< PreviousBuku Guru Kelas VII SMP134D. Kegiatan PembelajaranBagian pengantar amat penting dalam meletakkan dasar bagi pembelajaran ini dan pembelajaran berikutnya. Peserta didik dibimbing untuk menilai diri sendiri dalam kaitannya dengan hati nurani. Guru diminta untuk membimbing peserta didik sesuai dengan pilihannya sendiri dalam dua kasus yang diajukan pada mereka. Guru mendengarkan dengan teliti serta mencatat pilihan mereka, ketika memberikan pencerahan materi. Beberapa dari jawaban mereka dapat diangkat sebagai contoh konkret untuk memperkuat pembahasan tentang peran hati nurani bagi manusia.Kegiatan 1Kegiatan 1 merupakan bedah kasus yang ada dalam Alkitab mengenai Yonatan dan Daud. Kisah ini menarik karena konflik batin yang harus dihadapi oleh Yonatan. Apakah dia harus membela ayahnya yang kebetulan adalah raja ataukah Daud sahabatnya. Guru dapat menjelaskan situasi ini pada peserta didik, bagaimana pada akhirnya hati nurani memenangkan kejahatan. Tetapi perlu ditegaskan pada peserta didik bahwa Yonatan mampu memilih berdasarkan hati nurani karena Yonatan juga mendengarkan Tuhan. Hati nurani yang selalu diasah dan dididik oleh Firman Tuhan akan menuntun manusia ke arah yang benar. Dalam memberikan penjelasan guru harus berhati-hati sehingga tidak timbul kesan seolah-olah anak boleh berkhianat terhadap orang tua seperti yang dilakukan oleh Yonatan. Tegaskan bahwa Yonatan membela kebenaran dan ia tidak berkhianat pada ayahnya. Sebaliknya ia ingin menyelamatkan ayahnya supaya tidak membunuh orang yang tidak bersalah.Kegiatan 2Kegiatan 2 merupakan bagian penghayatan terhadap bahan pelajaran, setelah belajar konsep hati nurani, peserta didik melakukan kegiatan bermain peran untuk memperkuat penghayatan terhadap peran hati nurani baginya. Kegiatan bermain peran memperkuat bedah kasus yang telah dilakukan. Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk berimprovisasi dalam bermain peran. Mereka dapat menambahkan dialog yang berkaitan dengan materi pelajaran jika diperlukan.Kegiatan 3Diskusi yang dilakukan setelah bermain peran semakin memperkuat materi ajar dan metodologi pembelajaran. Mulai dari bedah kasus, bermain peran kemudian semakin diperkuat lagi dengan diskusi. Melalui langkah-langkah kegiatan ini diharapkan penanaman nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam membentuk hati nurani peserta didik semakin kuat.Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti135Kegiatan 4Kegiatan 4 melingkari kata-kata yang berkaitan dengan hati nurani. Jawabannya adalah: Kemampuan diri, kejujuran, akal sehat, tulus, dan Roh Kudus.Kegiatan 5Di akhir pembelajaran, peserta didik menyusun doa permohonan agar Allah membimbing hati nurani peserta didik supaya mampu memilih dan memutuskan yang benar.Kegiatan 6Kegiatan 6 merupakan puncak dari pembelajaran dalam Bab 10. Kegiatan ini sekaligus merupakan bentuk apresiasi terhadap kerja keras peserta didik, yaitu doa penutup dipilih dari rumusan doa yang ditulis oleh peserta didik. E. PenilaianPenilaian dalam rangka mengukur tercapainya kompetensi dilakukan dengan mengukur tercapainya seluruh indikator (2 (dua) indikator). Bentuk penilaian adalah penilaian unjuk kerja, tes tertulis, tes lisan dan penilaian karya.F. TugasTugaskan peserta didik untuk melakukan hal-hal berikut.1. Mencari dari berbagai sumber pengertian disiplin dan mengapa manusia membutuhkan disiplin dalam hidupnya.2. Lakukan wawancara dengan guru BP dan wali kelas lain mengenai disiplin mereka di sekolahmu, khususnya di jenjang kelas VII SMP. Apakah mereka taat pada aturan dan disiplin sekolah? Jika terjadi pelanggaran, apa bentuk pelanggaran peserta didik dan apa sanksinya, misalnya jika masuk sekolah terlambat, apa sanksinya? Dalam satu minggu berapa banyak terjadi pelanggaran. Selanjutnya, wawancara dipresentasikan pada pertemuan berikut.3. Fotokopi aturan sekolah untuk didiskusikan di kelas. Di