< Previous Kelas IX SMP64C. Sang Buddha Mengangkat Martabat Kaum Perempuan Kedudukan wanita India sebelum munculnya Sang Buddha tidaklah memperlihatkan adanya kebahagiaan. Karena pada umumnya wanita dianggap sebagai manusia yang lebih rendah dari pada pria, bahkan memiliki kedudukan yang sama dengan kasta Sudra, kasta terendah di antara empat kasta yang ada di India.Tetapi sejak munculnya Sang Buddha hampir 2600 tahun lalu, perempuan mendapatkan posisi dan perannya yang setara dengan laki-laki. Ajaran Sang Buddha yang begitu revolusioner itu, mendobrak kehidupan berdasarkan kasta dan pandangan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki. Dalam agama Buddha, kesetaraan gender sangat jelas dan dijunjung tinggi, termasuk kesetaraan dalam mencapai kesucian. Ayo Menanya!Rumuskan beberapa pertanyaan untuk mengetahui hal-hal yang belum jelas tentang materi pada Bab III di atas sebagai berikut:1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti65 Ayo Mencari Informasi!Carilah informasi selengkap mungkin melalui mengamati dan membaca buku teks dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan yang kalian rumuskan! Ayo Mengolah Informasi!Ayo olah informasi yang telah kalian dapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kalian rumuskan sebelumnya!1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Ayo Mengomunikasikan!Komunikasikan hasil jawaban kalian dengan cara mempresentasikan di depan kelas atau kelompok lain untuk mendapatkan tanggapan! 1. __________________________________________________________2. __________________________________________________________3. __________________________________________________________4. __________________________________________________________5. __________________________________________________________ Kelas IX SMP66 Rangkuman Bab 31. Dalam UU Sisdiknas Tahun 2003, Bab III Pasal 4 ayat 1: “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, & kemajemukan bangsa”. 2. HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, karena setiap manusia tidak bersumber dari suatu kedudukan dan/atau kewajiban tertentu. 3. Hak yang paling asasi adalah hak untuk hidup, kebebasan, persamaan, dan hak milik. Hak ini dikembangkan menyangkut dua hal: (1) hak individu terhadap negara, seperti hak warga negara, hak-hak politik, dan hak mendapatkan perlindungan hukum dan (2) hak individu dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat terhadap sesamanya seperti hak ekonomi, sosial dan budaya.4. Deklarasi HAM (pasal 18) menyatakan: setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsyafan batin dan agama, dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaan dengan mengajarkannya, melakukannya, beribadat, dan menepatinya, baik sendiri maupun bersama-sama orang lain, baik ditempat umum maupun secara sendiri. 5. HAM tidak hanya menyangkut interaksi antarumat manusia, tetapi juga berhubungan dengan alam sekitarnya. Apabila alam sekitarnya rusak maka umat manusia akan menghadapi malapetaka. HAM tidak boleh dipengaruhi oleh perasaan benci dan permusuhan. 6. Dalam agama Buddha, ketentuan yang terdapat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pada hakikatnya memiliki prinsip yang sama dengan Pancasila Buddhis dan enam arah dalam Sigalovada Sutta.7. Setiap kehidupan manusia dapat timbul rasa takut, merasa bersalah, takut disalahkan oleh orang lain, takut terhadap hukum, dan juga takut menghadapi akibat-akibat yang tidak diinginkan dalam kehidupan yang akan datang (Anguttara Nikaya.II, 121). 8. Dalam Kutadhanta Sutta, juga ditemukan bahwa Sang Buddha mengajarkan bentuk pengorbanan sosial demi kesejahteraan banyak orang. