< Previous 88 (f) Pilih media yang mengandung perkiraan 15 koloni sampai dengan 150 koloni eosin merah muda penghasil lecithinase, (g) Beri tanda di bagian dasar cawan petri berdasarkan zona yang terbentuk menggunakan pena hitam untuk memudahkan perhitungan dan penjumlahan koloni B. cereus, (h) Ambil 5 atau lebih koloni yang positif mengandung B. cereus dari media MYP agar dan pindahkan ke media nutrient agar miring untuk konfirmasi B.cereus, dan (i) Hitung jumlah B.cereus per gram contoh berdasarkan presentase koloni yang telah diuji dan dikonfirmasi sebagai B. cereus. B. cereus (koloni/g) = 10 x F x BAn x Keterangan : n = jumlah rata-rata koloni pada satu tingkat pengenceran; A = jumlah koloni yang diambil dari koloni yang positif B. cereus; B = jumlah koloni yang sudah ditegaskan sebagai B. cereus; F = faktor pengenceran dari rata-rata koloni yang dipakai; 10 = faktor pengenceran dari jumlah koloni yang diinokulasi (0,1 mL). Contoh perhitungan: Jika jumlah rata-rata yang diperoleh pada pengenceran 10-3 adalah 65 dan 4 dari 5 koloni telah diuji dan dikonfirmasi sebagai B. cereus maka jumlah sel B.cereus per gram contoh adalah : 65 x 4/5 x 1.000 x 10 = 520.000 89 Uji penegasan untuk B. cereus Kultur campuran (a) Ambil 5 atau lebih koloni yang berwarna eosin merah muda dengan lechitinase positif dari media MYP agar dan pindahkan ke media agar miring untuk konfirmasi B.cereus, (b) Inkubasi selama 24 jam pada suhu 30 °C, (c) Lakukan pengamatan secara mikroskopis, disertai pewarnaan gram. B. cereus akan tampak berbentuk batang besar, gram positif, dengan rantai pendek hingga panjang, spora berbentuk ellips, letaknya ditengah sampai sub terminal dan spora tersebut tidak menggembungkan sporangium, (d) Pindahkan 3 mm ose biakan dari setiap agar miring ke tabung (13 x 100) mm yang mengandung 0,5 ml larutan bufer fosfat steril kemudian dikocok dengan vorteks, untuk mensuspensikan biakan, dan (e) Suspensi biakan ini digunakan untuk konfirmasi B. cereus berikut: Uji phenol red glucose broth (a) Inokulasikan 3 ml suspensi biakan menggunakan jarum ose 2 mm, (b) Inkubasi tabung tersebut secara anaerobik selama 24 jam pada suhu 35 °C dalam tabung anaerobik GasPak, dan (c) Kocok tabung tersebut dengan kuat dan amati pertumbuhan B.cereus yang ditandai oleh peningkatan kekeruhan dan perubahan warna dari merah ke kuning yang menunjukkan bahwa asam telah dihasilkan secara anaerobik dari glukosa. Perubahan warna dari merah ke orange/kuning bisa terjadi 90 pada sebagian tabung kontrol yang tidak diinokulasi. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pengurangan pH akibat pemaparan media oleh CO2 yang terbentuk dalam tabung anaerobik GasPak. Gunakan kontrol positif dan control negatif untuk menyakinkan perbedaan antara reaksi positif dan positif palsu. Uji nitrate broth (a) Inokulasikan 5 ml suspensi biakan menggunakan jarum ose 3 mm, (b) Inkubasi tabung tersebut selama 24 jam pada suhu 35°C, (c) Untuk uji nitrit, tambahkan 0,25 ml masing-masing pereaksi sulfanilic acid dan pereaksi alpha naphtol ke dalam setiap tabung, dan (d) Warna oranye yang terbentuk dalam 10 menit menunjukkan bahwa nitrat telah direduksi menjadi nitrit. Uji modified VP medium (a) Inokulasikan 5 ml suspensi biakan menggunakan ose 3 mm, (b) Inkubasi tabung tersebut selama (48 ± 2) jam pada suhu 35 °C, (c) Untuk uji acetylmethyl-carbinol, pipet 1 ml biakan ke dalam tabung uji (16 x 125) mm, tambahkan 0,6 mm larutan alpha naphtol, dan 0,2 ml kalium hidroksida (KOH) 40 %, (d) Aduk dan tambahkan sedikit kristal kreatin, (e) Amati setelah didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang, dan (f) Uji positif apabila terbentuk warna merah muda atau violet. Uji agar tirosin (a) Inokulasikan suspensi biakan dengan ose 3 mm ke seluruh permukaan media miring agar tirosin, 