< Previous Kelas IX SMP84Menurut Kitab Komentar, sutta-sutta atau khotbah-khotbah Itivuttaka dikumpulkan oleh Khujjuttara, yaitu seorang wanita awam (upasika), dari khotbah-khotbah yang disampaikan Sang Buddha pada waktu Beliau bersemayam di Kosambi. Khujjuttara adalah pelayan Ratu Samavati, istri Raja Udena. Dia mencapai tingkat kesucian Sotapanna setelah bertemu dengan Sang Buddha. Kemudian dia memperkenalkan Ajaran Sang Buddha kepada para wanita istana yang dipimpin oleh Ratu Samavati. Secara teratur Khujjuttara pergi mendengarkan khotbah Sang Buddha kemudian mengulang apa yang didengarnya kepada wanita-wanita lain. Ayo Menanya!Rumuskan beberapa pertanyaan untuk mengetahui hal-hal yang belum jelas tentang materi yang kamu amati pada gambar 4.5 serta hasil membaca dan mencermati materi di atas sebagai berikut:1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Ayo Mencari Informasi!Carilah informasi selengkap mungkin melalui mengamati dan membaca buku/artikel dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah kalian rumuskan! Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti85 Ayo Mengolah Informasi!Ayo olah informasi yang telah kalian dapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kalian rumuskan sebelumnya!1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Ayo Mengomunikasikan!Komunikasikan hasil jawaban kalian dengan cara mempresentasikannya di depan kelas atau kelompok lain untuk mendapatkan tanggapan! Buatlah simpulan hasil presentasi!1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Kelas IX SMP86D. Kartini, Pejuang Kesetaraan GenderRaden Ajeng Kartini, lahir di Jepara tanggal 21 April 1879. Ia menikah dengan bupati Rembang, bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1903. Dari pernikahannya tersebut ia dikaruniai seorang anak perempuan bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904. R.A. Kartini lahir dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yakni bupati Jepara dengan M.A. Ngasirah. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Kartini sempat diberikan kebebasan untuk mengenyam pendidikan yang lebih dibandingkan perempuan lainnya. Ia bersekolah di ELS (Europese Lagere School) walaupun hanya sampai berumur 12 tahun. Di sanalah Kartini belajar bahasa Belanda.Dengan berbahasa Belanda, Kartini menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda. Ia mencurahkan isi hatinya tentang ketidakadilan yang dirasakannya akan beberapa hal yang ia anggap memojokkan wanita pada waktu itu. Pada tanggal 17 September 1904, Kartini menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 25 tahun. Ayo Membaca!Bangsa Indonesia memperingati hari kelahiran R.A. Kartini setiap tanggal 21 April. Ia adalah seorang pahlawan nasional perempuan yang merupakan pelopor pejuang hak-hak perempuan. Akan tetapi di antara kemeriahan peringatan hari Kartini dengan tradisi mengenakan pakaian daerah, tidak banyak orang, khususnya umat Sang Buddha yang mengetahui bahwa sedikit banyak pemikiran wanita kelahiran Jepara tahun 1879 ini dipengaruhi oleh Agama Buddha.Pengaruh Agama Buddha dalam pemikiran Kartini terlihat dari penggunaan istilah-istilah Buddhis dalam bahasa Belanda seperti kata arca Sang Buddha (” Boeddhabeeld ”), anak Sang Buddha (”Boeddha-kindje”), Buddhisme (”Boeddhisme”) dan ”Bodhisatwa” dalam beberapa suratnya kepada teman-teman dari Belanda. Tuslisannya terkumpul dalam buku Dari Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot Licht) tahun 1912 yang dikumpulkan oleh J. H. Abendanon.Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti87Dalam suratnya kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri, istri J. H. Abendanon, pada 27 Oktober 1902, Kartini menceritakan bagaimana ia mengklaim dirinya sebagai seorang anak (penganut) Agama Buddha dan karenanya ia tidak memakan makan hewani. Ia merasa kasihan dengan ayahnya yang menginginkan dirinya sebagai bukan pemeluk Agama Buddha.”Ik ben een Boeddha-kindje, weet u, en dat is al een reden om geen dierlijk voedsel te gebruiken….” – ”Saya adalah anak (pemeluk agama) Sang Buddha, Anda tahu, itu alasan saya tidak memakan makanan hewani…” (Door Duisternis tot Licht, hal.277)Pengetahuan dan informasi yang didapat oleh Kartini mengenai Agama Buddha ia peroleh dari pergaulannya dengan masyarakat etnis Tionghoa dan dari buku-buku yang ia baca. Pergaulannya dengan etnis Tionghoa dapat dilihat dalam suratnya kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri, istri J. H. Abendanon, pada 27 Oktober 1902. Kartini menceritakan dirinya yang sakit parah saat kecil dan menjadi sembuh berkat petunjuk temannya yang berasal dari etnis Tionghoa.Pada masa itu agama Buddha baru bangkit kembali setelah tertidur sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, dan diperkenalkan kembali di Nusantara dalam balutan tradisi Tionghoa bersama dengan agama tradisi Sumber: http://berita.bhagavant.comGambar 4.6 Kelas IX SMP88Tionghoa lainnya seperti Tao dan Konghucu. Pergaulannya dengan etnis Tionghoa bersama budaya serta agamanya inilah yang membawa Kartini untuk mengenal agama Buddha yang kemudian memberikan inspirasi bagi pergolakan batin dan perjuangan bagi kaumnya.Dalam surat-suratnya, sebanyak 3 surat ia memuji sebuah buku karya Harold Fielding (1859-1917) dari Belanda berjudul ”de Ziel van een Volk” (Jiwa Suatu Bangsa; Inggris: Soul of a People) yang diterjemahkan oleh Felix Orrt ke dalam bahasa Inggris.Kartini nampaknya terkesan dengan buku karya H. Fielding tersebut sehingga ia perlu mengungkapkannya kepada tiga orang teman asingnya, di antaranya dalam surat kepada Dr. N. Adriani, 10 Agustus 1901; kepada Hilda Gerarda de Booij-Boissevain, 26 Mei 1902; dan kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri, 5 Juli 1903.Sumber: http://berita.bhagavant.comGambar 4.7 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti89Buku ”de Ziel van een Volk” (Jiwa Suatu Bangsa) sendiri berisi mengenai pengalaman dan pengetahuan si penulis (Fielding) mengenai ajaran Agama Buddha dan bagaimana masyarakat Birma (Myanmar) menerapkan, menerjemahkan ajaran Sang Buddha tersebut dalam kehidupan mereka.Hal yang menarik dari buku tersebut adalah terdapat beberapa hal pembahasan mengenai perempuan. Pembahasan tersebut di antaranya tentang: (1) kedudukan kaum perempuan yang secara umum setara dengan pria; (2) perkawinan yang dianggap murni urusan duniawi bukan urusan agama; dan (3) peran perempuan dalam keagamaan pada masyarakat Birma yang ”lebih religius tetapi tidak serius” dan berbanding terbalik dengan kaum lelakinya.Tidaklah mengherankan apabila dari pembahasan tentang kaum perempuan dalam buku bernuansa agama Buddha karya Fielding tersebut, Kartini mendapatkan inspirasi dan dorongan bagi perjuangannya. Seperti yang diyakini oleh Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya ”Panggil Aku Kartini Saja”.Pemikiran-pemikiran Kartini yang kritis yang tertuang dalam surat-suratnya merupakan pemikiran seorang perempuan Indonesia yang melampaui jamannya. Pemikirannya tersebut bukan hanya seputar emansipasi perempuan tetapi juga sebuah usaha pencarian nilai-nilai spiritual dalam beragama. Kelas IX SMP90 Ayo membaca puisi!KartiniKartini ...Nyaring terdengar di telinga kamiAkan soso putri yang pernah ada di negeri iniPerempuan yang gigih berdikariDemi memperjuangkan hak asasi untuk sebuah emansipasiBerjalan melawan arus dan belenggu tirani Kartini ... Begitulah kami menyebut engkau Perempuan yang menjadi sumber inspirasi Pun teladan bagi setiap perempuan masa kini Untuk mampu berpartisipasi dan berkontribusi Membangun diri dan menjawab panggilan ibu pertiwi Tanpa hrus meninggalkan kodrat diri Sebagai esensi jati diriKartini ...Semua kan tetap terkenang dan abadiPerempuan yang berjalan di atas sisi nuraniYang akan melahirkan putri-putri sejatiLayaknya engkau, sang putri sejatiKebanggaan negeri iniSumber: http://www.bimbingan.org/Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti91 Ayo Menanya!Rumuskan berbagai pertanyaan untuk mengetahui hal-hal yang belum jelas setelah kalian membaca materi diatas mencermati gambar 4.6 dan 4.7!1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Ayo Mencari Informasi!Carilah informasi dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah kalian rumuskan! Ayo Mengolah Informasi!Ayo olah informasi yang telah kalian dapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kalian rumuskan sebelumnya!1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Kelas IX SMP92 Ayo Mengomunikasikan!Komunikasikan hasil jawaban kalian dengan cara mempresentasikan di depan kelas atau kelompok lain untuk mendapatkan tanggapan! 1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________E. Hak-hak Perempuan dalam Perjuangan Kartini Ayo Membaca!Proses mengamati dapat kalian lanjutkan melalui membaca teks berikut lalu merumuskan pertanyaan-pertanyaan. Nama R.A. Kartini kini telah melegenda dan menjadi simbol bagi perjuangan kaum perempuan. R.A. Kartini telah berjuang dalam mewujudkan kesetaraan gender yang berkeadilan. Berkat perjuangan R.A. Kartini, sekolah-sekolah perempuan mulai tumbuh dan bertebaran di pelosok tanah air. Kaum perempuan Indonesia pun perlahan telah lahir menjadi manusia seutuhnya.Kartini lahir dari keluarga terpandang. Orang tuanya menjabat sebagai Bupati Jepara. Tak heran kalau pergaulannya pun sangat dibatasi keluarga. Namun Kartini tidak menyerah. Ia terus memperjuangkan nasib kaum perempuan yang umumnya mengalami diskriminasi di bidang politik dan pendidikan. Hal inilah yang membuat nama Kartini lebih terkenal dan sepak terjangnya lebih kuat dalam ingatan bangsa Indonesia. Oleh karena Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti93itu, tanpa mengecilkan peran tokoh perempuan di tanah air baik yang hidup di zaman Kartini maupun sesudahnya, semangat emansipasi yang telah ditunjukkan Kartini patut menjadi teladan bagi kaum perempuan masa kini.Kegigihan Kartini memperjuangkan harkat dan martabat kaum perempuan menunjukkan bahwa budaya patriarki, yakni budaya yang menganggap bahwa laki-laki lebih hebat dibandingkan perempuan telah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ia berjuang untuk melakukan memperbaiki nasib kaum perempuan.Kartini telah menunjukkan kepada kita semua, ia berjuang dengan segala daya dan kemampuan yang dimiliki untuk melawan penindasan terhadap kaum perempuan. Ia memberikan segala apa yang dapat disumbangkan bagi perjuangan emansipasi perempuan.Semangat perjuangan Kartini adalah membebaskan kaum perempuan dari berbagai belenggu ketidakadilan dalam berbagai bidang kehidupan. Seperti diketahui, pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20, kaum perempuan di negeri ini belum memperoleh hak-hak dasar insani berupa kebebasan. Kebebasan masih menjadi barang yang sangat mahal bagi kaum perempuan.Kaum perempuan tidak diizinkan mengenyam bangku pendidikan tinggi seperti yang dialami laki-laki. Bahkan untuk urusan yang bersifat sangat pribadi yaitu urusan jodoh sekalipun, anak perempuan tidak diberikan kebebasan menentukan pilihannya. Ketidakadilan bagi kaum perempuan waktu itu, berlaku pula bagi Kartini. Kartini merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang perempuan. Ia pun selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang laki-laki. Dalam hal pendidikan, misalnya, ia tidak diperbolehkan sekolah tinggi seperti saudara lakia-lakinya. Dalam hati Kartini timbul perasaan iri. Apalagi pada waktu itu kaum perempuan Belanda telah mengalami kebebasan dan mendapatkan hak-hak setara dengan kaum pria.Pengalaman pribadi, penghayatan atas ketidakadilan yang dialami rekan-rekan sebayanya, dan “keistimewaan” kebebasan yang didapat anak-anak perempuan Belanda telah menumbuhkan keinginan dan menyulut tekad kuat di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.Next >