< PreviousBuku Guru Kelas VII SMP1144. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.Membiasakan diri bersikap solider terhadap sesama dalam berbagai bentuk dan cara.• Melakukan wawancara dengan pendeta dan majelis jemaat mengenai bentuk solidaritas sosial yang dilakukan oleh gereja.• Melakukan role play Orang Samaria yang murah hati. • Membuat slogan dalam rangka mempromosikan solidaritas bagi sesama. Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti115A. PengantarPelajaran ini merupakan kelanjutan dari pelajaran sebelumnya, tetapi bab ini memberikan penekanan secara khusus pada pemahaman tentang solidaritas menurut ajaran Yesus. Bimbing peserta didik untuk mengingat kembali beberapa penekanan penting yang ada dalam pelajaran tujuh. Yesus menyatakan solidaritas pada sesama manusia. Ia mengajar, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, memberi makan bagi yang lapar, mendengarkan keluhan orang, memberi dirinya bagi orang lain. Dengan membaca dari Kitab Nabi Yesaya, Yesus memproklamirkan tibanya Tahun rahmat Tuhan (Lukas 4:16-19). Pernyataan itu sekaligus menunjukkan misi Yesus untuk mewujudkan solidaritas-Nya bagi sesama terutama bagi mereka yang ada dalam penderitaan. Seluruh pekerjaan dan pelayanan Yesus dilandasi oleh cinta kasih dan solidaritas yang tulus pada manusia. Ia pun minta umat-Nya melakukan hal yang sama. Yesus berkata: "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Matius 25:40).B. Uraian MateriSikap Yesus dalam mewujudkan solidaritas terhadap sesama yang menderita nampak jelas dalam khotbah-Nya di bukit melalui ucapan bahagia-Nya, Matius 5:1-12. Perumpamaan tentang Raja yang menghakimi dalam Injil Matius 25:31-46, khusus ayat 40 dan Raja itu akan menjawab, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk-Ku.” Sebuah masyarakat baru, yang dicita-citakan selama ini terwujud melalui sikap dan tindakan Yesus. Persaudaraan sejati, hidup dan bertumbuh dalam solidaritas baru, di mana kesenjangan antara mereka yang kaya dan miskin dijembatani (Kisah Para Rasul 4:32-34). Semuanya itu berpusat pada ajaran Yesus Kristus. Sikap Yesus dalam mewujudkan solidaritas lebih nyata dalam Injil Lukas yang dikenal sebagai Injil yang banyak berbicara tentang keberpihakan pada orang miskin. Solidaritas dalam konsep Alkitab sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yesus adalah suatu perasaan kebersamaan dengan orang lain. Merasa menjadi bagian dari mereka dan sebaliknya mereka adalah bagian dari kita. Bahwa kita tidak sendirian, tetapi kita ada untuk dan bersama orang lain.Solidaritas bukan hanya bersifat materi semata-mata namun membutuhkan keberpihakan sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus. Jadi, solidaritas dalam pemahaman iman Kristen adalah sikap yang mencakup jasmani maupun rohani, didalam diri manusia. Ada orang yang khawatir jika mereka menunjukkan solidaritas mereka maka hidup mereka akan terancam. Jika akan berpihak pada seseorang yang melakukan kebenaran, mereka khawatir terancam.Oleh karena itu, mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Buku Guru Kelas VII SMP1161. Solidaritas Yesus pada Sesama dapat Kita Lihat dalam Beberapa Hal Berikut ini.a. Kehadiran-Nya di dunia untuk merasakan semua yang dirasakan oleh manusia merupakan bentuk solidaritas yang tak terbantahkan. Ia lahir dalam kemiskinan. Ia hidup dalam keprihatinan, melakukan segala perkara untuk manusia tanpa kecuali Ia menderita dan mati secara hina di kayu Salib.b. Ia mewujudkan solidaritas kepada manusia berdasarkan cinta