< Previous32 Kelas IX SMP Kegiatan 61. Bagaimana kehidupan gereja kamu sendiri? Apakah anggota-anggota gereja kamu menunjukkan kesetiaan dan ketekunan mereka dalam berdoa? Apakah mereka rela mengorbankan waktu dan hidup mereka bagi Tuhan? Kalau ya, coba sebutkan contoh-contohnya! Kalau tidak, apa sebabnya? Diskusikan pertanyaan-pertanyaan ini dengan temanmu sebangku, lalu tuliskan jawaban kamu di bawah ini! ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………2. Menurut kamu, untuk apa Gereja hadir di dunia? Dengan cara apakah kita menyatakan Injil Tuhan kepada orang lain? Mengapa kamu mengatakan demikian? Diskusikan masalah itu dengan teman kamu sebangku! ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………F. Penilaian 1. Coba jelaskan bagaimana praktik leitourgia atau peribadahan di gerejamu itu berkaitan erat dengan koinonia atau kehidupan persekutuan anggota-anggota gerejamu! 2. Apakah kehadiran orang Kristen di tempat itu menyenangkan bagi orang lain? Kalau ya, jelaskan! Kalau tidak, apa sebabnya? 3. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. menunjukkan pentingnya perjuangan hak-hak asasi manusia demi menciptakan suatu persekutuan manusia yang lebih adil. Ia pernah mengatakan “injustice anywhere is a threat to justice everywhere.” Artinya, ketidakadilan di manapun juga adalah ancaman kepada keadilan dimana-mana. Apakah gerejamu juga sudah terlibat dalam tugas tersebut? Coba ceritakan apa yang sudah dilakukan. Kalau gerejamu belum terlibat dalam perjuangan ini, apa sebabnya? 4. Persekutuan di dalam gereja perdana merupakan ikatan yang erat antara warga jemaat yang terdiri dari orang-orang yang berkekurangan maupun mereka yang berkecukupan. Bagaimana dengan gerejamu? Apakah kamu dapat menemukan persekutuan seperti ini, ataukah ada ketidakpedulian di antara warga jemaat yang berkecukupan terhadap warga jemaat yang berkekurangan? Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 335. Perubahan apakah yang ditimbulkan oleh kehadiran gerejamu terhadap masyarakat sekitarnya atau orang-orang lain di luar gereja?G. RangkumanKita telah melihat dalam Bab 2 bahwa gereja tidak hadir hanya untuk dirinya sendiri. Dalam Bab ini kita melihat hal-hal yang dikerjakan oleh gereja, yaitu leitourgia, kerugma, dan koinoia. Ketiga kata ini masing-masing berarti tata ibadah atau ibadah itu sendiri, pemberitaan, dan persekutuan. Kita sudah melihat bahwa ketiga kegiatan ini saling terjalin erat sehingga tidak dapat kita pisah-pisahkan. Gereja haruslah memberitakan Yesus Kristus yang menebus kita dan mempersatukan kita. Persatuan itu harus terwujud di dalam persekutuan hidup kita – bukan hanya dengan sesama orang Kristen, tetapi juga dengan orang-orang lain yang berbeda keyakinan sekalipun.H. Nyanyian PenutupMarilah kita menyanyikan nyanyian penutup sambil mengukuhkan tekad kita untuk lebih mengasihi, mengampuni, dan melayani sesama dengan lagu “Mengasihi Lebih Sungguh” 1. Mengasihi, mengasihi lebih sungguhMengasihi, mengasihi lebih sungguhTuhan lebih dulu mengasihi kepadakuMengasihi, mengasihi lebih sungguh2. Mengampuni, mengampuni lebih sungguhMengampuni, mengampuni lebih sungguhTuhan lebih dulu mengampuni kepadakuMengampuni, mengampuni lebih sungguh3. Melayani, melayani lebih sungguhMelayani, melayani lebih sungguhTuhan lebih dulu melayani kepadakuMelayani, melayani lebih sungguh34 Kelas IX SMP I. Doa Penutup: Guru dan siswa bersama-sama mengucapkan Doa Martin Luther King, Jr.: Tuhan, ajarlah agar kami rela melakukan kehendak-Mu, apapun yang mungkin terjadi. Tambahkanlah jumlah orang-orang yang berkehendak baik dan yang memiliki kepekaan moral. Berikan kami keyakinan yang diperbarui akan prinsip antikekerasan, dan jalan kasih seperti yang diajarkan oleh Kristus. Amin. