< Previous58 dilakukan apabila bahan pangan dalam keadaan beku. Sampel diambil dengan menggunakan bor khusus (cork borrer) yang ditusukkan ke bahan pangan sedalam 2 mm dari permukaan. Dengan menghitung luas permukaan yang diambil dan volume larutan pengencer, maka dapat ditentukan jumlah populasi mikroba per ml. b) Cara excision (tusuk) atau c) rinse technique (diiris). Pengambilan sampel dengan cara ditusuk atau diiris dilakukan apabila bahan pangan yang akan diuji relatif kecil (≤ 2 kg). Sampel ditimbang secara aseptis lalu dimasukkan ke dalam plastik steril dan ditambahkan pengencer steril sebanyak 9 kali bobot sampel. Pengambilan sampel sesuai prosedur harus dilakukan karena: (a) bila sampel tidak mewakili lot hasilnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan seluruh lot; (b) penolakan bahan pangan yang diakibatkan kesalahan pengambilan sampel akan berakibat merugikan perdagangan ekspor; (c) hasil analisa dari sampel yang tidak mewakili lot akan berdampak pada kesehatan apabila yang diuji kandungan bakteri patogen, logam berat, dan residu pestisida; (d) tidak ekonomis bila seluruh lot dianalisis. Peralatan pengambilan sampel padatan antara lain : Sekop Bingkai pengambil sampel Tabung pengambil sampel Botol sampel yang telah ditimbang Tombak pengambil sampel (spear) Pisau fleksibel 59 Klep akses Botol, wadah plastik dan wadah skali pakai Pisau operasi (scalpel) Wadah steril, pipet, loop (alat inkulasi) dan sendok disposible Pengambilan sampel harus dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi pencemaran. Peralatan yang digunakan harus steril. Bahan berbentuk padat dapat diambil dengan menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang sudah disterilisasi terlebih dahulu. Penimbangan sampel dilakukan dengan menggunakan wadah yang telah disterilisasi. Sampel yang telah diambil harus segera dianalisa untuk mengurangi kemungkinan perubahan jumlah mikroba selama waktu penundaan. Untuk bahan yang mudah rusak, seperti daging, ikan, dan susu, analisa sampel sebaiknya segera dilakukan. Apabila dalam waktu 2 – 3 jam setelah diambil tidak dapat segera dianalisa, maka sampel harus disimpan pada suhu 4oC. Dalam kondisi penyimpanan demikian, sampel tidak boleh disimpan lebih dari 10-12 jam. Untuk dapat mengambil sampel yang mewakili dapat dilakukan dengan cara melakukan penarikan sampel secara acak. Untuk kegiatan tersebut dapat menggunakan tabel bilangan acak. Cara lainnya adalah dengan melakukan pendekatan berdasarkan stratifikasi. Dengan cara ini, pengambilan sampel secara acak dilakukan dari setiap strata, misalkan dari bagian atas, tengah dan dasar kontainer. Penarikan sampel secara acak dilakukan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi setiap sampel untuk terambil. Pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan dengan memberi nomor pada bahan yang akan diuji mencatatnya pada kertas kecil. 60 Setelah kertas diacak, diambil beberapa lembar untuk dijadikan sampel. Jumlah kertas yang diambil disesuaikan dengan jumlah sampel yang akan dianalisis. Cara ini kurang efektif untuk jumlah lot besar. Dua kesalahan yang umum dialami dalam pengambilan sampel, yaitu : a. Orang cenderung mengambil sampel yang paling mudah dijangkau. b. Sampel sudah ditentukan lebih dahulu, karena pelaku pengambil sampel sudah kenal baik dengan kondisi sampel. Sampel yang dikumpulkan dari sampel-sampel primer jumlahnya lebih banyak dari yang diperlukan. Jumlah tersebut harus dikurangi untuk mendapatkan sejumlah produk (misal biji-bijian) yang lebih memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi ukuran sampel dan menghasilkan sub sampel yang mewakili, yaitu: 1) Metode Coning. Semua sampel primer dicampur merata, kemudian dibuat kerucut (cone) atau gunung-gunungan kemudian dipipihkan dan dibelah dua. Diteruskan dengan dibelah empat. Tiap-tiap bagian tersebut merupakan sub sumpel. Proses tersebut dapat diteruskan sehingga mendapatkan sub sumpel yang sesuai. Metode sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu tetapi memerlukan tempat kerja yang bersih dan cukup luas. 61 2) Boarner Divider (Pembagi boarner). Di dalam peralatan ini terdapat suatu kerucut yang berfungsi untuk membagi sampel. Di bagian dasar kerucut produk akan terperangkap dan akan keluar melalui dua out let. Prosesnya diulang beberapa kali dengan menggunakan bahan yang ditampung dari salah satu out let. Satu kali proses sampel akan terbagi menjadi dua sub sampel. 