kasih. c. Ia mewujudkan solidaritas sosial dalam penghargaan terhadap manusia sebagai makhluk bermartabat.d. Ia mewujudkan solidaritas bagi manusia demi menyelamatkan manusia.2. Yesus Merobohkan Jembatan EksklusivismeYesus datang dan merobohkan tembok eksklusivisme dari orang-orang yang bersikap eksklusif yang merasa lebih baik dari orang lain. Ia meruntuhkan tembok antara orang kaya dan orang miskin. Ia katakan, berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan memperoleh kemurahan Allah. Yesus datang dan memperkenalkan sebuah cara baru dalam kehidupan, yaitu kasih. Dalam kaitannya dengan solidaritas, bagi Yesus, solidaritas adalah tindakan nyata dan bukan hanya kata-kata. Jadi, jika seseorang mengatakan dia mencintai saudaranya, keluarganya, sesamanya maka hal itu harus dibuktikan melalui perbuatan. Yesus mengajarkan tentang kasih, Ia melakukan tindakan, dan Ia mengajarkan tentang kerendahan hati dan Ia melakukannya, yaitu membasuh kaki murid-murid-Nya. Ia mengajarkan untuk menolong sesama. Ia memberi makan 5000 orang. Ia mengajarkan tentang peduli pada sesama, Ia mendengarkan murid-murid-Nya. Ia menyembuhkan orang sakit, dan Ia membangkitkan orang mati. Ia juga menunjukkan belas kasihan bagi manusia (Lukas 7:22). Yesus memperbarui pemahaman tentang siapakah sesama manusia dan mengenai persaudaraan yang sejati. Melalui perumpamaan orang Samaria yang murah hati, Yesus memperlihatkan kepicikan kaum Farisi dan ahli Taurat mengenai eksklusivisme. Mereka menjadi begitu eksklusif sehingga melupakan aspek kemanusiaan. Orang Farisi dan ahli Taurat selalu menempatkan diri sebagai kelompok eksklusif, sebagai orang-orang terpandang dan terkemuka. Mereka berpikir kesetiaan dan ketatan menjalankan aturan agama dengan benar menurut Kitab Taurat Musa telah menjadikan mereka sebagai manusia yang suci dan benar. Di banyak kesempatan, Yesus selalu mengkritik mereka. Bahwa menjalankan ibadah agama hendaknya diikuti dengan wujud tindakan kasih dan solidaritas bagi sesama.Pernyataan Yesus mengenai tibanya tahun rahmat Tuhan adalah undangan bagi semua orang untuk menjadi saudara dan saudari bagi sesama. Dengan begitu tidak ada lagi kesenjangan antara miskin dan kaya serta tidak terdapat eksploitasi terhadap sesama. Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti117C. Penjelasan Bahan AlkitabPenjelasan bahan Alkitab bersifat membantu guru dalam memahami teks Alkitab yang dijadikan acuan. Penjelasan bahan Alkitab ini tidak untuk diajarkan pada peserta didik.1. Lukas 4:16-19Yesus mengawali pelayanan-Nya di kota tempat asal-Nya di Nazaret dengan masuk ke rumah ibadat. Sepanjang masa penawanan oleh Babel sesudah Bait Suci dihancurkan, orang Yahudi mendirikan sinagoge (rumah ibadat) sebagai pusat ibadat setempat. Bahkan sesudah bait suci dibangun kembali, ibadah di sinagoge tetap dilanjutkan. Lukas mencatat bahwa Yesus sudah biasa menghadiri kebaktian di sinagoge secara teratur pada hari Sabat. Jemaat ikut ambil bagian di dalam acara kebaktian, dan sering kali diminta untuk membacakan Alkitab dan memberikan tanggapan yang berkenan. Rasul Paulus melakukan sebagian besar pemberitaan Injil di sinagoge (bdg. Kisah Para Rasul 13:14 -15).Yesus menerangkan maksud pelayanan-Nya yang diurapi Roh, yaitu sebagai berikut:1. Untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, papa, menderita, hina, hancur hati, dan mereka yang “gentar kepada firman-Nya”. 