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 35 Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia Bahan Alkitab: Yohanes 15:18-19; Kisah 1:6-8; 6:1-6A. Pendahuluan Berikut ini adalah beberapa catatan yang menarik tentang aktivitas beberapa gereja di berbagai wilayah di tanah air dan di dunia: 1. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Koinonia, Kebon Pala menampung sebanyak 1150 pengungsi pada banjir besar di Jakarta pada Januari 2014. Para korban banjir ini berasal dari bantaran Kampung Melayu, Kebon Pala, bantaran Ciliwung dan Tongtek, Jatinegara. Mereka terpaksa memenuhi ruangan lantai 2 dan 3 gereja dan tidur dalam kondisi seadanya. 2. Gereja Kristen Indonesia membantu para korban tsunami di Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004. GKI menyatakan, antara lain, bahwa gereja ini membantu korban bencana untuk mewujudkan kasih luhur Kristus bagi siapa pun yang menderita, dan dalam rangka mewujudkan Hukum Kasih, yakni mengasihi sesama manusia, siapa pun mereka, khususnya yang hidupnya sedang dilanda musibah. BabIVSumber: Dokumentasi pribadi penulis.Gambar 4.1 : Beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Jakarta terjun membantu para korban banjir Januari 2014 di GPIB Koinonia, Jakarta36 Kelas IX SMP 3. Ketua Sinode Gereja Kristen Indonesia di Tanah Papua, Pdt. Alberth Yoku, S.Th, mengatakan semua gereja harus memberikan pendidikan kepada kaum laki-laki dewasa agar tidak melakukan hubungan seks yang berisiko seperti misalnya dengan pelacur. “Jika tetap menyalahkan WTS dan germo itu artinya penyangkalan terhadap perilaku sebagian laki-laki dewasa di Tanah Papua yang sering melacur dengan PSK atau WTS,” demikian dikatakan oleh Pdt. Yoku. 4. Gereja-gereja dan relawan berperan aktif dalam membantu orang-orang yang terkena tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Bahkan seorang pastor turut menguburkan mayat-mayat korban bencana tsunami pada Oktober 2010.5. Dewan Gereja-gereja se-Dunia menyerukan agar gereja-gereja dilengkapi dengan pelayanan untuk menolong kaum perempuan yang rentan terkena penyakit HIV. Kelompok berbasis gereja dan organisasi-organisasi lain diharapkan memfokuskan perhatian kepada isu kemanusiaan agar dapat mengendalikan ancaman HIV dan AIDS dan mereka yang mengidap penyakit tersebut mendapatkan dukungan dari masyarakat. Apa pendapat kamu mengenai berita-berita di atas? Untuk apa semua itu dilakukan oleh gereja? Bukankah negara kita mempunyai Kementerian Sosial yang tugasnya membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan? Pernahkah kamu mendengar komentar orang-orang yang mengatakan, “Biarkan saja pemerintah yang mengurus semua itu! Kita tidak perlu repot-repot. Gereja bukan badan sosial!” Coba bagikan pendapatmu di bawah ini: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………B. Gereja yang Memuridkan Sebelum Tuhan Yesus meninggalkan para murid di dunia dan kembali ke sorga, Ia memberikan amanat penting yang harus dilakukan oleh murid-murid-Nya. Dalam Matius 28:18-20 Tuhan Yesus berkata, 18”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 37Para murid dipanggil dan dikumpulkan oleh Tuhan untuk memuridkan bangsa-bangsa dan menjadi bagian dari Kerajaan Sorga. Itulah sebabnya Tuhan menjawab, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).Apa artinya menjadi murid Kristus? Sebagian orang mengatakan bahwa menjadi murid berarti menjadi orang