: Naskah drama Perempuan dalam Kereta, 1995Menelaah Sastra Prosa dan Puisi195Mengetahui Prinsip-Prinsip Penulisan Kritik DTujuan BelajarAnda diharapkan dapat:rNFNBIBNJQSJOTJQprinsip kritik rNFOZVTVOTJOPQTJTkarya sastra;rNFOZBUBLBOQFOJMBJBOterhadap karya sastra yang dibahas.Kegiatan menulis sudah bukan sesuatu yang sulit lagi buat Anda, bukan? Berbagai bentuk tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi, telah Anda kuasai. Untuk menyegarkan kemampuan menulis Anda itu, sekarang ikuti kembali pembelajaran menulis kritik berikut ini.Mengkritik biasanya sering Anda lontarkan secara lisan. Sebenarnya, penyampaian secara tertulis pun tidak jauh berbeda. Akan tetapi, penyampaian secara tulis ini terkait dengan kaidah atau sistematika yang ada.Cara kerja menulis kritik ini terdiri atas dua bagian. Pertama, cara kerja deduktif. Dengan cara kerja deduktif, Anda harus membuat kritik dengan berpegang pada ukuran tertentu yang benar-benar dipahami dan diyakini. Ukuran ini, misalnya mengenai kaidah sosial, kaidah moral, kaidah ilmiah, atau kaidah yang lain. Ukuran yang digunakan harus diterapkan secara objektif, jujur, taat asas (konsisten), dan konsekuen. Anda tidak boleh memihak atas dasar emosi atau selera pribadi. Kalau sebuah karya sastra baik menurut ukuran yang dipakai, harus dikatakan baik. Kalau kurang baik, harus dikatakan kurang baik.Cara Kedua dengan cara kerja induktif, Anda memeriksa sebuah karya sastra secara langsung dan hasil pemeriksaan itu menarik suatu simpulan atau dalil. Kritik yang demikian memang membuka peluang untuk memasukkan unsur subjektif pembuat kritik, tetapi kalau dijalankan dengan baik, hasilnya juga baik.Akhirnya, dapat kita tegaskan bahwa kritik sastra bukan untuk diri kritikus sendiri, melainkan untuk masyarakat luas (termasuk kalangan sastrawan) dengan tujuan1. memberikan tafsiran keterangan tentang sebuah karya sastra;2. menyampaikan ilmu pengetahuan sastra;3. membedakan karya yang berbobot dari karya yang kurang berbobot, sekaligus memberikan koreksi kepada pengarang; 4. membetulkan pandangan umum yang kurang baik tentang karya sastra;5. memberikan "jembatan" kepada pembaca yang kurang dapat memahami karya sastra.Dalam pembelajaran sebelumnya, Anda telah mengenal cara membaca dan menanggapi cerpen. Pemahaman Anda tentang cerpen ini bisa Anda gunakan kembali untuk pembelajaran menulis kritik. Agar tidak lupa, baca kembali cerpen "Jangan Memberontak, Nak!" karya Agus Sunyoto tersebut.196Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa Sekarang, mari kita lihat bentuk dan langkah-langkah mengkritik pada cerpen karya Agus Sunyoto tersebut.Sinopsis cerpen "Jangan Memberontak, Nak!"Kegelisahan suami di ruang dokter ketika bayi dalam rahim istrinya berjumlah empat. Kegelisahan suami semakin membuncah ketika dr. Hartadi menyebutkan, bahwa sebenarnya bayi itu satu, tetapi terdiri atas 4 napsu.Kegelisahan ini dimulai tokoh suami ketika mendapati istrinya memuntahkan makanan yang belum dikupas dan masih utuh. Juga kelahapan istri muncul ketika harus makan 130 tusuk sate.Sebenarnya kegelisahan akhir yang ditakutkan suami itu, anaknya terlahir dengan sikap-sikap Rahwana (tokoh jahat dalam Ramayana). tokoh suami membayangkan akan terjadinya kelaliman setelah anaknya terlahir.1. Sebagai langkah awal, buatlah sebuah sinopsis dari karya yang akan dikritik itu dengan bahasa yang lugas.Awal cerita sudah memberi kesan kita tentang jiwa pengarang yang mempunyai daya pukau, melihat segalanya dalam pertentangan yang menggelikan. Perhatikan kalimat pertama: "Melihat gerakannya, bayi dalam perut istri Anda aneh. Seperti bayi usia tujuh bulan," gaya ungkap pengarang semacam ini memang unik. Pengarang secara bertubi-tubi memberikan suspensif (kejutan) kepada pembaca. Sementara itu, unsur pembentuk cerita yang terpenting adalah pengambilan tema. Sunyoto dalam cerpen "Jangan Memberontak, Nak!" itu mampu memadukan unsur tradisi dengan realitas kekinian. Penggunaan konsep wayang, malah semakin mengu atkan gaya penceritaan cerpen ini.2. Menyampaikan ilmu pengetahuan sastra yang mencakup pendeskripsian unsur pembentuk cerita. Cerpen "Jangan Memberontak, Nak!" memang lebih banyak mengangkat permasalahan lokal. Kegelisahan si suami meng-isyaratkan watak atau psikologis orang kecil. Perasaan takut terhadap anak yang terlahir akan menjadii orang kurang baik akhlaknya. Benarkah demikian? Selanjutnya, pengarang meng-hadirkan teks Rahwana, Kumbara, Sarpakenaka, dan Wibisana lebih menguatkan referensi (acuan) bagi pembacanya.Sayangnya, persoalan dalam acara ini tidak selesai, ketakutan tokoh suami, dengan kelahiran sang anak tidak tuntas. Persoalan demikian, terkait dengan sifat sebuah cerpen yang tuntas pembahasannya dalam satu kali duduk (waktu yang singkat).Menelaah Sastra Prosa dan Puisi1971. Bacalah cerpen "Kupu-Kupu di Bawah Sepatu" karya Agus Noor berikut dengan teliti.Kupu-Kupu di Bawah SepatuKarya Agus Noor Sumber: Kumpulan cerpen Bermula dari Tambi, 1999Suatu pagi, aku menjelma kupu-kupu. Kudapati diriku meringkuk lesu dengan sayap lembut di punggungku. Aku terpaku, tak percaya kalau aku sungguh-sungguh telah men jadi kupu-kupu. Ya, memang, di antara hari-hari nganggurku, aku sering membayangkan diriku pada suatu hari akan menjelma kupu-kupu. Aku suka kupu-kupu. Dan aku percaya, betapa nikmatnya hidup sebagai kupu-kupu. Aku selalu termangu-mangu setiap menyaksikan kupu-kupu terbang dari satu bunga ke bunga lainnya seakan tak peduli pada hidup yang penuh tipu menipu. Aku suka sayapnya yang penuh warna yang terlihat cemerlang di bawah cahaya matahari, bergetaran bagai pendaran rindu. Ya, aku selalu termangu menyaksikan pemandangan seperti itu. Hidup jadi tak terlalu jemu. Di antara hari-hari nganggurku, aku selalu menghabiskan waktu untuk menikmati kein dahan kupu-kupu. Aku ngembara dari satu tem pat ke tempat lainnya untuk memburu kupu-kupu.Tidak. Tidak. Aku tak menangkapi kupu-kupu itu. Aku paling tak suka pada orang macam itu, yang kerjanya menangkapi kupu-kupu, cuma untuk diawetkan dan dijadikan barang pajangan di ruang tamu. Huh, orang-orang macam itu bukanlah pecinta kupu-kupu. Mereka pem bunuh kupu-kupu. Mereka menja-dikan kein dahan kupu-kupu menjadi barang kodian. Mereka memburu kupu-kupu, mereka menangkapi kupu-kupu, mereka mengawetkan kupu-kupu, mereka menjual kupu-kupu, se akan kupu-kupu adalah barang kelontong murahan. Mereka bukanlah orang yang ngerti keindahan. Kalau mereka berani membayar jutaan, untuk satu kupu-kupu yang diawetkan, mereka cuma hendak pamer kekayaan. Orang-orang macam itulah yang telah membinasakan jutaan kupu-kupu, sehingga dunia menjadi seperti orang terkena penyakit puru. Aku percaya, dunia ini menjadi tidak lagi indah karena banyak kupu-kupu mati diburu. Kamu tahu, kupu-kupulah yang membuat dunia ini indah. Kini kupu-kupu makin lama makin tiada, dan kamu lihat sendiri, dunia akhirnya menjadi tempat paling celaka. Kelak bila seluruh kupu-kupu telah binasa, dunia ini benar-benar jadi neraka!Betapa mengerikannya dunia tanpa kupu-kupu. Aku tak mungkin bisa hidup tanpa kupu-kupu. Aku bisa tahan bertahun-tahun tak makan apa pun, tetapi aku akan langsung bling satat bila sehari saja tak melihat kupu-kupu. Itulah kenapa aku selalu memburu kupu-kupu, membunuh kebosanan hari nganggurku, seperti aku tengah memburu kebahagiaanku yang syahdu. Betapa bahagianya aku apabila aku bisa melihat kupu-kupu. Aku akan terpaku menyak-sikan kupu-kupu itu terbang di antara gerum bun perdu, hinggap