3) Pembagi metode Riffle. Pembagi model riffle tersusun dari beberapa ruangan yang berhubungan sehingga memungkinkan produk terutama biji-bijian terbagi menjadi dua bagian yang sama. Alat ini biasanya digunakan untuk bijian karena semua alat terlihat dan gampang ditangani. (d) Pelaksanaan Sampling Berdasarkan SNI 03-7016-2004 Tentang Tata Cara Pengambilan Sampel Dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu Daerah Pengaliran Sungai 1) Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel (a) Dasar Pertimbangan Ada tiga dasar yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pengambilan sampel. Kualitas air sebelum adanya pengaruh kegiatan manusia yaitu pada lokasi hulu sungai yang dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air secara alamiah sebagai base line station. Pengaruh kegiatan manusia terhadap kualitas air dan pengaruhnya untuk pemanfaatan tertentu. Lokasi ini 62 dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kegiatan manusia yang disebut “impact station”. Sumber-sumber pencemaran yang dapat memasukkan zat-zat yang berbahaya kedalam sumber air. Lokasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber penyebaran bahan-bahan yang berbahaya, sehingga dapat ditanggulangi. Letak lokasi dapat di hulu ataupun di hilir sungai, bergantung pada sumber dan jenis zat berbahaya tersebut apakah alamiah ataupun buatan. (b) Perencanaan lokasi pengambilan sampel 1) Pertimbangan kegunaan data Tahap pertama dalam perencanaan lokasi pengambilan sampel, adalah mengetahui kegunaan data kualitas air yang akan dipantau: - Sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang tersedia untuk keperluan pengembangan sumber daya air pada saat ini dan masa yang akan datang; - penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan terhadap kualitas air dan pencemaran air; - sumber data untuk keperluan penelitian; - perlindungan terhadap pemakai; - pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu daerah tertentu; - pertimbangan beban pencemaran yang dibuang melalui sungai ke laut. 2) Pertimbangan pemanfaatan sumber air Pemilihan lokasi pengambilan sampel banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam kepentingan pemanfaatan sumber air 63 tersebut. Pemanfaatan sumber air di hilir sungai lebih besar resiko pencemarannya dibandingkan dengan pemanfaatan yang sama di lokasi hulu, sehingga diperlukan pengawasan kualitas air yang lebih intensif di lokasi hilir. Selain itu sumber air yang digunakan sebagai sarana transportasi bahan kimia misalnya untuk pertanian ataupun pengawet kayu mempunyai resiko pencemaran yang lebih besar dari pada sumber air yang tidak digunakan untuk hal-hal tersebut. 3) Pertimbangan sarana pengambilan sampel Dalam perencanaan lokasi pengambilan sampel perlu diketahui fasilitas bangunan yang telah ada pada sumber air tersebut, yang dapat dimanfaatkan untuk sarana pengambilan sampel. Beberapa sarana berikut dapat dimanfaatkan dalam pengambilan sampel. Jembatan. Pengambilan sampel dari jembatan lebih mudah dilaksanakan dan titik pengambilan sampel dapat diidentifikasikan secara pasti. Pos pengukur debit air. Pos pengukur debit air biasanya dilengkapi dengan alat pencatat tinggi muka air otomatis ataupun lintasan tali (cable way). Sarana tersebut dimanfaatkan untuk membantu pengambilan sampel. Selain itu data debit air dapat pula dimanfaatkan apabila diperlukan. Bendung. Pengambilan sampel pada bendung juga sangat menguntungkan karena di lokasi bendung umumnya terdapat pengukur debit serta catatan-catatan lain yang berguna untuk evaluasi kualitas air. 64 (c) Penentuan lokasi pengambilan sampel Lokasi pengambilan sampel ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui kualitas air alamiah dan perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Kualitas air alamiah diukur pada lokasi di hulu sungai yang belum mengalami perubahan oleh kegiatan manusia. Sedangkan perubahan kualitas air dapat diketahui di hilir sungai, setelah melalui suatu daerah permukiman, industri ataupun pertanian. Untuk perlindungan terhadap pemakai sumber air, diperlukan pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan sumber air antara lain sumber air minum, industri, perikanan, rekreasi dan lain-lain. 2) Frekuensi Pengambilan Sampel Faktor yang mempengaruhi frekuensi pengambilan sampel adalah: a) Perubahan kualitas air Perubahan kualitas air disebabkan oleh perubahan kadar unsur yang masuk ke dalam air, kecepatan alir dan volume air. Perubahan