Kristen. Bukankah Tuhan memerintahkan para murid agar membaptiskan semua orang dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus? Pemahaman seperti ini juga pernah dimiliki oleh para penginjil atau misionaris pada abad-abad yang lalu. Di abad XVI dan XVII, misalnya, para misionaris di Kepulauan Maluku mengira tugas mereka cukuplah kalau mereka berhasil membaptiskan orang-orang di sana. Tidak ada tindak lanjut apapun untuk membina mereka agar memperdalam iman mereka dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari. Sebagai contoh, Fransiskus Xaverius (baca: Saverius), salah seorang tokoh dan misionaris penting di Gereja Katolik Roma, pergi untuk memberitakan Injil di Maluku. Pada akhir April 1547 ia ke Ambon dan bertemu dengan sejumlah temannya di sana. Namun pada 15 Mei ia meninggalkan Ambon. Ia tiba di Malaka (sekarang di negara Malaysia) pada Juli 1547. Dalam kunjungannya yang sangat singkat di Ambon, Xaverius berusaha mengabarkan injil. Ia segera berkunjung ke beberapa rumah orang Portugis dan orang-orang Kristen di desa-desa sekitarnya, yaitu Tawiri dan Hukunalo. Ia ditemani oleh seorang anak remaja yang menjadi penerjemahnya dan beberapa rekannya yang masih muda. Bila ada orang yang sakit atau anak-anak yang ingin dibaptis, Xaverius akan masuk ke rumah itu dan mendoakan mereka. Anak-anak muda yang menemaninya akan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli dan Dasa Titah dalam bahasa Melayu. Xaverius kemudian membacakan beberapa ayat dari Injil untuk orang yang sakit, dan kemudian membaptiskan anak-anak yang terlahir sejak kematian imam mereka sebelumnya. Apakah orang-orang desa itu mengerti bahasa Melayu? Tampaknya tidak. Apakah ia berhasil menjadikan orang-orang desa itu pengikut Kristus? Juga tidak. Mereka memang dibaptiskan dan menjadi Kristen. Tetapi, apa artinya menjadi seorang Kristen, tidak mereka pahami dengan benar, karena pendidikan iman Kristen yang mereka terima sangat sedikit dan terbatas pada “Pengakuan Iman Rasuli” dan “Dasa Titah”. Bahkan Alkitab pun tidak mereka kenal. Penduduk umumnya buta huruf dan tidak dapat membaca. Jadi, ajaran tentang iman Kristen yang mereka terima dan pahami hanya sedikit sekali. Tidak mengherankan apabila kehidupan mereka pun tidak banyak berubah setelah mereka dibaptiskan. Akibatnya, perintah Tuhan Yesus untuk menjadikan segala bangsa di dunia murid-murid-Nya, tidak menjadi kenyataan. Padahal seorang Kristen tidak dapat disebut Kristen apabila ia 38 Kelas IX SMP tidak memperlihatkan semua yang telah Tuhan Yesus ajarkan kepadanya di dalam kelakuannya sehari-hari. Salah satu hal yang dilakukan oleh orang-orang Kristen perdana untuk menunjukkan bahwa mereka adalah murid-murid Tuhan Yesus adalah menyatakan kasih mereka kepada siapapun juga. Kita sudah melihat bagaimana gereja perdana membuka dirinya terhadap orang-orang yang tersingkirkan dari masyarakat umumnya. Bagaimana dengan gereja-gereja di masa kini? Di India ada sekelompok orang yang disebut “Dalit”. Mereka adalah orang-orang yang tidak berkasta dan tidak boleh disentuh karena dianggap haram, najis, dan dapat menyebabkan noda pada diri yang melakukannya. Begitu najisnya kaum Dalit ini sehingga mayoritas masyarakat India bahkan tidak rela makanannya disediakan oleh seorang Dalit, karena makanan itu dianggapnya akan tercemar. “Kita dapat menyentuh kucing, anjing, atau binatang apapun, namun menyentuh orang-orang ini adalah polusi,” kata G.K. Gokhale. Orang-orang Dalit telah berabad-abad ditindas dan disingkirkan dalam sistem kasta India. Mahatma Gandhi, tokoh pendiri India, pernah menyebut