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti67 Penilaian Kompetensi PengetahuanKerjakan dengan uraian yang jelas dan tepat!1. Mengapa ada gerakan kaum perempuan sebagai gerakan perlawanan terhadap ketidakadilan gender?2. Bagaimana kedudukan wanita India sebelum munculnya Sang Buddha?3. Mengapa Sang Buddha menyetarakan antara laki-laki dan perempuan?4. Bagaimana kesetaraan kesucian antara laki-laki dan perempuan menurut ajaran Sang Buddha?5. Jelaskan maksud pernyataan Sang Buddha bahwa ada beberapa perempuan bisa lebih baik daripada laki-laki! Tugas ProyekLakukan pengamatan di masyarakat tentang kasus diskriminasi antara laki-laki dan perempuan! Selanjutnya, buatlah laporan minimal 3 paragraf tentang kasus tersebut! Kerja Sama dengan Orang Tua1. Konsultasikan tugas-tugas dengan orangtua kalian!2. Mintalah pendapat orangtua kalian untuk memperkaya informasi yang kalian butuhkan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan! Kelas IX SMP68 Re!eksi6HWHODKPHQJLNXWLVHUDQJNDLDQSHPEHODMDUDQPHODOXLSHQGHNDWDQVDLQWL¿NSDGDmateri bab 3 tentang “Agama Buddha dan Kesetaraan Gender”, pengetahuan baru apa yang kalian peroleh, apa manfaat dari pembelajaran pada bab ini, sikap apa yang dapat kalian teladani dari pembelajaran ini, apa perilaku tindak ODQMXW\DQJDNDQNDOLDQODNXNDQ8QJNDSDQGDQWXOLVNDQUHÀHNVLNDOLDQLQLdengan cermat!Catatan Guru:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………ParafCatatan Orang Tua:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………ParafPendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti69Tokoh Buddhisdalam Kesetaraan GenderAyo, duduk hening.Pejamkan mata, sadari napas masuk dan keluar.Tarik napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tahu.”Hembuskan napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tahu.”Tarik napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tenang.”Hembuskan napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Bahagia.”Ayo Hening Sejenak!Bab 4 Kelas IX SMP70A. Prajapati Gotami Pejuang Sangha BhikkhuniTahukah kalian sejarah Sangha Bhikkhuni? Bagaimana perjuangan Prajapati Gotami bersama 500 wanita untuk menjadi Sangha Bhikkhuni? Bagaimana pula yang mengisahkan asal mula Sangha Bhikkhuni terbentuk dan apa pula sebab kepunahannya? Ayo Membaca!Bhikkhuni pertama ialah Mahapajapati Gotami. Ia adalah putri Raja Suppabuddha dari Kerajaan Koliya. Setelah Putri Mahamaya meninggal dunia, Mahapajapati Gotami menjadi ibu tiri Pangeran Siddharta yang merawat dan membesarkannya.Setelah Pangeran Siddharta mencapai Kebuddhaan, banyak pangeran dan kerabat kerajaan Suku Sakya upasampada menjadi bhikkhu. Mereka meninggalkan kehidupan berumah tangga, menyebabkan istri-istri mereka menjadi janda. Padahal, tidak sedikit diantaranya yang mempunyai istri lebih dari satu.Selama itu, mereka belum berpikir untuk upasampada menjadi bhikkhuni. Namun, setelah Raja Suddhodana meninggal dunia, permaisuri Mahapajapati Gotami mengajak mereka menghadap Sang Buddha, memohon untuk diupasampada menjadi bhikkhuni. Mereka berbuat itu Amati, peristiwa apakah seperti gambar 4.1 di samping lalu rumuskan pertanyaan! Sumber: http://www.elakiri.com Gambar 4.1Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti71karena berpikir bahwa tidak ada gunanya lagi meneruskan kehidupan sebagai perumah tangga, karena mereka tak ingin mencari suami baru. Mereka adalah wanita-wanita bijak yang setia terhadap suami.Kisah upasampada bhikkhuni terjadi ketika Sang Buddha berdiam di Vihara Nigrodharama di Kota Kapilavastu. Saat itu, Mahapajapati Gotami datang menghadap Beliau. Setelah menghormat dan mengambil tempat