sekolah yang tidak memiliki akses fotokopi ataupun mahal, peserta didik dapat mencatat aturan-aturan sekolah yang penting. Guru membimbing peserta didik mengerjakan tugas ini.Semua tugas akan dibahas dalam pertemuan berikut.Buku Guru Kelas VII SMP136Bab 13Sekolah dan Keluarga sebagai Tempat Melatih Disiplin(Bahan Alkitab: Yosua 24:14-28)Kompetensi IntiKompetensi DasarIndikator1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.Menerima disiplin sebagai wujud ketaatan kepada Firman Tuhan.2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.Memiliki sikap disiplin sebagai wujud ketaatan kepada Firman Tuhan.• Melakukan penilaian terhadap diri sendiri menyangkut disiplin diri.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.Menjelaskan manfaat disiplin bagi remaja SMP kelas VII.• Menjelaskan definisi disiplin dan manfaat disiplin bagi remaja SMP kelas VII.Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti1374. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.Terbiasa bersikap disiplin dan taat pada aturan yang berlaku sebagai wujud ketaatan pada Firman Tuhan.• Melakukan pemahaman Alkitab mengenai disiplin ibadah berdasarkan Kitab Yosua 24:14-28.Kompetensi tersebut disampaikan dalam 2 pelajaran yakni Bab 12 dan Bab 13.Buku Guru Kelas VII SMP138A. PengantarPemahaman DisiplinAda banyak definisi konsep mengenai disiplin, tetapi umumnya pengertian disiplin adalah tindakan individu untuk melaksanakan serta menaati peraturan, tata tertib serta norma yang berlaku di lembaga tertentu. Pelaksanaan disiplin akan senantiasa merujuk pada norma, peraturan dan patokan-patokan yang menjadi unsur penentu perilaku dan juga ada unsur kontrol terhadap perilaku supaya sesuai dengan peraturan yang berlaku.B. Uraian MateriManusia membutuhkan disiplin dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, di manapun seseorang hidup. Ia akan berhadapan dengan disiplin. Apalagi di sekolah dan di rumah, institusi sekolah dan keluarga adalah dua institusi penting yang menjadi dasar atau fondasi bagi tumbuhkembangnya disiplin hidup.1. Fungsi DisiplinDisiplin amat diperlukan dalam rangka mengatur perilaku dan tata kehidupan manusia apalagi untuk anak-anak, remaja, dan kaum muda. Ada pakar psikologi yang mengatakan, perilaku manusia setelah dewasa sangat ditentukan oleh pola asuh dan disiplin yang ditanamkan sejak kecil. Disiplin menjadi prasyarat penting dalam pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan.Beberapa fungsi disiplin menurut Tulus dalam Asti Fajjaria (2012), adalah sebagai berikut.a. Untuk menata kehidupan bersamaDi sekolah, disiplin diperlukan untuk menata kehidupan peserta didik di sekolah dan demi terwujudnya proses belajar-mengajar yang baik dan berkualitas. Di rumah, disiplin dibutuhkan untuk menata kehidupan keluarga sehingga tiap orang paham apa hak dan kewajibannya dan bagaimana melaksanakannya.Peserta didik baik di sekolah maupun di rumah adalah makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang, dan pola pikir yang berbeda-beda. Akan tetapi sebagai makhluk sosial, dalam hubungan dengan orang lain diperlukan norma, nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda dan tak jarang ada yang saling merugikan, dibutuhkan disiplin yang berfungsi menyadarkan seseorang untuk menghargai orang lain. Dengannya kita taat pada aturan yang berlaku sehingga tidak merugikan orang lain. Misalnya, di asrama berlaku aturan, setelah Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti139pukul 22.00 WIB tidak menerima tamu, untuk menjamin semua orang dapat belajar dan istirahat tanpa gangguan.b. Membangun kepribadianKepribadian (menyangkut sikap, tingkah laku dan perkataan) seseorang turut ditentukan oleh lingkungan di mana ia hidup dan bertumbuh, yaitu lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Seseorang yang terbiasa hidup disiplin sejak kecil di rumah maupun di sekolah membawa pengaruh positif