Dalit dengan istilah “Harijan” atau “anak-anak Tuhan”. Namun kaum Dalit sendiri menolak istilah ini karena tidak menyelesaikan masalah dan penderitaan yang mereka alami. Jumlah mereka sangat besar – sekitar 240 juta di antara lebih dari 1 miliar penduduk India. Banyak dari kaum Dalit ini yang menjadi Kristen, dengan harapan bahwa mereka akan diterima sepenuhnya dan tidak akan didiskriminasikan lagi. Namun sayangnya, banyak orang Kristen India yang masih terkungkung dalam ikatan-ikatan kasta dan tidak dapat menerima kaum Dalit sepenuhnya. Akibatnya, orang-orang Dalit kembali mendapatkan perlakuan diskriminatif di gereja. Pastor Yesumariya, dari Gereja Katolik Roma di India mengatakan, “Di Tamil Nadu, lebih dari 70% umat Katolik berasal dari latar belakang Dalit. Tetapi hanya 4 dari 18 uskup kami yang berasal dari komunitas Dalit Kristen.” Dari sini jelas bahwa gereja perlu bekerja lebih keras untuk membuat orang-orang Kristen menerima kaum Dalit dan pada akhirnya menghilangkan sistem kasta dari seluruh masyarakat India. Di Indonesia, gereja-gereja pun sadar akan tugasnya untuk memperjuangkan hak asasi manusia. Di Papua, Gereja Kristen Injili di Tanah Papua dan Gereja KINGMI (Kemah Injil Gereja Indonesia) telah lama menyuarakan perlawanan terhadap praktik-praktik ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat Papua. Pada 2012, Pdt. Alberth Yoku yang saat itu menjabat sebagai ketua Sinode GKI di Tanah Papua, mengatakan, “Selama ini kami berusaha untuk menyampaikan masalah-masalah Papua ke Dewan Gereja[-gereja se-Dunia]. Memang masalah HAM berat untuk diperjuangkan. Tapi, jangan lelah untuk tetap memperjuangkannya.”Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 39Kegiatan 1 1. Apakah yang dimaksudkan dengan “Pengakuan Iman Rasuli” dan “Dasa Titah” itu? Dapatkah kamu menyebutkannya di luar kepala?2. Bagaimana konsep “menjadi murid Yesus” dipahami di lingkungan gerejamu? Apa kriteria yang digunakan? Dalam Mat. 7: 21, Tuhan Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Kata-kata-Nya ini menunjukkan betapa iman harus menjadi nyata dalam perbuatan kita sehari-hari. Apabila kita mengaku bahwa kita adalah murid-murid Kristus, maka pengakuan itu harus diperlihatkan dalam buah-buah yang baik. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Mat. 7:17-18).3. Menurut kamu, apa kaitan ucapan Tuhan Yesus di atas dengan pembahasan kita mengenai keterlibatan gereja dan orang Kristen dalam menolong orang lain? Coba diskusikan masalah ini dengan temanmu sebangku, lalu tuliskan hasilnya pada bagian di bawah ini: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………….……………………………………………………C. Gereja yang Melayani Apa yang kita bahas pada bagian A dan B di atas menunjukkan dengan jelas bahwa konsep menjadi murid Yesus sangat erat hubungannya dengan konsep melayani sesama. Perjuangan menegakkan hak asasi manusia adalah salah satu upaya yang harus dilakukan gereja dan semua orang Kristen sebagai suatu bentuk pelayanan. Sejak awal pertama gereja terbentuk, orang-orang Kristen perdana telah memahami betapa pentingnya tugas pelayanan gereja. Gereja perdana mengangkat tujuh orang diaken, atau pelayan meja -- Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, untuk melayani para janda yang terabaikan (Kis. 6:1-6). 