< Previous Teknik dasar Pengerjaan Logam 2 246 Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 Uraian Materi Gambar Proses pengelasan posisi bawah tangan 1. Pengelasan rigi-rigi Bahan: Pelat St. 37 dengan ukuran 200 X 100 X 8 mm. Elektroda Rutil (E 6013) Ø 3,2 mm. Waktu: 6 (enam) jam. Alat – Alat: Perlengkapan las busur listrik manual. Sikat baja. Pahat datar. Palu terak. Sarung tangan. Apron. Topeng pelindung. Kacamata bening. Penggaris. Tang panas. Langkah kerja: 1. Berilah tanda untuk jarak pengelasan pada benda kerja. Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 247 Teknik Dasar Penegerjaan Logam 2 2. Nyalakan busur listrik lewat sentuhan atau goresan. 3. Pertahankan busur listrik tersebut dengan jalan elektroda ditarik atau diangkat dari benda kerja dan ditahan dengan jarak kira-kira sebesar diameter elektroda yang dipakai. 4. Bersihkan terak las. 5. Bersihkan hasil pengelasan. 6. Lanjutkan latihan mengelas (membuat rigi-rigi las) sampai menghasilkan alur las yang lurus dan rata. Elektroda dinyalakan tidak pada permulaan pengelasan (tepi benda kerja), akan tetapi dinyalakan kira-kira 15 mm dari tepi benda kerja. Apabila busur listrik sudah menyala, maka elektroda dijalankan ke permulaan pengelasan, dan dari sini dimulai proses pengelasan. Untuk membuat alur-alur las, maka elektroda dijalankan perlahan-lahan ke arah kanan (mundur). Dalam proses pengelasan harus selalu diperhatikan adanya kecepatan pengelasan yang sama dan adanya busur listrik yang tetap pula. Busur listrik yang terlalu panjang akan menyebabkan percikannya terlalu banyak di sekitar alur las. Gambar Memulai pengelasan rigi-rigi Tempat menyalakan Teknik dasar Pengerjaan Logam 2 248 Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 Gambar Posisi elektroda terhadap benda kerja Selama mengelas, diupayakan posisi elektroda yang ke arah pengelasan dalam sudut yang lebih kecil dari 90 (arah memanjang sekitar 70º - 80º), dan sudut 90 ke arah melintangnya. Gambar Cara menghentikan pengelasan Apabila panjang batang elektroda sudah tinggal 50 mm, maka perlu adanya penggantian elektroda baru. Untuk menghentikan proses pengelasan, elektroda tidak begitu saja ditarik menjauhi pelat, akan tetapi harus diangkat dengan gerakan yang arahnya berlawanan dengan arah pengelasannya, serta dengan kecepatan yang lebih cepat. Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 249 Teknik Dasar Penegerjaan Logam 2 Sebelum melanjutkan pengelasan, terak pada ujung alur las harus dibersihkan lebih dahulu. Menyalakan elektroda yang baru dimulai ± 15 mm dari ujung alur las yang terakhir dengan busur listrik yang agak panjang, kemudian elektroda digerakkan ke ujung alur las dan mencairkan ujungnya yang selanjutnya proses pengelasannya dapat dilanjutkan. Untuk mengakhiri alur yang telah selesai pengelasannya, maka elektroda diangkat dengan gerak yang berlawanan dengan arah pengelasan dan kecepatan yang makin tinggi Pembuatan rigi-rigi las di atas permukaan benda kerja disebut “las penebalan”. Simbol las penebalan ditunjukkan pada gambar di bawah ini: Gambar Simbol las penebalan Simbol dan ketentuan-ketentuan lainnya yang diminta, dicantumkan pada garis petunjuk, ditambah dengan garis ujung cabang yang dapat dicantumkan tambahan petunjuk lain (lihat gambar 26). Disamping petunjuk E untuk las busur listrik manual, juga ada tanda singkatan w yang berarti bahwa las penebalan ini dalam posisi datar pada benda kerja. Posisi pengelasan ini disebut posisi datar di bawah tangan (flat), yang dalam bahasa Jerman adalah “die Wanne”. Gambar Menyambung alur las Hasil Garis Garis Garis Teknik dasar Pengerjaan Logam 2 250 Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 Dalam proses pengelasan, daya busur ada dalam lingkaran arus tertutup. Busur listrik mudah bergerak dan disimpangkan oleh gaya-gaya magnet. Penyimpangan tersebut dikenal dengan “Pengaruh Tiupan”. Gambar Pengaruh tiupan Pengaruh tiupan tersebut tidak kita inginkan, karena sangat menggangu hasil proses pengelasan yang sama dan merata. Pengaruh tiupan ini sangat mengganggu dalam proses pengelasan, terutama bila memakai