< Previous 318 6.5.2 Peralatan - Erlenmeyer 250 mL. - Pipet ukur 20 mL - Penangas air - Buret 6.5.3 Pereaksi - Hidrogen peroksida, H2 O2 3 % - Asam klorida, HCl 0,5 N - Natrium hidroksida. NaOH 0,5 N - Indikator fenolftalein. PP 6.5.4 . Cara Kerja - Tambahkan 1-2 tetes H2O2 3% ke dalam abu (dari sisa penetapan abu). Catatan : Pakai cawan platina untuk pengabuan kopi. - Pipet 20 mL HCl 0,5 N dan masukkan ke dalam cawan berisi abu tarsebut, panaskan di atas penangas air selama lebih kurang 10 menit. - Saring dan cucl dengan air panas hingga babas asam - Titar hasil saringan dengan NaOH 0,5 N. gunakan PP sebagai indikator. - Kerjakan blanko Perhitungan Kealkalian abu = ሺ ሻ mL N NaOH/100 g dimana w = bobot cuplikan. dalam gram V2 = volume NaOH yang diperlukan pada penitaran contoh V1 = volume NaOH yang diperlukan pada penitaran blanko N = normalitas NaOH 319 7. PROTEIN 7.1 Protein Kasar (Metoda Semimikro Kjeldhal) 7.1.1 Prinsip. Senyawa nitrogen diubah menjadi amonium sulfat oleh H2SO4 pekat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang di bebaskan diikat dengan asam borat dan kemudian dititar dengan larutan baku asam. 7.1.2 Peralatan - Labu Kjeldhal 100 mL - Alat penyulingan dan kelengkapannya - Pemanas listrik/pembakar - Neraca analitik 7.1.3 Pereaksi - Campuran selen Campuran 2,5 g serbuk SeO2 100 g K2 SO4 dan 20 g CuSO45H20. - Indikator campuran Siapkan larutan bromocresol green 0,1% dan laruta n merah metil 0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah. Campur 10 mL bromocresol green dengan 2 mL merah metil. - Larutan asam borat, H3 BO3 2%. Larutkan 10 g H3BO3 dalam 500 mL air suling. Setelah dingin pindahkan ke dalam botol bertutup gelas. Campur 500 mL asam borat dengan 5 mL indikator. - Larutan asam klorida. HCl 0,01 N. - Larutan natrium hidroksida NaOH 30%. Larutkan 150 g natrium hidroksida ke dalam 350 mL air, simpan dalam botol bertutup karet. 320 7.1.5 Cara Kerja - Timbang seksama 0.51 g cuplikan, masukkan ke dalam labu kJeldahl 100 mL. - Tambahkan 2 g campuran selen dan 25 mL H2 SO4 pekat. - Panaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam). - Biarkan dingin. kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tepatkan sampai tanda garis. - Pipet 5 mL larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 mL NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP - Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10 mL larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator. Bilasi ujung pendingin dengan air suling - Titar dengan larutan HCl 0,01 N - Kerjakan penetapan blanko. Perhitungan Kadar Protein = ሺ ሻ dimana: w = bobot cuplikan. v1 = volume HCI 0,01 N yang dipergunakan penitaran contoh v2 = volume HCI yang dipargunakan penitaran blanko. N = normalitas HCl fk = faktor konversi untuk protein dari makanan secara umum: 6.25 susu & hasil olahannya : 6,38 mentega kacang : 5.46 fp = faktor pangenceran 321 7.2 Metoda Formol, 7.2.1 Peralatan - Buret - Neraca analitik - Erlenmeyer - Labu ukur - Peralatan vakum. 7.2.2 Pereaksi. - Larutan Formaldehida netral. Netralkan Formaldehida 37% sampai warna merah muda dengan menggunakan indikator fenofltalin. - Natrium hidroksida, NaOH 0,2 N. - Indikator fenolftalin. PP - Larutan asam klorida. HCI 0,2 N. - Larutan barium hidroksida, Ba(OH)2 10%. - Larutan barium klorida, BaCl2 10%. 