91 (b) Inkubasi media miring tersebut selama 48 jam pada suhu 35 °C, (c) Amati zona bening yang terbentuk yang menunjukkan bahwa tirosin telah terdekomposisi, dan (d) Jika hasil uji negatif maka inkubasi dilanjutkan selama 7 hari sebelum hasil dinyatakan negatif. Uji lysozyme broth (a) Inokulasikan suspense biakan dengan Ose 2 mm ke dalam 2,5 ml nutrient broth yang mengandung 0,001 % lisozim, (b) Inokulasikan juga 2,5 ml nutrient broth tanpa mengandung 0,001 % lisozim sebagai kontrol positif, (c) Inkubasi tabung tersebut selama 24 jam pada suhu 35°C, (d) Amati pertumbuhan dalam lysozyme broth dan dalam kontrol nutrient broth, dan (e) Inkubasi tabung negatif selama 24 jam lagi sebelum dibuang. Uji MYP agar (a) Uji ini tidak diperlukan apabila hasil uji telah jelas dengan menggunakan media agar MYP dan tidak ada gangguan dari mikroorganisme yang lain, (b) Bagi bagian dasar cawan petri menjadi 6 bagian sampai dengan 8 bagian yang sama menggunakan pena, (c) Inokulasikan disetiap bagian MYP agar tersebut dengan cara menyentuh permukaan MYP agar dengan 2 mm ose yang berisi kultur secara hati-hati. Dalam satu petri dapat diuji 6 atau lebih kultur, (d) Biarkan inokulum di serap sempurna sebelum diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 35°C, 92 (e) Amati terbentuknya lecitinase yang ditunjukkan oleh zona endapan disekitar pertumbuhan, (f) Manitol tidak difermentasi oleh isolat jika pertumbuhan dan disekitar media berwarna eosin merah muda. Warna kuning menunjukkan bahwa asam diproduksi dari manitol, dan (g) Koloni B. cereus biasanya positif lecitinase dan negatif mannitol pada agar MYP. Hasil uji penegasan B. cereus Hasil uji penegasan sebagai B. cereus apabila: (a) Menghasilkan gram positif dengan spora yang tidak sebesar sporangium, (b) Menghasilkan lesitinase dan tidak memfermentasikan manitol dalam media MYP agar, (c) Tumbuh dan menghasilkan asam dari glukosa secara anaerobik, (d) Mereduksi nitrat menjadi nitrit (e) Menghasilkan acetylmethylcarbinol, (f) Menguraikan L-tyrosine, dan (g) Tumbuh dalam lysozyme 0,001 %. (5) Kapang Prinsip Pertumbuhan kapang dalam media yang sesuai, setelah diinkubasikan pada suhu (25 ± 1)°C selama 5 hari. 93 Peralatan: (a) Inkubator (25 ± 1) °C , terkalibrasi; (b) Otoklaf; (c) Penangas air (45 ± 1) °C; (d) pH meter; (e) Alat penghitung koloni; (f) Tally register; (g) Pipet ukur 10 mL dan 1 mL, steril; (h) Cawan petri gelas/plastik (berukuran minimal15 mm x 90 mm), steril; dan (i) Bent glass rod. Pembenihan, pengencer dan pereaksi: (a) Agar dichloran rose bengal chloramphenicol (DRBC); (b) Agar dichloran 18% glycerol (DG 18); (c) Larutan pepton 0,1%; - pepton 1 gram dalam air suling 1000 ml larutkan pepton dalam air suling kemudian sterilkan dengan menggunakan otoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit, dan atur pH sehingga mencapai pH akhir (7,0 ± 0,2). (d) Larutan antibiotik. Antibiotik ditambahkan dalam media kapang untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Chloramphenicol adalah salah satu pilihan antibiotik karena stabil selama proses dalam diotoklaf. Konsentrasi antibiotik yang dianjurkan adalah 100 mg/L media. Jika terlihat pertumbuhan bakteri yang berlebihan, siapkan media dengan penambahan chloramphenicol 50 mg/L sebelum 94 otoklaf dan chlortetracycline 50 mg/L steril saat media mulai di kondisikan, tepat sebelum menuang media dalam cawan. Persiapan dan homogenisasi contoh: (a) Timbang 50 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 450 mL larutan pepton 0,1% steril sehingga diperoleh pengenceran 1:10; (b) Kocok campuran beberapa kali hingga homogen. Cara kerja: (a) Buat tingkat pengenceran dari 10-2 sampai dengan 10-6 dengan menggunakan larutan pepton 0,1%; (b) Persiapan media dalam cawan dapat dilakukan dengan salah satu media di bawah