bagi pembentukan kepribadiannya. Itulah sebabnya sekolah dan keluarga adalah dua lembaga atau institusi penting sebagai peletak dasar kehidupan moral dan disiplin.c. Melatih kepribadianKepribadian terbentuk melalui latihan dan disiplin dan itu tidak dapat terbentuk dalam 1 atau 2 tahun melainkan bertahun-tahun, karena itu dibutuhkan waktu yang lama untuk menanamkan disiplin bagi pembentukan kepribadian seseorang. Rumah dan sekolah merupakan institusi strategis bagi pembentukan kepribadian seseorang melalui disiplin.d. Unsur paksaanFaktor yang mendorong terbentuknya disiplin adalah dorongan dari dalam diri. Namun, dalam rangka mewujudkan disiplin ada juga dorongan dari luar diri. Misalnya, paksaan karena sesuatu merupakan aturan, mau tidak mau harus dijalani, jika tidak maka seseorang akan berhadapan dengan sanksi dan hukuman. Jadi, salah satu fungsi disiplin adalah memaksa seseorang untuk hidup menurut aturan yang berlaku.e. HukumanAturan di sekolah dan di rumah, jika tidak dijalankan atau ditaati ada sanksi atau hukuman yang harus diterima. Peran hukuman atau sanksi amat penting sebagai pendorong agar peserta didik mau melaksanakan tata tertib dan aturan yang berlaku.f. Menciptakan lingkungan yang kondusifDisiplin menyebabkan kehidupan menjadi tertib dan pada akhirnya tercipta lingkungan yang kondusif di tiap lembaga. Di sekolah dan di rumah, dapat tercipta situasi yang kondusif bagi semua penghuni karena tata tetib dan peraturan dijalankan dengan baik.2. Tujuan disiplin menurut Singgih D. Gunarsa dalam Asti Fajjaria (2012) adalah sebagai berikut.a. Mengetahui dan menyadari mengenai hak milik orang lain.b. Mengerti larangan-larangan dan segera menurut untuk menjalankan kewajibannya.Buku Guru Kelas VII SMP140c. Mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk.d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman.3. Disiplin di SekolahMenurut Fajjaria yang mengutip Tulus (2004:34), apabila di sekolah disiplin dikembangkan dan ditetapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, maka akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku peserta didik. Disiplin dapat mendorong peserta didik belajar secara konkret dalam praktik hidup tentang hal positif, melakukan hal baik dan benar dan menjauhkan mereka dari hal negatif. Melalui pemberlakuan disiplin yang konsisten, peserta didik belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain. Sekolah merupakan lembaga kedua setelah rumah (keluarga) yang dapat membawa anak-anak bertumbuh menjadi manusia berguna bagi dirinya, bagi keluarga, gereja dan masyarakat. Figur yang dekat dengan anak-anak dan remaja setelah orang tua adalah guru, dalam menjalankan disiplin, peserta didik membutuhkan keteladanan di sekolah. Misalnya, aturan tidak boleh merokok, tetapi guru merokok di depan peserta didik, maka pemberlakuan disiplin tidak konsisten. Seharusnya guru memberi contoh yang baik dengan tidak merokok. Ada aturan mengenai jam masuk sekolah, hendaknya berlaku bagi peserta didik dan guru, jadi guru harus menjadi teladan dalam hal ketepatan waktu. Aturan disiplin yang dibuat sekolah hendaknya dalam bagian tertentu berlaku untuk peserta didik juga guru.a. Memberi Hukuman yang MendidikMenurut Tina Rahmawati yang dimaksud hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan yang harus diterima atau dikerjakan peserta didik karena bertingkah laku tidak pada tempatnya. Hukuman sebagai penguatan negatif merupakan salah satu penunjang untuk tegaknya disiplin dan dilakukan apabila terjadi pelanggaran tata tertib atau disiplin. Hukuman, di lain pihak adalah “imbalan” yang tidak menyenangkan yang harus diterima peserta didik akibat tingkah laku mereka dinilai tidak pada tempatnya.Hukuman merupakan cara sekolah memperingati dan memberitahu peserta didik bahwa perilakunya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Sosialisasi peraturan pada peserta didik amat