7.2.3 Persiapan analisis Contoh titrasi : Campur 50 mL air mendidih dan 20 mL larutan formal dehida netral,. tambah-kaen larutan baku NaOH 0,2 N. Ba(OH)2 bebas CO2 dan titar dengan HCl 0,2 N. menggunakan indikator PP sampai warna merah jambu, kemudian tambahkan 3 tetes larutan Ba(OH)2 jenuh sampai terhentuk warna merah. 7.2.4 Cara kerja 7.2.4.1. Larutan - Timbang sejumlah cuplikan atau pipet setara kira-kira 2 g bobot kering. - Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan larutkan dengan 50 mL air suling. 322 - Tambahkan 1 mL larutan PP dan 10 mL larutan BaCl2 10% - Titar dengan larutan Ba(OH)2 jenuh sampai warna menjadi merah, ke-mudian tambahkan lagi Ba(OHl)2 kira-kira 5 mL. - Larutan digoyang/kocok, biarkan selama 15 menit dan saring. - Ambil 80 mL larutan/saringan, suling amonianya daalam alat vakum, dan tambahkan kesisa sedikit HCl untuk membawa bahan-bahan yang larut dalam larutan. - Lalukan udara bebas CO2 melalui larutan untuk menghilangkan/memindahkan CO2 dan netralkan dengan hati-hati, pertama dengan larutan NaOH bebas CO2 sampai membentuk warna biru muda pada kertas lakmus dan akhirnya dengan HCl 0,2 N. 7.2.5.2 Penitaran - Ke dalam larutan bebas amonia, yang disiapkan di atas, tanbahkan 20 mL larutan formaldehida netral. - Titar dengan larutan HCl 0.2 N sampai warna sama dengan larutan kontrol - Tambahkan beberapa mL lebih banyak dan titar kembali dengan HCl 0,02 N sampai dipastikan warna kurang dari larutan kontrol. - Akhirnya penitaran disempurnakan dengan alkali standar sasmpai warna sempurna. Perhitungan : mg N2 sebagai asam Amino netral dalam 30 mL laruan (v1 - v2) x 2,8 sebagai asam amino netral dalam contoh : ሺ ሻ x 100% dimana v1 = volume basa yang dipergunakan dalam penitaran, dalam mL v2 = volume asam yang dipergunakan dalam penitaran, dalam mL w = bobot cuplikan, dalam mg, sebegai asam amino netral dalam contoh. 323 7.3 Protein Effisiensi Ratio (PER) Evaluasi kualitas protein secara biologis (dapat dipergunakan untuk bahan yang mengandung N 1,9%). 7.3.1. Pereaksi − ANRC reference caseins Dari sheffield chemical, 2400 morris ave, union, NJ .07083. − Campuran garam USP Baik gram campuran USP maupun garam campuran mempunyai proporsi elemen yang sama pentingnya. Campuran garam USP X VIII dapat dibuat sebagai berikut: Gerus 139,3 g NaCl dengan 0,79 g KI di dalam lumpang. Dalam lumpang yang lain campurkan 389.0 g KH2PO4, 57,3 g MgSO4 anhidrat, 391,4 g CaCO3, 27.0 g. FeSO4, 7H2O, 0,477 g CuSO4, 5H2O dan 0,023 g CoCl2.6H20 Akhirnya tambahkan campuran NaCl-KI dan gerus sampai menjadi serbuk yang halus. − Campuran vitamin mg/100 g Vit, A (kering dimantapkan) 2000 IU Vit, D (kering dimantapkan) 200 IU Vit, E (kering, dimantapkan) 10 IU Menadioane 0,3 Choline 200 p-Aminobenzoic acid 10 Inositol 10 324 Niacin 4 Ca D-pantothenate 4 Riboflavin 0,8 Thiamin HCl 0,5 Firodiksin HCl 0,5 Asam folat 0,2 Biotin 0,04 Vit B12 0,003 Glukosa untuk menjadikan 1000 − Minyak biji kapas − Selulosa: Cellu four, solka floc atau sejenisnya. − Diet dasar evaluasi protein (protein evaluasi basal diet) Contoh Minyak biji kapas: 8 ሺ ሻ Campuran garam USP : 5 - ሺ ሻ Campunn vitamin : 1 Sellulosa : 1 - ሺ ሻ Air : 5 - ሺ ሻ (Sakarosa atau pati )agung untuk menjadikan 100) X = 325 Semua persentase di atas memberikan gambaran tentang komposisi contoh, Analisa proksimat diperlukan untuk mengatur diet sehingga semua perbandingan antara contoh dan bahan-bahan referensi dapat dibuat dengan diet yang mempunyai kandungan N. lemak, abu, air, dan serat kasar yang sama. Kadar lemak, abu, air dan serat kasar yang diusulkan dapat diterima bila analisis proksimat contoh memenuhi syarat. 