< Previous Kelas IX SMP14 “Menurutmu, Ananda”, ujar Sang Buddha, “Ini mungkin masalah keyakinan dan kepercayaan. Tetapi, Ananda, Tathagata tahu bahwa tak seorang pun bhikkhu yang berkumpul di sini memiliki keraguan atau pertanyaan tentang hal-hal ini. Dari ke-500 orang bhikkhu di sini, Ananda, ia yang berada di paling belakang pun adalah seorang Sotapanna, bukanlah terjatuh lagi ke alam kehidupan yang lebih rendah, tetapi telah menuju kepada Penerangan Sempurna”.Sang Buddha menegaskan kepada semua bhikkhu, dan ini merupakan kata-kata terakhir yang Sang Buddha ucapkan: Proses Maha Parinibbana BuddhaMula-mula Buddha memasuki jhana kesatu sampai keempat, lalu sampai kepada keadaan alam tertinggi dalam tahapan meditasi. Pada saat itulah Y.M. Ananda berkata kepada Anuruddha, “Bhante, Sang Bhagava telah Parinibbana!”. Tetapi Y.M. Anuruddha menjawab, “Belum, Avuso Ananda. Bhagava belum Parinibbana. Beliau sekarang berada dalam keadaan “Penghentian Pencerapan dan Perasaan”.Sumber: http://www.ratnashri.seGambar 1.9bSumGa“Perhatikan, O para bhikkhu, inilah nasihat terakhir Tathagata kepada kalian. Semua bentuk perpaduan di dunia ini adalah tidak kekal. Berjuanglah dengan sungguh-sungguh untuk mencapai Kebebasan Sejatimu”.Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti15Kemudian Buddha bangun dari keadaan alam tertinggi sampai kembali pada jhana keempat hingga jhana kesatu. Dari jhana kesatu, Sang Buddha kembali memasuki jhana kedua, ketiga, dan keempat. Keluar dari jhana keempat, Sang Buddha segera menghembuskan nafas terkakhir dan mencapai Maha Parinibbana di antara dua pohon Sala kembar. Kemangkatan Mutlak (Maha Parinibbana) Sang Buddha tersebut terjadi pada tahun 543 S.M. pada saat Purnamasidhi di bulan Waisak. Ayo Menanya!Rumuskan beberapa pertanyaan untuk mengetahui hal-hal yang belum jelas tentang materi yang kalian amati pada gambar 1.9a dan 1.9b serta hasil dari membaca dan mencermati materi di atas sebagai berikut:1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Ayo Mencari Informasi!Carilah informasi selengkap mungkin melalui mengamati dan membaca buku/artikel dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah kalian rumuskan! Kelas IX SMP16 Ayo Mengolah Informasi!Ayo olah informasi yang telah kalian dapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kalian rumuskan sebelumnya!1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Ayo Mengomunikasikan!Komunikasikan hasil jawaban kalian dengan cara mempresentasikan di depan kelas atau kelompok lain untuk mendapatkan tanggapan! 1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti17E. Perabuan Jenazah Sang Buddha Ayo Membaca!Proses mengamati dapat kalian lanjutkan melalui membaca dan mencermati teks berikut lalu merumuskan pertanyaan-pertanyaan.Setelah Sang Buddha mencapai Mahaparinibbana, malam harinya Bhikkhu Anuruddha dan Bhikkhu Y.M. Ananda berbincang mengenai Dhamma. Kemudian Y.M. Anuruddha berkata kepada Y.M. Ananda: “Ananda, sekarang pergilah ke Kusinara dan umumkan kepada suku Malla: “Para Vasettha, Sang Bhagava telah wafat! Berbuatlah apa yang Anda anggap baik!.”Y.M. Ananda menemui mereka dan menyampaikan pesan Bhikkhu Anuruddha dan berkata: “Para Vasettha, Sang Bhagava telah wafat! Berbuatlah apa yang Anda anggap Baik!.”Ketika mereka mendengar pengumuman Y.M. Ananda, maka warga suku Malla dengan anak-anak mereka, para menantu, serta istri mereka, semuanya merasa sangat sedih, menderita dan berduka cita. Kemudian warga suku Malla dari Kusinara memerintahkan orang-orang mereka untuk mengumpulkan semua wangi-wangian, bunga, dan segala alat musik dari Kusinara ke hutan Sala. Mereka membuat tenda kain untuk berkemah, mereka melewati hari itu sambil terus melakukan upacara penghormatan terhadap jenazah Sang Bhagava. Lalu mereka berpikir: “Hari ini sudah terlalu siang untuk memperabukan jenazah Sang Bhagava. Kita akan lakukan besok saja”. Dengan demikian, mereka melalui hari kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam dengan melakukan upacara penghormatan kepada jenazah Sang Bhagava dengan cara yang sama.Tetapi pada hari ketujuh, mereka berpikir: “Kita telah cukup memberi penghormatan kepada jenazah Sang Bhagava dengan tarian, nyanyian disertai tabuhan musik serta penaburan bunga dan wangi-wangian, mari sekarang kita bawa jenazah Sang Bhagava ke arah Selatan ke luar kota dan memperabukan jenazah-Nya.”Kemudian, delapan orang suku Malla dari keluarga terkemuka, mandi dan berkeramas sampai bersih dan mengenakan pakaian baru. Lalu, mereka bersama-sama mengerahkan tenaga untuk memikul jenazah Sang Kelas IX SMP18Bhagava, namun mereka tak mampu melakukannya. Mereka kemudian menemui Bhikkhu Anuruddha dan memberitahukannya apa yang telah terjadi, lalu bertanya: “Mengapa kami tak mampu mengangkat jasad Sang Bhagava?”