ini, yaitu : - Metode sebar (media DRBC atau DG 18), penggunaan media DG 18 lebih sesuai untuk contoh uji yang mempunyai Awkurang dari 95 : pipet 0,1 mL masing-masing pengenceran secara aseptik ke dalam media padat dan sebarkan merata dengan menggunakan bent glass rod. - Metode tuang (media DG 18): pipet 1,0 mL masing-masing pengenceran ke dalam cawan petri dan sesegera mungkin tuangkan 20 mL sampai dengan 25 mL media; campurkan dengan menggoyang cawan secara perlahan searah jarum jam, kemudian berlawanan arah jarum jam selama 1 menit sampai dengan 2 95 menit; dan biarkan hingga campuran dalam cawan petri memadat. (c) Masukkan semua cawan petri dengan posisi tidak terbalik ke dalam inkubator pada ruang gelap bersuhu 25 °C selama 5 hari. Jangan menumpuk cawan lebih dari 3 tumpukan. Biarkan cawan dan jangan merubah posisinya; (d) Hitung koloni kapang setelah 5 hari inkubasi. Jika setelah 5 hari tidak ada koloni yang tumbuh, tambahkan waktu inkubasi selama 48 jam. Jangan menghitung cawan-cawan sampai batas waktu inkubasi berakhir, karena merubah posisi cawan dapat mengakibatkan pertumbuhan sekunder dari spora; dan (e) Nyatakan hasil perhitungan sebagai koloni per gram contoh. Pernyataan hasil: Cara menghitung dan membulatkan angka Cara menghitung koloni kapang dan cara membulatkan angka pada hasil perhitungan untuk cawan yang berisi 10 koloni sampai dengan 150 koloni. sesuai atau sama dengan cara menghitung koloni pada uji angka lempeng total. Bandingkan hasil pengujian cemaran mikroba tepung tapioka yang Anda lakukan dengan standar mutu yang ada! Bagaimana Kesimpulannya? Setelah Anda melakukan pengujian mutu tepung tapioka 1. Buatlah laporan hasil pengujian yang ringkas namun jelas. Laporan dibuat setiap kali pertemuan melakukan pengujian atau sesuai petunjuk guru, dengan out line sebagai berikut: Halaman sampul memuat judul praktikum, waktu / tanggal praktikum, tempat, anggota kelompok Daftar isi Bab I: Pendahuluan A. Tujuan Percobaan B. Landasan teori Bab II: Pelaksanaan A. Alat dan bahan B. Prosedur kerja Bab III: Hasil dan Pembahasan Bab IV: Kesimpulan Daftar pustaka 2. Setiap kelompok mempresentasikan laporan hasil pengujian, teknik pelaksanaan presentasi sesuai petunjuk guru. 97 b. Keripik Singkong dan Keripik Ubi jalar Keripik singkong adalah makanan yang terbuat dari singkong yang diiris tipis kemudian digoreng dengan menggunakan minyak goreng. Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), keripik singkong adalah produk makanan ringan, dibuat dari umbi singkong (manihot sp) diiris/dirajang, digoreng dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang lain dan tambahan makanan yang diizinkan. Makanan ini merupakan cemilan yang banyak diminati oleh masyarakat. Rasa cemilan keripik singkong biasanya adalah asin dengan aroma bawang yang gurih. Namun perkembangan sekarang banyak memunculkan variasi rasa keripik singkong, tidak hanya asin gurih tetapi juga asin pedas dan manis pedas atau dikenal sebagai bumbu balado. Saat ini produsen keripik singkong bukan saja hanya industri skala rumah tangga/industri kecil, tetapi telah berkembang industri menengah dan besar, dimana mutu produk keripiknya sangat diperhatikan. Seperti halnya singkong, ubi jalar juga dapat diolah menjadi keripik. Proses pembuatannya sama yaitu dengan cara diiris/dirajang, di goreng dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diizinkan. 1) Mutu Keripik Secara umum mutu keripik ditentukan oleh teksturnya yang renyah disamping rasanya yang gurih, manis atau pedas tergantung dari variasi rasanya. Badan Standarisasi Nasional (BSN) mengeluarkan standar nasional untuk produk keripik singkong (SNI 01-4305-1996) dan keripik ubi jalar (SNI 01-4306-1996). Walaupun SNI nya berbeda namun keduanya memiliki syarat mutu yang hampir sama. Secara rinci Next >