pada bunga-bunga, menghi sap nektar, kemudian kembali terbang dengan kaki dan toraks penuh serbuk sari, seperti peri-peri gaib yang tengah menebar-kan benih kehidupan di tengah alunan denting 3. Menimbang karya sastra dengan menunjukkan kelebihan dan kelemahan karya dengan alasan yang logis.Latihan Pemahaman198Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa 2. Buatlah sinopsis cerpen tersebut dengan kalimat yang jelas.3. Deskripsikanlah unsur-unsur cerita dalam cerpen tersebut.4. Ambilah salah satu unsur pembangun cerita! Misalnya, Anda meng amati unsur tema. Bahaslah tema tersebut dengan memerhatikan kecocokan/kelogisan dengan keseluruhan cerita.5. Tunjukkan kelebihan dan kelemahan cerpen tersebut dengan beberapa kalimat penunjang yang logis.harpa para dewa yang menjaga perputaran musim dan waktu. Membuat jiwaku haru-biru, ngelangut sukmaku, seakan menghisap, candu. Saat-saat seperti itu aku akan mendendangkan lagu paling merdu. Tentu, bukan seperti lagu-lagu dalam kaset atau radio itu. Laguku lagu sukma yang merindu. Begitulah, aku, pemuja kupu-kupu, selalu menghabiskan hari-hari nganggurku dengan memburu kupu-kupu, dari tempat yang satu ke tempat yang satu, sembari menyenan dung kan lagu,kupu-kupu yang lucu datanglah, kau padaku ....Di taman-taman kota, aku mencari kupu-kupu. Tapi satu pun tak kutemu. Untuk apa taman-taman kota ini dibangun dan ditanami aneka bunga kalau tak ada kupu-kupu di situ? Hidupku sunyi dan pilu bila tak bertemu kupu-kupu. Aku ngembara ke segala tempat yang kuyakini akan ketemu kupu-kupu. Tak peduli guguran salju. Tak peduli panas dan debu. Tak peduli badai menderu. Terus kucari kupu-kupu, tapi tak ketemu. Apa jadinya aku tanpa kupu-kupu?"Apakah kamu melihat kupu-kupu?" nanar aku menyeru, pada bulan dan pohonan pada matahari pada sungai dan batu-batu."Tak, tak, tak!" jawab, mereka selalu."Apa bisa kamu katakan, di mana aku bisa ketemu kupu-kupu?" tanyaku pada setiap orang yang kutemu.Tapi mereka malah mencibir padaku, atau melotot, kemudian kembali bergegas terburu-buru. Ada atau tak ada kupu-kupu, mereka tak pernah mau tahu. Tak ada waktu untuk memi-kirkan kupu-kupu. Hidup sudah terlalu ngilu, capek mesti ngurusi tetek-bengek yang tak bisa dipikirkan sambil lalu. Aduh, makhluk-makhluk apakah ini yang lalu-lalang di depanku?Bergerak seperti lembu dengan wajah seper ti tungku beku. Memburu waktu, diburu waktu. Ah, apa enaknya hidup macam itu?Di supermarket kucari juga kupu-kupu. "Maaf, saya tak ngerti." Gadis ayu itu tersipu-sipu oleh pertanyaanku. Ah, ia pasti menyang ka aku sekadar mengganggu."Kupu-kupu. Aku mencari kupu-kupu," ulangku."Kupu-kupu?""Ya, kupu-kupu.""Maksud Tuan kupu-kupu mainan, be gitu?""Bukan. Kupu-kupu. Aku mencari kupu-kupu.""O, dasi kupu-kupu?""Bukan. Bukan. Aku mencari kupu-kupu.""Tuan terlalu! Tentu saja di sini tak jual kupu-kupu." Pipinya merah tersipu malu. "Tuan cuma menggoda dan mengganggu. Apa Tuan kira saya kupu-kupu yang bisa Tuan rayu?" Gadis itu melotot padaku, membuatku berpikir tentang kupu-kupu yang hidup di mata itu. Tentu, tentu. Tentu mata gadis itu akan sangat indah bila ada seekor kupu-kupu yang hidup di situ. Seekor kupu- kupu dengan sayap biru akan membuat mata gadis itu seperti langit yang membentang bagai beludru. Ingin kukatakan itu, tapi ia telah bersungut mening galkanku.Sambil menikmati orange juice, di kantin yang dipenuhi gadis belia, di sebuah mall di sebuah kota yang tak pernah mau tahu, menikmati hari-hari nganggurku, aku mem-bayangkan hal itu. Kubayangkan ada kupu-kupu yang hidup di mata gadis-gadis belia itu. Bahkan aku bayangkan setiap kata yang mereka ucapkan, berubah menjadi kupu-kupu. Apakah mereka juga pernah berpikir sepertiku?Sumber: Majalah Horison, Mei 2001 Next >