“Para Vasettha, kehendak kalian bertentangan dengan kehendak para dewa.” Ujar Bhikku Anuruddha. “Jika demikian, Bhikkhu, apakah kehendak para dewa itu?” tanya mereka. Lalu Bhikku Anuruddha menjelaskan, “Para Vasettha, kehendak kalian adalah seperti ini, setelah cukup memberi hormat dengan nyanyian, tarian, bunga dan wangi-wangian terhadap jenazah Sang Bhagava, sesudah itu mari kita bawa jenazah Sang Bhagava ke arah Selatan kota dan akan memperabukan jenazah Sang Bhagava.” Namun kehendak para dewa, adalah “Kami sudah memberi penghormatan kepada jenazah Sang Bhagava dengan nyanyian, tarian, bunga dan wangi-wangian, baiklah kita bawa jenazah Sang Bhagava ke arah Utara ke luar kota. Setelah itu melewati pintu gerbang Utara dan kami akan melewati tengah kota, dan kemudian ke arah Timur ke Makutabandhana, cetiya suku Malla, dan di tempat itulah, kami akan memperabukan jenazah Sang Bhagava.” Kemudian mereka berkata, “Bhikkhu, mari kita ikuti kehendak para dewa.”Pada waktu itu, Kusinara sampai ke pelosok-pelosok ditimbuni dengan bunga Mandarava hingga setinggi lutut, sampai menutupi timbunan sampah dan kotoran. Selanjutnya para Dewa dan Suku Malla dari Kusinara dengan nyanyian, tarian, bunga dan wangi-wangian alam dewa dan manusia, membawa jenazah Sang Bhagava ke arah Utara kota lalu melewati pintu gerbang Utara berjalan ke pusat kota, lalu keluar melalui gerbang Timur ke Makutabandhana, cetiya suku Malla, tempat jenazah Sang Bhagava dibaringkan.Kemudian mereka bertanya kepada Bhikkhu Ananda: “Bhikkhu, bagaimana kami seharusnya memperlakukan jenazah Sang Tathagata?”. Bhikku menjawab, “Para Vasettha, kalian harus memperlakukan jenazah Tathagata laksana jenazah seorang Raja Dunia.” “Bagaimana mereka melakukannya, Bhikkhu?”, tanya mereka.“Para Vasettha, jenazah seorang Raja Dunia, mula-mula dibalut dengan kain linen baru, kemudian dilapis dengan kain wol katun, dan balutan ini di teruskan sampai terdapat 500 lapis kain linen dan 500 lapis kain wol katun. Apabila itu sudah dikerjakan di sebuah peti dari besi dan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti19di tutup dengan satu peti dari besi yang lain. Lalu, harus dibangun satu tempat perabuan yang terdiri atas berbagai jenis kayu wangi dan selanjutnya jenazah Raja Dunia diperabukan. Beginilah cara mereka memperlakukan jenazah seorang Raja Dunia, maka hal yang serupa juga harus dilakukan terhadap jenazah Sang Tathagata. Kemudian sebuah stupa harus dibangun di perempatan jalan. Dan siapa pun yang meletakkan bunga, dupa atau kayu cendana, atau memberi penghormatan dengan hati yang penuh bakti, maka orang itu akan memperoleh kebahagiaan untuk waktu yang lama.”Suku Malla memberi perintah ke orang-orangnya untuk mengumpulkan kain wol katun yang ada dari suku Malla, dan mereka memperlakukan jenazah Sang Bhagava menurut petunjuk Bhikkhu Ananda.Apa yang terjadi kemudian sungguh ajaib, berkali-kali mereka mencoba tetapi tidak berhasil menyalakan api. Api tidak menyala karena para dewa menghendaki agar api tidak dinyalakan terlebih dahulu karena menunggu kedatangan rombongan Y.A. Maha Kassapa dalam perjalanan untuk memberi hormat di kaki jenazah Buddha.Ketika jenazah Sang Buddha disiapkan untuk diperabukan, empat orang dari suku Malla, menyalakan api untuk perabuan jenazah Sang Buddha. Y.A. Maha Kassapa mengetahui berita wafatnya Sang Buddha, setelah petapa Ajivika dan rombongannya membawa bunga Mandarava dari tempat wafatnya Sang Buddha di Kusinara. Di antara mereka terdapat seorang bhikkhu tua bernama Subhadda yang baru memasuki kebhikkhuan pada usia lanjut. Ia berkata:“Cukup kawan-kawan, janganlah sedih atau meratap. Kita sekarang terbebas dari Sang Buddha. Kita telah dipersulit oleh kata-kata Sang Buddha ‘Ini boleh, ini tidak boleh’. Kini kita bebas untuk berbuat apa yang kita sukai”. Mendengar kata-kata itu, Y.A. Maha