tersebut dapat terjadi sesaat ataupun secara teratur dan terus menerus dalam suatu periode waktu. Perubahan sesaat disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba dan seringkali tidak dapat diramalkan. Sebagai sampel turunnya hujan lebat yang tiba-tiba akan menyebabkan bertambahnya debit air yang diikuti oleh terbawanya bahan-bahan pencemaran dari pengikisan di daerah sekitarnya. Tumpahan dan bocoran dari limbah industri atau pertanian dapat pula merubah kualitas air sesaat. Perubahan secara terus menerus setiap tahun dapat terjadi karena turunnya hujan atau turunnya suhu yang beraturan tiap-tiap musim. Perubahan musim akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi air serta kecepatan pembersihan air secara alamiah (self purification). Perubahan secara teratur dapat pula terjadi 65 setiap hari secara alamiah, misalnya perubahan pH, oksigen terlarut, suhu, dan alkalinitas. Kegiatan industri dan pertanian pada suatu daerah dapat pula mempengaruhi kualitas air secara teratur selama periode terjadinya kegiatan pembuangan limbahnya. b) Waktu pengambilan sampel Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam penentuan waktu pengambilan sampel pada sumber air. Sampel perlu diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap sehingga data dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan kualitas air, akan tetapi kualitas air pada saat tersebut tidaklah menggambarkan kualitas air pada saat-saat yang lain. Hal ini terjadi terutama pada kualitas air yang berubah setiap waktu. Sebagai contoh pada gambar 9 menunjukkan perubahan kualitas air yang sangat ekstrim selama pengukuran selama tiga minggu. Dari gambar 9, perhitungan nilai rata-rata harian adalah 6,1. Akan tetapi apabila sampel hanya diambil setiap hari keempat, maka nilai rata-rata menjadi 9. Sedangkan bila diambil setiap hari pertama nilai rata-ratanya menjadi 3. Untuk mengetahui kesalahan ini maka frekwensi pengambilan sampel setiap minggu diambil sebanyak dua kali, sehingga diperlukan 6 kali pengambilan dalam periode tiga minggu. 66 Gambar 12. Contoh Perubahan Kualitas Air pada Pengukuran Selama 3 Minggu c) Debit air Kadar dari zat-zat tertentu di dalam air dipengaruhi oleh debit air sungai atau volume sumber air. Selama debit aliran yang kecil dimusim kemarau, frekuensi pengambilan sampel perlu ditingkatkan terutama pada sungai yang menampung limbah industri, domestik dan pertanian. Pengukuran debit air diperlukan pula untuk menghitung jumlah beban pencemaran dan diperlukan pula untuk membandingkan kualitas air pada debit rendah dan debit besar selama periode pemantauan. Tabel 6. Tempat (titik) Pengambilan Sampel No Debit Air Sungai Titik Pengambilan Sampel 1 < 5 m 3 / detik Satu titik di tengah pada 0.5 kedalaman 2 5-150 m 3 / detik Dua titik masing masing pada jarak 1/3, 2/3 lebar sungai pada 0.5 kedalaman 3 > 150 m 3 / detik Titi-titik masing-masing pada ¼, ½, ¾ lebar sungai pada 0.2 x dan 0.8 x kedalaman dari permukaan. 67 3) Penetapan Frekuensi Pengambilan Sampel Air (a) Pengumpulan informasi Pengumpulan informasi meliputi: a) kondisi-kondisi yang mempengaruhi kualitas air pada suatu lokasi, misalnya sumber pencemaran, titik pemanfaatan dan sebagainya, di samping itu informasi ini juga diperlukan untuk menentukan titik pengambilan sampel air; b) data hasil analisis kualitas air yang ada dimana informasi ini digunakan untuk membantu memperkirakan perubahan kualitas air pada lokasi tersebut. (b) Penetapan parameter yang diperiksa Setelah diketahui keperluan dari pemantauan yang akan dilakukan, maka ditetapkan parameter-parameter yang penting untuk diperiksa sesuai dengan pemanfaatan air dan batasan kadar dari parameter-parameter tersebut sesuai standar kualitas air setempat. Hal ini akan mempengaruhi pemanfaatan air pada saat ini dan masa yang akan datang. (c) Studi pendahuluan Studi pendahuluan perlu dilakukan untuk mengetahui kadar parameter-parameter dalam air di lokasi yang akan diambil dan juga untuk mengetahui perubahan-perubahan kualitas air yang terjadi. Sebagai perbandingan, studi pendahuluan di sungai dapat dilakukan dengan frekuensi pengambilan sampel sebagai berikut: setiap minggu selama satu tahun; setiap hari berturut-turut selama 7 hari, diulangi lagi setiap 13 minggu sekali (empat kali selama satu tahun); setiap empat jam selama 7 hari berturut-turut, diulangi setiap 13 minggu sekali. setiap jam selama 24 jam dan diulangi lagi setiap 13 minggu sekali. Next >