2. Untuk menyembuhkan mereka yang menderita dan tertindas. Penyembuhan ini meliputi segenap pribadi, baik jasmani maupun rohani.3. Untuk mencelikkan mata rohani mereka yang dibutakan oleh dunia dan Iblis agar mereka dapat melihat kebenaran kabar baik Allah (bd. Yohanes 9:39).4. Untuk memberitakan saat pembebasan dan penyelamatan yang sesungguhnya dari kuasa Iblis, dosa, ketakutan, dan rasa bersalah (bd. Yohanes 8:36; Kisah Para Rasul 26:18). Semua orang yang dipenuhi Roh terpanggil untuk ikut serta dalam pelayanan Yesus.2. Matius 25:31-46Peristiwa pemisahan ini terjadi setelah masa kesengsaraan besar dan kedatangan Kristus kembali ke bumi tetapi sebelum memulai memerintah bumi ini.1. Penghakiman ketika itu meliputi pemisahan orang fasik dari orang benar (Matius 25:32-33). 2. Penghakiman itu akan dilandaskan pada perbuatan kasih dan kebaikan terhadap mereka yang menjadi milik Kristus dan yang menderita. Ungkapan kasih dan belas kasihan ini dianggap sebagai tindakan yang menunjukkan iman dan keselamatan sejati (Matius 25:35-46).Buku Guru Kelas VII SMP1183. Orang fasik tidak akan diizinkan untuk memasuki Kerajaan Kristus, tetapi akan langsung dicampakkan ke dalam tempat hukuman kekal (Matius 25:41,46 dan Wahyu 14:11).4. Orang benar akan mewarisi hidup kekal (Matius 25:46).D. Kegiatan PembelajaranKegiatan 1Presentasi hasil wawancara dengan pendeta dan majelis jemaat di gereja masing-masing. Tugas ini dilakukan secara berkelompok atau jika jumlah peserta didik di kelas hanya 10 orang atau kurang dari itu, maka dapat dilakukan secara individual. Guru dapat membimbing peserta didik mempersiapkan wawancara dengan daftar pertanyaan sederhana. Isi wawancara ada dalam buku peserta didik. Lihat poin VI mengenai tugas pada pelajaran tujuh.Kegiatan 2Bermain peran berdasarkan Injil Lukas 10:25-37, tentang orang samaria yang murah hati. Guru membantu mengarahkan peserta didik berkaitan dengan konsep-konsep tertentu. Misalnya siapakah sesama manusia dan apa yang seharusnya dilakukan oleh orang Lewi dan Imam dalam cerita ini. Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Mereka menganggap orang Samaria adalah orang yang tidak menjalankan aturan agama yang ditetapkan oleh Nabi Musa, karena itu mereka orang yang “najis”. Orang Lewi adalah keturunan imam-imam yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat Yahudi. Justru orang-orang yang dipandang terhormat dalam masyarakat dan agamalah yang telah mengabaikan sesama manusia dalam penderitaannya. Justru orang Samaria yang dipandang rendah yang menolong orang yang menderita.Kegiatan 3Lagu dalam Kegiatan 3 berpadanan dengan pembahasan bahan Alkitab mengenai proklamasi Yesus bahwa Tahun rahmat Tuhan telah tiba yang terdapat dalam Injil Lukas 4:16-19. Setelah menyanyi, guru dapat mengarahkan peserta didik bahwa Proklamasi Tahun rahmat Tuhan yang dinyanyikan tadi merupakan tugas yang diberikan bagi tiap orang beriman di masa lalu maupun masa kini. Oleh karena itu, tiap orang beriman terpanggil untuk mewujudkannya dalam bentuk solidaritas bagi sesama. Guru mengarahkan peserta didik bahwa remaja SMP kelas VII pun dapat melayani sesama sesuai dengan usia dan kemampuan. Mereka dapat bersaksi melalui perbuatan hidup yang baik, menolong sesama dan lain sebagainya.Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti119Kegiatan 4Guru membimbing peserta didik untuk meneguhkan prinsip solidaritas bahwa solidaritas merupakan wujud iman kita kepada Yesus. Sebagai bagian dari penghayatan serta penguatan sikap, peserta didik membuat refleksi dan slogan. Mereka diminta menulis refleksi mengenai mewujudkan iman dalam bentuk karya nyata bagi sesama. Untuk slogan, dapat ditulis di atas kertas ataupun spanduk menurut situasi dan kondisi sekolah. Jika peserta didik mampu secara ekonomi, mereka dapat mencetaknya di atas kain yang baik dan dipajang di kelas. Atau dapat juga ditulis di kertas karton maupun koran bergantung kreativitas peserta didik. Biarkan peserta didik kreatif melakukan menurut idé dan kemampuannya. Upayakan tidak membatasi kreativitas peserta didik menurut kemauan guru. Peserta didik dapat membentuk huruf untuk slogan dari daun-daun kering yang dilem di atas kertas koran. Lem dapat dibuat dari bubur beras atau sagu, lebih murah dan bahannya ada di hampir seluruh daerah yang terpencil sekali pun.E. PenilaianPenilaian dalam rangka mengukur tercapainya kompetensi dilakukan dengan mengukur tercapainya seluruh indikator. Bentuk penilaian adalah karya, unjuk kerja, dan penilaian tes lisan.Buku Guru Kelas VII SMP120Bab 11Membangun Solidaritas di Tengah Masyarakat Majemuk(Bahan Alkitab: Mazmur 133; Matius 25:31-46, dan Matius 22: 37-39)Kompetensi IntiKompetensi DasarIndikator1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.Menghayati arti peduli dan solidaritas bagi sesama.2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.Mau menghargai sesama sebagai wujud solidaritas berdasarkan ajaran Yesus Kristus.• Memilih sikap yang benar dalam kaitannya dengan solidaritas dalam masyarakat majemuk.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.Menceritakan bentuk solidaritas sosial yang dilakukan bagi sesama mengacu pada ajaran Yesus Kristus.• Menceritakan pengalaman hidup bersama dalam masyarakat majemuk.Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti1214. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.Membiasakan diri bersikap solider terhadap sesama dalam berbagai bentuk dan cara.• Merancang kegiatan sebagai wujud solidaritas dalam masyarakat majemuk.Buku Guru Kelas VII SMP122A. PengantarBangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk atau beragam yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, budaya, dan agama maupun kelas sosial. Hal itu merupakan anugerah Tuhan yang patut disyukuri. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan sejumlah pulau besar. Letak, jarak dan jumlah pulau yang banyak, mempengaruhi kebudayaan masyarakat Indonesia, sehingga wilayah Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam. Keberagaman ini jika tidak dikelola dengan baik, maka konflik akan mudah terjadi dan dapat memecah persatuan bangsa Indonesia. Untuk itu solidaritas antarmasyarakat perlu dikembangkan sehingga masyarakat dapat menerima perbedaan satu sama lain. Persentuhan antarbudaya dan prasangka sosial akan selalu terjadi karena permasalahan yang senantiasa terkait erat dengan hubungan antarmasyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Berbagai prasangka atau prejudis dapat menjadi pemicu konflik dan perpecahan. Oleh karena itu dibutuhkan kearifan tersendiri untuk mengelola berbagai perbedaan yang ada. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang dapat diharapkan memberikan pencerahan pada masyarakat supaya mampu membangun solidaritas dan tenggang rasa di antara sesama bangsa. Dalam hal ini peran generasi muda termasuk remaja amat besar untuk membangun rasa kebersamaan dalam berbagai perbedaan yang ada.B. Uraian MateriKitab Mazmur 133 berbicara tentang persaudaraan yang rukun. Alangkah indahnya jika semua orang dari berbagai latar belakang yang berbeda dapat hidup bersama-sama dengan rukun. Pemazmur melihat bahwa kehidupan yang rukun akan membawa kebahagiaan dan ketenteraman, sebaliknya