Kassapa berpikir ingin mengadakan pertemuan para Arahat untuk melindungi dan menjaga kemurnian Ajaran Sang Buddha. Setelah Y.A. Maha Kassapa dan rombongannya sampai di tempat perabuan memberi penghormatan, tiba-tiba api menyala dengan sendirinya membakar jenazah Sang Buddha. Kelas IX SMP20Kushinagar terletak 55 km dari kota Gorakhpur, India. Ini adalah tempat Sang Buddha mencapai tubuhnya. Di Ramabhar Stupa inilah jenazah Buddha dikremasikan hampir 2600 tahun silam. Ketika jenazah Sang Bhagava habis terbakar, maka semua kulit, jaringan, daging, urat, dan cairan telah terbakar habis tanpa meninggalkan abu atau bagian-bagian apa pun. Hanya tulang-tulang yang tertinggal. Dan di antara 500 lapis kain pembungkus berlapis, hanya dua lapis yang tidak terbakar, yaitu lapisan yang paling dalam dan yang paling luar.Setelah jenazah Sang Bhagava habis terbakar, hujan lalu turun dari langit dan memadamkan api perabuan, sedangkan dari Pohon Sala juga keluar air. Orang-orang suku Malla dari Kusinara juga membawa air wangi, dan dengan air ini mereka membantu memadamkan api perabuan dari Sang Bhagava.Selanjutnya, warga suku Malla dari Kusinara menempatkan relik-relik dari Sang Bhagava di tengah-tengah ruangan sidang, dikelilingi dengan tombak, lalu dikelilingi lagi dengan pagar busur. Selama tujuh hari mereka memberi hormat kepada relik-relik Sang Bhagava dengan melakukan tarian-tarian, nyanyian disertai musik serta penaburan bunga dan wangi-wangian.Sumber: http://travel-photographer.asiaGambar 1.10Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti21 Ayo Menanya!Rumuskan beberapa pertanyaan untuk mengetahui hal-hal yang belum jelas tentang materi yang kalian amati pada gambar 1.10 serta hasil dari membaca dan mencermati materi di atas sebagai berikut:1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Ayo Mencari Informasi!Carilah informasi selengkap mungkin melalui mengamati dan membaca buku/artikel dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah kalian rumuskan! Ayo Mengolah Informasi!Ayo olah informasi yang telah kalian dapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kalian rumuskan sebelumnya!1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Kelas IX SMP22 Ayo Mengomunikasikan!Komunikasikan hasil jawaban kalian dengan cara mempresentasikan di depan kelas atau kelompok lain untuk mendapatkan tanggapan! 1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Tugas ProdukAyo ciptakan puisi tentang “Penghormatan Jenazah Sang Buddha” lalu membacakannya!Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti23F. Pembagian Relik Sang Buddha Ayo Membaca!Proses mengamati dapat kalian lanjutkan melalui membaca dan mencermati teks berikut lalu merumuskan pertanyaan-pertanyaan.Raja Magadha bernama Ajatasattu, mendengar bahwa Sang Buddha telah Parinibbana di Kusinara. Ia segera mengirim utusan pada suku Malla di Kusinara dan menyatakan: “Dari kesatria asal Sang Bhagava; demikianlah pula saya. Karena itu saya sangat perlu untuk menerima sebagian relik Sang Bhagava. Untuk relik Sang Bhagava itu saya akan dirikan sebuah stupa; dan untuk menghormati-Nya, saya akan mengadakan suatu kebaktian dan perayaan.”Demikian pula halnya dengan orang Licchavi dari Vesali, suku Sakya dari Kapilavasthu, suku Buli dari Allakappa, suku Koliya dari Ramagama, Brahmana dari Vethadipa, Suku Malla dari Pava, mereka telah mendengar Sang Bhagava telah mangkat di Kusinara, mereka segera mengirim utusan mereka untuk mendapatkan bagian relik Sang Bhagava.Akan tetapi suku Malla di Kusinara menolak untuk memberikan kepada mereka. Dan situasi menjadi memanas. Pada saat kritis ini, Brahmana Doma datang untuk mendamaikan mereka, ia berkata:“Wahai saudara-saudara dengarlah sepatah kata dariku, Sang Buddha, Maha Guru yang kita junjung tinggi, telah mengajarkan, agar kita selalu bersabar, sungguh tak layak, jika timbul ketegangan nanti, timbul perkelahian, peperangan karena relik Beliau, Manusia Agung yang tak ternilai. Marilah kita bersama, wahai para hadirin, dalam suasana persaudaraan yang rukun dan damai, membagi menjadi delapan, peninggalan yang suci ini, sehingga setiap penjuru, jauh tersebar di sana sini, terdapat stupa-stupa yang megah menjulang tinggi, dan jika melihat semua itu, lalu timbul dalam sanubari, suatu keyakinan yang teguh terhadap Beliau.”Next >