perlu, bukan hanya pada waktu peserta didik diterima di sekolah, melainkan harus senantiasa diulang setiap ada kesempatan yang tepat sehingga berbagai aturan dan tata tertib dapat tertanam dalam pikiran dan hati peserta didik.Hukuman seyogyanya diberikan jika cara-cara pendisiplinan lainnya tidak berhasil. Hukuman memberi tahu pada anak mengenai perilaku apa yang tidak diinginkan, tetapi belum tentu menjelaskan perilaku yang bagaimana yang diinginkan. Sedangkan persyaratan dalam penanaman disiplin adalah bahwa anak-anak harus tahu betul perilaku apa yang Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti141dapat diterima. Dalam menegakkan disiplin hendaknya pendidik dapat menggunakan cara-cara yang membentuk konsep diri yang positif dan realistis pada anak.Mengacu pada pernyataan tersebut, hendaknya guru tidak terlalu mudah dan sering menjatuhkan hukuman pada peserta didik. Hal ini di karenakan peserta didik yang terlalu sering dihukum pada akhirnya akan melahirkan konsep diri negatif dalam dirinya, atau peserta didik akan melawan dengan berbagai cara.Jika penegakan disiplin dilakukan dalam perspektif iman Kristen, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui, seperti ditegur di bawah empat mata, kemudian yang kedua kalinya bersama guru BP, lalu ditegur sekali lagi, barulah dijatuhkan hukuman yang mendidik bukan untuk menyakiti dan membuat peserta didik ketakutan. Dalam penegakan disiplin, sebaiknya dari dalam diri peserta didik tumbuh keengganan untuk melanggar disiplin ketimbang “ketakutan” yang bersifat paksaan belaka.b. Disiplin yang SeimbangSekolah harus menyeimbangkan antara hukuman dan penghargaan. Misalnya, jika peserta didik terlambat diberi hukuman tetapi jika mereka berprestasi, mereka dapat memperoleh penguatan (reward). Jadi, untuk setiap ketaatan dan prestasi, peserta didik diberi penguatan tetapi untuk setiap pelanggaran, peserta didik diberi sanksi. Disiplin di sekolah tentu berbeda dengan disiplin militer yang keras. Artinya, aspek pengampunan harus diberlakukan dan dilihat dari besar-kecilnya pelanggaran. Sedapat mungkin sekolah tidak mengeluarkan peserta didik melainkan berupaya keras mendidik dan memperbaiki perilaku peserta didik.4. Disiplin di rumahKeluarga dalam hal ini orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus jadi teladan bagi anak dalam hal disiplin. Aturan dan tata tertib di rumah harus dijalankan secara konsekuen, orang tua hendaknya konsisten dalam menerapkan aturan. Tiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing, supaya peran dapat efektif maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat secara tidak tertulis.Salah satu contoh tentang penerapan disiplin di rumah adalah disiplin waktu. Perlu ada pengaturan waktu yang seimbang antara bermain dengan belajar. Ada penelitian yang mengatakan bahwa anak-anak dan remaja menghabiskan terlalu banyak waktu di depan TVdan permainan elektronik. Dampaknya pada proses sosialisasi dan kesehatan, yaitu waktu belajar menjadi berkurang, demikian pula waktu untuk bersosialisasi dengan sesama. Selain itu kesehatan syaraf mata dan tangan dapat terganggu.Buku Guru Kelas VII SMP142Orang tua merupakan mitra bagi guru dalam menerapkan disiplin bagi anak. Sekolah dan keluarga harus saling mendukung dalam mendisiplinkan anak. Di samping itu, remaja perlu diperkuat dengan prinsip-prinsip moral menyangkut pergaulan dengan sesama remaja, guru dan orang tua. Mengenai prinsip moral akan dibahas dalam nilai Kristiani jadi tidak dibahas secara lebih mendalam di sini.Disiplin yang diajarkan di rumah bertujuan mempengaruhi remaja supaya dapat berpikir, merasakan dan bertindak dalam kaitannya dengan apa yang diyakininya salah atau benar.Menurut Editor majalah E-Konsel dalam Esa Wibowo, banyak orang menganggap bahwa masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan tetapi sekaligus juga paling membingungkan. Masa di mana