40 Kelas IX SMP Janda adalah sebutan untuk seorang perempuan yang suaminya telah meninggal. Di masa kini sebutan itu juga diberikan kepada mereka yang bercerai (“janda cerai”). Dalam masyarakat Yahudi saat itu, seorang perempuan yang menikah akan masuk ke dalam keluarga suaminya, dan terputus hubungannya dengan keluarganya sendiri. Setelah suami mereka meninggal dunia, sering sekali mereka tidak mendapatkan warisan. Kalaupun ada sangat sedikit. Akibatnya, kehidupan mereka sangat menderita. Itulah sebabnya gereja sangat peduli terhadap kehidupan para janda ini. Sebagai janda-janda dari kelompok orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani (kaum Yahudi helenis) mereka mengalami minoritas ganda dari masyarakat Yahudi pada umumnya. Mereka adalah orang-orang Yahudi helenis yang dianggap sebagai warga kelas dua. Ditambah lagi mereka janda, karena itulah mereka menjadi sangat tidak berarti. Dalam Mat. 25:40, Tuhan mengajarkan agar kita peduli kepada orang-orang yang tersisihkan. Ia mengatakan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”Para rasul tentu mengingat pesan dan ajaran Tuhan Yesus. Karena itulah, gereja perdana memberikan perhatian khusus kepada para janda dari kelompok Yahudi helenis ini. Para rasul memahami benar bahwa iman yang mereka beritakan harus dinyatakan dalam perbuatan mereka dalam bentuk kasih kepada orang-orang yang membutuhkannya. Apa yang dilakukan gereja perdana dengan Perjamuan Kasih, sebetulnya juga merupakan suatu bentuk pelayanan bagi orang-orang yang kekurangan. Ketika setiap warga jemaat membawa makanan di dalam kebaktian mereka, lalu berbagi dan makan bersama, maka orang-orang yang miskin juga dapat makan makanan yang selama ini mungkin hanya dapat dinikmati oleh orang-orang kaya. Dengan cara ini, ajaran Tuhan Yesus tentang kasih diwujudkan secara nyata dalam praktik hidup sehari-hari dengan berbagi. Di masa kini gereja memahami bahwa orang-orang yang tersingkir dan tersisihkan itu bukan hanya para janda. Karena itu, pelayanan gereja pun menjadi Sumber: Dok. KemdikbudGambar 4.2 Ketujuh diaken pertama lukisan Fra Angelico. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 41semakin luas seperti yang dilakukan oleh beberapa gereja melalui kegiatan-kegiatan bakti sosial kepada masyarakat. Kegiatan 21. Coba sebutkan hal-hal apa saja yang sudah dan dapat dilakukan oleh gereja kamu bagi orang-orang yang menderita? Daftarkanlah di bawah ini: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………2. Tuhan Yesus pernah ditanyai oleh Yohanes Pembaptis, benarkah Dia itu orang yang dijanjikan Allah akan datang? Yesus menjawab pertanyaan itu demikian, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat. 11:4-5).Menurut kamu, apakah ada hubungan antara pelayanan gereja dengan kabar sukacita yang dihadirkan oleh Tuhan Yesus seperti yang Ia katakan kepada Yohanes? ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………D. Gereja yang Bersaksi Pernahkah kamu mendengar kata “bersaksi”? Menurut kamu, apakah arti kata itu? Di gereja, seringkali “kesaksian” diberikan dalam bentuk penceritaan kembali pengalaman seseorang yang menggambarkan bagaimana Tuhan telah bekerja di dalam hidupnya, menolongnya menghadapi suatu peristiwa yang berat. Misalnya, kesaksian dari seseorang yang baru saja sembuh dari sakit. Kesaksian seseorang yang kehilangan pekerjaan, namun kemudian berhasil mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dapat pula berupa kesaksian tentang seseorang yang baru saja menjadi Kristen. Apa yang baru saja dibahas di atas tentang gereja dan pelayanannya tidak lain adalah kesaksian gereja tentang kasih Allah bagi dunia ini. Dalam istilah bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani, kesaksian diterjemahkan menjadi marturia. Dari kata ini kemudian dikenal istilah “martir” atau “syuhada”, yaitu orang yang mati syahid, meninggal karena imannya. Next >