< Previous Teknik Kerja Bengkel Tangkai snei digunakan untuk memegang snei dan memutarnya.Tangkai itu dilengkapi dengan empat/lima baut yang runcing ujungnya.Baut penahan (di tangkai yang besar dua baut) membantu penempatan snei pada tangkainya.Baut pusat dengan ujung 60o digunakan untuk membuka pemotong secara ringan sedang dua lainnya digunakan untuk mengunci pemotong dalam pemotongan. Jika baut-baut dikeraskan terlalu kuat pemotongan ulir akan patah. Pada pemotongan tertutup, semua baut digunakan untuk menahan pemotong. Gambar 7.2 Tangkai snei Persiapan benda kerja dan pemotong ulir.Diameter luar batang yang akan diulir harus 0,1 – 0,2 mm lebih kecil dari pada diameter nominal ulir.Ujung batang harus dipersing. Diameter d1 harus agak kecil dibandingankan dengan diameter dalam ulir.Sebelum memulai pemotongan pertama, dimulai dengan pemotongan secara ringan dengan mengeraskan baut pusat.Baut-baut pengatur dan baut-baut penahan diputar sampai mereka menyentuh dasar lubang-lubang penahan.Pemotongan selanjutnya dilaksanakan sesuai diameter nominal. Teknik Kerja Bengkel Gambar 7.3 Mengulir dengan snei Pembuatan ulir dalam harus dipersiapkan dengan baik dan benar. Mempersiapkan lubang yang akan diulir yang pertama menetapkan diameter lubang yang akan dibor (dapat dilihat pada tabel ulir) atau dapat dihitung menurut rumus (ISO Metric Thread) sebagai berikut. Diameter dalam (di) = Diameter Nominal (de) – kisar (gang) Contoh : M 5 dengan kisar 0,8 mm. Lubang Bor = 5 – 0,8 = 4,2 mm. Selanjutnya memilih mata bor yang sesuai dan mengebor diameter dalam (di). Gambar 7.4 Persiapan lubang ulir dalam Untuk lubang ulir tembus, perlu dikontersing pada kedua sisinya kurang lebih 0,2 mm lebih besar dari pada diameter luar ulir (de + 0,2). Tetapi kontersing dikerjakan apabila tebal material (benda kerja) memungkinkan. Agar dapat mengoperasikan tap tangan, diperlukan pemegang tap. Ada dua macam pemegang tap yaitu pemegang tap lurus dan T. Teknik Kerja Bengkel Gambar 7.5 Pemegang Tap Pemegang tap harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan ukuran bagian tangkai tap sehingga untuk penjepitan pada bagian segi empat tangkai tap dapat dengan baik dan kuat. Biasanya pada badan pemegang tap tertera kapasitasnya misalnya M1 – M6, M3 – M10, dst. Untuk pemegang tap lurus memiliki dua rahang penjepit, yaitu rahang tetap dan rahang bergerak. Rahang bergerak dapat diatur melalui lengan pengencang yaitu salah satu dari dua tangkainya. Gambar 7.6 Bagian-bagian pemegang tap Tahapan pengetapan.Pemotongan ulir dalam harus dilakukan secara bertahap, yaitu dalam tiga tahapan. Oleh karena itu setiap satu ukuran tap terdiri dari tiga buah tap yang masing-masing memiliki perbedaan fungsi. Teknik Kerja Bengkel Gambar 7.7 Set tap tangan Tap no. 1 (Tapper Tap) yang pertama digunakan sebagai starting, mempunyai bentuk tirus ± 4, paling panjang diujungnya, untuk mempermudah pemotongan. Bentuk ulir yang dihasilkan tap no. 1 ini hanya 55% dari bentuk ulir yang sesungguhnya. Tap No. 2 (tirus ± 10o) adalah tap intermediate. Tap No. 2 ini dipakai setelah tap no. 1 dan memotong ± 25% dari pemotongan ulir seluruhnya. Tap no. 3 (tirus ± 20o) adalah tap finishing. Tap no. 3 ini adalah tap terakhir dan yang membentuk profil ulir penuh.Bagian tirus pada ujungnya sangat pendek sehingga dapat mencapai dasar untuk lubang yang tidak tembus. Teknik Kerja Bengkel Gambar 7.8 Tahapan pengetapan Fungsi sudut potong: Gambar 7.9 Sudut-sudut Tap Keterangan: = sudut bebas β = sudut baji Ɣ = sudut potong Pemotongan I ; 55% Pemotongan II ; 25% Pemotongan III ; 20% Teknik Kerja Bengkel SUDUT POTONG (Ɣ) KEGUNAAN 0 - 5 Untuk bahan yang rapuh dan keras, kuningan, besi tuang kelabu dan lain-lain. 5 - 5 Untuk baja 70 – 90 Kg/mm2. 