mesin las arus searah (DC). Dalam proses pengelasan dengan memakai mesin las arus bolak-balik (AC), penyimpangan akibat pengaruh tiupan ini tidak begitu terasa, karena adanya pasang surutnya medan magnet. Arah penyimpangan busur listrik ini dimulai dari tempat hubungan/sambungan klem massa pada benda kerja yang lebih besar dan pada tepi yang mengarah ke dalam Gambar Cara mengurangi pengaruh tiupan Arah pengelasan Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 251 Teknik Dasar Penegerjaan Logam 2 Pengaruh tiupan tersebut dapat kurangi dengan cara mengubah sudut pengarahan batang elektroda. Dapat juga dengan mengubah letak klem sambungan massa pada benda kerja, atau dengan pemasangan beberapa klem sambungan, karena dengan jalan ini pengaruh tiupan dapat dikurangi. 2. Kampuh T Bahan: 2 (dua) buah pelat St. 37 dengan ukuran 200 x 50 x 8 mm. Elektroda rutil (E 6013) Ø 2,6 mm. Elektroda rutil (E 6013) Ø 3,25 mm. Waktu: 6 (enam) jam. Alat – Alat: Perlengkapan las busur listrik manual. Sikat baja. Pahat datar. Palu terak. Sarung tangan. Apron. Topeng pelindung. Kacamata bening. Penggaris. Tang panas. Alat bantu posisi (kanal U). Langkah kerja: 1. Mengikat (tack weld) pada kedua ujung kampuh T. 2. Benda kerja ditempatkan pada alat bantu (kanal U) dalam posisi datar di bawah tangan. 3. Mengelas lapisan akarnya dengan elektroda 2,6 mm. 4. Bersihkan terak yang menutupi lapisan akar. 5. Mengelas lapisan penutupnya dengan elektroda 3,25 mm. 6. Bersihkan kampuh las. Teknik dasar Pengerjaan Logam 2 252 Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 7. Lanjutkan latihan mengelas kampuh T hingga menghasilkan alur las yang baik, rata, dan simetris. Gambar Letak tack weld pada kampuh T Untuk menjaga supaya kedua pelat jangan sampai bergeser dari posisi yang telah ditetapkan, maka kedua pelat diikat menggunakan las ikat pada kedua ujung sambungan/kampuh. Kedua pelat harus saling bersentuhan sedemikian rupa, supaya setelah diikat dengan las tidak menunjukkan adanya bagian yang bersentuhan itu longgar atau meneruskan sinar. Benda kerja diletakkan pada alat bantu posisi (kanal U) dalam posisi datar di bawah tangan. Penyalaan elektroda dimulai pada titik ± 15 mm dari awal kampuh. Apabila busur listrik sudah menyala, maka batang elektroda digeser ke arah permulaan dan selanjutnya proses pengelasan dapat dimulai. Batang elektroda diarahkan seperti pada proses pengelasan rigi-rigi las dengan sudut arah melintang 450. Hasil dari pengelasan kampuh T ini dikatakan baik, apabila penampang kampuh menunjukkan peletakan yang sama dan rata pada kedua sisi pelat (simetris). Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 253 Teknik Dasar Penegerjaan Logam 2 Gambar Mengelas lapisan akar Lapisan pertama atau lapisan akar dilas dengan menggunakan elektroda 2,6 mm. Perlu diperhatikan, pemakaian arus las dan kecepatan pengelasan dapat mempengaruhi tebal tipisnya lapisan akar. Selain itu juga harus dihindari terjadinya takik – takik las yang disebabkan oleh terbakarnya sisi pelat. Gambar Mengelas lapisan penutup Setelah mengelas lapisan akar selesai, selanjutnya terak harus dibersihkan lebih dahulu dengan baik. Pengelasan lapisan penutup tidak saja harus menjadi satu dengan benda kerjanya, bahkan juga harus menyatu dengan lapisan akarnya. Teknik dasar Pengerjaan Logam 2 254 Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 Lapisan penutup dilas menggunakan elektroda 3,25 mm, sehingga perlu diatur kembali arus lasnya. Gambar Simbol untuk kampuh T Kampuh dari hasil pengelasan pertemuan T atau disebut kampuh T dapat ditunjukkan dengan simbol seperti pada gambar 32. Dengan menggunakan simbol-simbol, maka bentuk kampuh yang diminta akan lebih jelas. Ada beberapa macam kampuh T, yaitu datar, cembung, dan cekung seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Teknik Dasar Pengerjaan Logam 2 255 Teknik Dasar Penegerjaan Logam 2 Gambar 33. Simbol untuk berbagai bentuk kampuh T 3. Kampuh V Bahan: 2 (dua) buah Pelat St. 37 dengan ukuran 300 x 200 x 10 mm. Elektroda E7018 3,25 mm. Elektroda E6013 4 mm. Waktu: 12 (dua belas) jam. Alat – Alat: Next >