seseorang mulai memikirkan tentang cita-cita, harapan, dan keinginan-keinginannya. Namun juga masa yang membingungkan, karena ia mulai menyadari masalah-masalah yang muncul ketika ia mencoba untuk mengintegrasikan antara keinginan diri dan keinginan orang-orang di sekitarnya.Pada saat inilah orang tua memiliki peranan yang sangat penting untuk menolong anak remajanya, supaya mereka tidak salah jalan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau pada saat yang sama orang tua mengalami kesulitan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dialami remaja, baik secara fisik maupun psikis. Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang tepat agar dapat mengerti dan memahami masalah anak remajanya. Jika tidak hal ini akan menyebabkan banyak kesalahpahaman di antara mereka.Peraturan dalam keluarga hendaknya sesuai dengan usia dan kebutuhan anak, misalnya tentang waktu untuk menonton TV, waktu untuk bermain, membersihkan kamar, atau tentang hormat pada orang yang lebih tua, dan lain-lain. Orang tua dan guru harus memahami bahwa bagi anak remaja, hal-hal yang menyangkut identitas, kebebasan dan harga diri amat sensitif. Para remaja membutuhkan banyak dukungan dan dorongan. Pertentangan tidak pernah dapat diselesaikan dengan argumen atau pertengkaran.Teladan dan kemantapan orang tua sangat mempengaruhi anak-anak mereka. Pernikahan yang baik dan bahagia, jauh lebih membantu anak-anak muda untuk siap menghadapi kehidupan, daripada peraturan-peraturan dan pengawasan. Ciri-ciri ajaran iman Kristen seperti kasih, kesabaran, pengertian, dukungan dan kepercayaan, yang diungkapkan secara tetap, akan menjadi dasar kekuatan yang dibutuhkan para remaja dalam menghadapi tekanan dan masa-masa perubahan. Kepercayaan orang tua tidak boleh dipisahkan dari pengalaman dan tindakan nyata, terutama dalam keluarga.Komunikasi yang erat dengan remaja, akan banyak membantu kita menghindarkan konflik. Itu berarti, kita perlu bercakap-cakap secara bermakna juga meluangkan waktu yang bermutu bersamanya. Perhatian pribadi ini akan menciptakan citra diri yang positif serta menggalang persaudaraan dalam keluarga. Jangan takut mengungkapkan kasih sayang secara fisik. Pelukan bapak dan ciuman ibu kepada mereka sangat membantu pembentukan kesan bahwa anak diterima dan dikasihi. Jadi, penerapan disiplin di rumah, Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti143hendaknya dilakukan secara berimbang. Menertibkan remaja tetapi juga sebagai sarana mengekspresikan cinta kasih dan perhatian orang tua bagi masa depan anak. Disiplin yang disertai dengan kekerasan tidak akan menghasilkan perubahan yang berarti tetapi cinta kasih dan konsistensi dalam menjalankan aturan diharapkan membawa perubahan bagi remaja.5. Sekolah dan Rumah sebagai Tempat Mendidik dan Melatih DisiplinDari pemaparan di atas, nampak dua lembaga yang amat penting sebagai pendidik dan pelatih bagi penerapan disiplin remaja, yaitu sekolah dan keluarga. Dengan demikian, peran orang tua dan guru amat penting bukan hanya sebagai pendidik namun juga terutama sebagai teladan yang menunjukkan contoh nyata pelaksanaan disiplin melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan mereka. Disiplin bukan hanya sekadar pemahaman konsep melainkan praktik kehidupan yang harus nyata dalam tingkah laku peserta didik.Catatan untuk GuruPembahasan mengenai disiplin cukup padat, karena itu guru diminta untuk menggabungkan materi yang ada dalam buku guru dengan yang ada pada buku peserta didik. Pembahasan mengenai disiplin terbagi menjadi dua pelajaran, yang pertama membahas sekolah dan rumah sebagai tempat melatih disiplin, pelajaran berikutnya menerapkan disiplin pribadi dalam kehidupan remaja. Pada pembahasan kedua lebih spesifik berupa petunjuk dan penguatan untuk peserta didik supaya tidak memandang disiplin sebagai siksaan, melainkan menjadikan disiplin sebagai kebiasaan hidup.Next >