5 - 5 Untuk baja sampai dengan 50 Kg/mm2, tembaga, duraluminium. 5 - 5 Untuk Aluminium, timah putih. 2.1.17 Mengeling Sambungan atau ikatan berulir (menggunakan baut dan mur) bisa disebut sebagai sambungan tidak tetap (non permanent), dan lainnya adalah sambungan tetap (permanent) yang dikerjakan dengan proses pengelasan dan sambungan setengah tetap (semi permanent) dikerjakan dengan pengelingan (riveting). Proses pengelingan bisa dilaksanakan dengan proses dingin maupun panas. Alat utama yang digunakan untk proses pengelingan diantaranya perapat keling, pembentuk kepala keling, landasan dan palu konde. Gambar 7.10 Alat keling Teknik Kerja Bengkel Sambungan keling terdiri dari dua bagian pelat tersambung atau lebih.Unsur menyambung adalah paku keling, yang terdiri dari kepala dasar, batang dan kepala penutup. Paku keling yang belum terpakai hanya terdiri dari kepala dasar dan batang. Panjang paku keling setengah bulat dihitung hanya pada batangnya. Gambar 7.11 Sambungan keling Contoh : paku keling DIN 660 – 4 x 16 – St, berarti paku keling setengah bulat, diameter batang 4 mm dan panjang batang 16 mm, bahan dari baja. Gambar 7.12 Paku keling setengah bulat Kepala penutup Batang Kepala dasar Teknik Kerja Bengkel Panjang paku keling kepala tirus (75) di ukur beserta tebalnya kepalanya. Misalnya : DIN 661 – 4 x 12 – St, berarti paku keling kepala tirus, diameter batang 4 mm, panjang 12 mm dan bahan dari baja. 2.1.17.1 Alat-alat pengelingan Alat-alat pengelingan terdiri dari : Landasan cekung untuk keling setengah bulat dan landasan rata untuk keling tirus. Dalam penggunaan landasan itu dijepit pada ragum. Gambar 7.13 Landasan keling Perapat keling gunanya untuk merapatkan bahan dan kedudukan keling pada bahan yang disambung. Gambar 7.14 Perapat keling Pembentuk kepala keling, untuk membentuk kepala penutup setelah diberi bentuk awal dengan palu. Gambar 7.15 Pembentuk kepala keling Teknik Kerja Bengkel 2.1.17.2 Menentukan panjang paku keling. Misalnya pelat yang disambung tebalnya 7 mm dan 5 mm, diameter paku keling 5 mm. Berapa panjang paku keling yang diperlukan ? Gambar 7.16 Ukuran paku keling setengah bulat Untuk kepala setengah bulat : ℓ = ℓ k + ℓ z ℓ z = 1,5 . d ℓ k = t1 + t2 = 7 mm + 5 mm = 12 mm ℓ z = 1,5 . d = 1,5 . 5mm = 7,5 mm ℓ = ℓ k + ℓ z = 12 mm + 7,5 mm = 19,5 mm Gambar 7.17 Ukuran paku keling tirus Teknik Kerja Bengkel Untuk kepala tirus: ℓ = ℓ k + ℓ z ℓ z = 0,8 . d ℓ k = 12 mm ℓ z = 0,8 . d = 0,8 . 5 mm = 4 mm ℓ = ℓ k + ℓ z = 12 mm + 4 mm = 16 mm 2.1.17.3 Kesalahan pengelingan. Ketidak cermatan pengelingan dapat mengakibatkan macam-macam kesalahan antara lain : Pengelingan tidak kokoh dan tidak rapat.Ada kerenggangan di antara dua pelat yang disambung. Gambar 7.18 Pengelingan tidak rapat Lubang keling pada bahan yang disambung tidak lurus. Kedudukan keling miring dan tidak kokoh. Gambar 7.19 Lubang keling tidak lurus Next >