7.3.2 Binatang percobaan Tikus-tikus pecobaan, jantan, harus dari koloni yang sama dan dipelihara selama waktu sebelum penyapihan sebelum diet dilakukan dalam kondisi lingkungan yang akan memberikan pertumbuhan normal dalam segala hal. Umur sapihan > 21 hari tetapi < 28 hari. Berat rata-rata dari tikus yang digunakan harus 10 g. Bile binatang-binatang dipindahkan dari kelompok pemelihanan ke laboratorium uji waktu penyesuaian > 3 hari tetapi < 7 hari sebelum diuji. 7.3.3 Pengujian kelompok Tiap kelompok terdiri dari 10 tikus. Dalam menguji tiap bahan disediakan I grup lengkap yang akan menerima ANRC casein reference. Sederetan casein reference dapat digunakan untuk menguji lebih dari satu kali bahan yang diuji. Bila penyusunan kelompok sudah selesai. Jumlah tikus pada setiap kelompok harus sama dan berat tikus rata-rata poda setiap kelompok pada hari permulaan penyapihan tidak lebih dari 5 g rata rata beraet tikus dari kelompok lain. 7.3.4 Waktu pengujian Selama waktu pengujian jaga masing-masing tikus dalam kandagnya dan lengkapi dengan pengujian diet yang layak, serta H2O ada libitium. Selama waktu pengujian kondisi harus tetap dengan masing-masing grup casein reference. Catat berat awal tiap-tiap tikus. Catat juga berat tikus dan berat makanan yang dikonsumsi pada interval waktu tertentu. catat hari-hari dan pada hari ke 28 setetah waktu pengujian dimulai. 326 7.3.5 Perhitungan hasil dan pentabelan Hitung berat reta-rata selama 28 hari yang diperoleh dan protein (N x 6,25) yang dikonsumsi setiap tikus untuk setiap grup. Hitung protein efficiency ratio (PER) (pertambahan berat yang diperoteh/jumlah protein yang dikon umsi) dalam tiap grup. Tetapkan ratio x 100 dari PER untuk setiap grup yang diuji terhadap PER untuk grup ANRC casein reference. Tabulasi berat selama 26 hari yang diperoleh protein yang dikonsumsi, PER dan ratio x 100 dari contoh PER terhdap ANRC ref. casein PER dalam setiap grup yang diuji. Kualitas protein contoh adalah ratio x 100 dari contoh PER terhadap ANRC ref. casein PER. ' 8. LEMAK 8.1 Metoda Ekstraksi langsung dengan alat Soxhlet 8.1.1 Prinsip. Ekstraksi lemak bebas dengan pelarut non polar 8.1.2 Peralatan - Kertas saring - Labu lemak - Alat soxhlet - Pemanas litrik - Oven - Neraca analitik - Kapas bebas lemak 8 .1.3 Pareaksi Hekana atau pelarut lemak lainnya. 327 8.1.4 Cara Kerja - Timbang seksama 1-2 g contoh, masukkan ka dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas. - Sumbat selongsong kertas berisi contoh tersebut dengan kapas, keringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80°C selama lebih kurang satu jam, kemudlan masukkan ke dalam alat soxhlet yang talah dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. - Ekstrak dangan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam. - Sulingkan hekana dan keringkan eksrak lemak dalam oven pengering pada suhu 105°C - Dinginkan dan timbang - Ulangi pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap. Perhitungan : % lemak = x 100% dimana w = bobot contoh, dalam gram w1 = bobot lemak sebelum ekstraksi, dalam gram w2 = bobot labu lemak sesudah ekstraksi. Next >