yang layak, ia berkata:“Bhante, Saya mohon agar Bhante berkenan memberi upasampada pada para wanita menjadi pabbajita dalam Dhamma Vinaya yang Tathagata telah babarkan.”Namun, Sang Buddha menolak dengan berkata:“Wahai Gotami, janganlah merasa senang bahwa para wanita meninggalkan kehidupan berumah tangga dan upasampada sebagai pabbajita dalam Dhamma Vinaya yang Tathagata telah babarkan.”Tiga kali Putri Mahapajapati Gotami mengulang permohonannya. Namun, Sang Buddha tetap menolak dengan jawaban yang sama. Maka, Mahapajapati Gotami merasa berkecil hati dan kecewa. Dengan berlinang air mata ia menghormat dan berpamitan pada Sang Buddha.Ketika Sang Buddha mengembara meninggalkan Kapilavastu menuju Kota Vesali, ternyata, Putri Mahapajapati Gotami mengikutinya. Prajapati telah mencukur rambutnya hingga gundul serta mengenakan jubah petapa Sumber: dokumen fkgab.dkiGambar 4.2“Bhante, saya mohon diupasampada sebagai pabbajjita” Kelas IX SMP72dengan disertai para janda Suku Sakya yang suaminya telah upasampada menjadi bhikkhu. Telapak kaki mereka membengkak karena perjalanan jauh. Badan penuh debu serta air mata berlinang karena kecewa. Mereka berdiri di balik pintu gerbang Sala.Demi melihat itu, Y.M. Bhikkhu Ananda datang menghampiri dan bertanya:“Wahai Ibu Gotami, mengapakah Ibu sampai berlinang air mata dengan telapak kaki membengkak dan mengenakan jubah pertapa yang penuh debu?”Sang Putri menjawab:“Ya, Ayasma Ananda, saya berbuat begini karena Sang Tathagata telah menolak memberi upasampada pada wanita sebagai pabbajita dalam Dhamma Vinaya.”Mendengar itu, Y.M. Bhikkhu Ananda berkata:“Kalau demikian, tunggulah Ibu di sini. Saya akan menghadap Sang Buddhauntuk memohon agar beliau mengizinkan wanita upasampada dalam Dhamma Vinaya.”Ayo Mengamati!Amati, peristiwa apakah yang tampak seperti gambar 4.3 di samping! Lalu, rumuskan pertanyaan! Sumber: http://archives.dailynews.lkGambar 4.3Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti73Maka, Y.M. Bhikkhu Ananda pun masuk menemui Sang Buddha. Setelah menghormat dan mengambil tempat yang layak, ia berkata:“Bhante, Permaisuri Mahapajapati Gotami dengan kedua telapak kaki membengkak, badan penuh debu, berduka, kecewa, dengan air mata berlinang berdiri di luar karena Sang Tathagata tidak mengizinkan wanita upasampada sebagai pabbajita. Saya mohon ijinkanlah wanita upasampada sebagai pabbajita dalam Dharma Vinaya yang telah Tathagata babarkan.” Namun, Sang Buddha menolak dengan berkata:“Ananda, janganlah merasa senang bahwa wanita meninggalkan kehidupan berumah tangga dan upasampada menjadi pabbajita dalam Dhamma Vinaya yang Tathagata telah babarkan.”Y.M. Bhikkhu Ananda mengulang permohonannya sebanyak tiga kali. Namun, Sang Buddha menolak dengan jawaban yang sama. Maka, Bhikkhu Ananda berpikir, bagaimana caranya agar Sang Buddha berkenan mengijinkannya. Lalu, mengajukan pertanyaan dengan cara lain:“Bhante, apabila seorang wanita meninggalkan kehidupan berumah tangga dan upasampada sebagai pabbajita, apakah ia mampu mencapai penerangan Dharma, sotapattiphala, sakadagamiphala, anagamiphala maupun arahattaphala?”“Ananda, apabila seorang wanita meninggalkan kehidupan berumah tangga dan upasampada sebagai pabbajita, ia akan mampu mencapai penerangan Dhamma, sotapattiphala, sakadagamiphala, anagamiphala maupun arahattaphala.”“Ibu Mahapajapati Gotami adalah seorang wanita yang amat berjasa terhadap Sang Tathagata. Beliau telah merawat Sang Tathagata, memberi air susunya sendiri. Beliau telah membesarkan Sang Tathagata dengan penuh kasih sayang. Mengingat itu semua, Saya mohon Sang Tathagata berkenan memberi upasampada pada beliau.”Next >