kehidupan yang kacau dan penuh pertikaian membawa penderitaan. Apa yang tertulis dalam Kitab Mazmur memang indah, namun dalam kenyataannya, semua tidak dapat tercipta dengan sendirinya. Apalagi di negara kita isu-isu mengenai perbedaan suku dan agama sering dijadikan alasan timbulnya konflik dan kekerasan. Ada berbagai peristiwa di mana terjadi amuk massa yang disebabkan karena salah pengertian kemudian dikaitkan dengan perbedaan suku dan agama. Akar dari semua peristiwa itu karena masyarakat tertentu tidak terlatih untuk membangun solidaritas di tengah perbedaan yang ada. Atau karena sebagian orang sudah terlanjur memiliki prasangka buruk terhadap orang lain yang berbeda agama dan suku, apalagi berbeda kelas sosial (antara yang kaya dengan yang miskin). Ada juga yang berpikir, mengapa harus saya yang mulai memikirkan mengenai solidaritas dan kebersamaan? Mengapa bukan pihak lain dulu baru saya menanggapinya? Atau selama ini saya membangun pemikiran dan sikap positif terhadap mereka yang berbeda dengan saya, tetapi mereka tidak Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti123pernah berubah, tetap bersikap tidak baik terhadap saya, jadi mengapa saya harus bersikap baik, toh tidak ada gunanya. Pemikiran-pemikiran seperti ini keliru, ketika kita belajar tentang nilai-nilai kristiani, kita akan mengerti bahwa tiap orang Kristen terpanggil untuk mewujudkan nilai-nilai kebaikan, kebenaran dan keadilan dalam hidupnya sebagaimana tercantum dalam buah Roh (Galatia 5:22). Jadi, kebaikan yang kita lakukan tidak boleh berpatokan pada apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Kita harus proaktif atau terlebih dahulu mengambil inisiatif untuk “berbuat.” Semua harus datang dari dalam hati dan merupakan keputusan hati nurani seseorang. Sebagai remaja, justru inilah saat yang paling penting untuk belajar dan menumbuhkan sikap dan tindakan solidaritas sebagai kebiasaan yang dilakukan dalam hidup. Semua yang dilakukan merupakan wujud tanggapan dan tanggung jawab sebagai remaja Kristen yang telah diselamatkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Semua orang beriman diminta untuk mengasihi sesama manusia tanpa kecuali.Bentuk-bentuk solidaritas di tengah masyarakat majemuk yang dapat diwujudkan sebagai remaja, antara lain sebagai berikut.1. Menghargai teman dan orang lain dalam berbagai perbedaan.2. Menghargai penganut agama lain dan semua aturan agamanya termasuk ibadahnya.3. Berteman dengan seseorang tanpa memandang perbedaan yang ada.4. Dapat bekerja sama dan menolong teman dan sesama tanpa memandang perbedaan agama, suku dan status sosial (kaya ataupun miskin).C. Penjelasan Bahan AlkitabPenjelasan bahan Alkitab bersifat membantu guru dalam memahami teks Alkitab yang dijadikan acuan. Penjelasan bahan Alkitab ini tidak untuk diajarkan pada peserta didik.1. Mazmur 133Mazmur ini termasuk Mazmur yang dalam bahasa Inggris disebut “Songs of Ascents” (yaitu “Nyanyian Pendakian” atau anak-anak tangga). Beberapa orang beranggapan bahwa frasa ini mengacu kepada penunjuk waktu dengan bayangan matahari buatan Raja Ahas. Bayangan mundur ke belakang sepuluh derajat pada alat ini sebagai jaminan bahwa Allah menambahkan 15 tahun lagi kepada Raja Hizkia untuk memerintah dengan tenang. Mazmur ini kemudian dikumpulkan untuk memperingati janji itu. Banyak orang percaya bahwa frasa “Nyanyian Pendakian” mengacu kepada mazmur yang dinyanyikan orang Yahudi bersama-sama manakala mereka “naik” ke Yerusalem sebagai peziarah untuk merayakan hari raya kudus mereka.Next >