< Previous 68 Cara kerja: (1) Pengabuan basah (a) Timbang 5 g sampai dengan 10 g contoh (m) kedalam labu Kjeldahl 250 mL, tambahkan 5 mL sampai dengan 10 mL HNO3 pekat dan 4 mL sampai dengan 8 mL H2SO4 pekat dengan hati-hati; (b) Setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan HNO3 pekat sedikit demi sedikit sehingga contoh berwarna coklat atau kehitaman; (c) Tambahkan 2 mL HClO4 70% sedikit demi sedikit dan panaskan lagi sehingga larutan menjadi jernih atau berwarna kuning (jika terjadi pengarangan setelah penambahan HClO4, tambahkan lagi sedikit HNO3 pekat); (d) Dinginkan, tambahkan 15 mL H2O dan 5 mL (NH4)2C2O4 jenuh; (e) Panaskan sehingga timbul uap SO3 di leher labu; (f) Dinginkan, pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 50 mL dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis (V); (g) Pipet 25 mL larutan diatas dan tambahkan 2 mL HCl 8 M, 0,1 mL KI 20% kemudian kocok dan biarkan minimal 2 menit; (h) Siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh; (i) Tambahkan larutan pereduksi (NaBH4) ke dalam larutan baku kerja As, larutan contoh, dan larutan blanko pada alat HVG; 69 (j) Baca absorbans larutan baku kerja, larutan contoh, dan larutan blanko menggunakan SSA tanpa nyala pada panjang gelombang 193,7 nm; (k) Buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam ȋμg/mLȌ sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y; (l) Plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi (C); (m) Lakukan pengerjaan duplo; dan (n) Hitung kandungan As dalam contoh. (2) Destruksi menggunakan microwave digester atau destruksi sistem tertutup (a) Timbang 1 g contoh (m) ke dalam tabung destruksi dan tambahkan 5 mL HNO3, 1 mL H2O2 kemudian tutup rapat; (b) masukkan ke dalam microwave digester dan kerjakan sesuai dengan petunjuk pemakaian alat; (c) setelah dingin, pindahkan larutan destruksi ke dalam labu ukur 25 mL secara kuantitatif dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis (V); (d) pipet 10 mL larutan destruksi ke dalam labu borosilikat berdasar bulat 50 mL, tambahkan 1 mL larutan Mg(NO3)2, uapkan di atas pemanas listrik hingga kering dan arangkan. Abukan dalam tanur dengan suhu 450 °C (± 1 jam); (e) dinginkan, larutkan dengan 2,0 mL HCl 8 M, 0,1 mL KI 20% dan biarkan minimal 2 menit. Tuangkan larutan tersebut ke dalam tabung contoh pada alat; (f) siapkan NaBH4 dan HCl dalam tempat yang sesuai dengan yang ditentukan oleh alat; 70 (g) tuangkan larutan baku kerja As Ͳ,Ͳͳ μg/mL; Ͳ,Ͳʹ μg/mL; Ͳ,Ͳ͵ μg/mL; Ͳ,ͲͶ μg/mL; Ͳ,Ͳͷ μg/mL serta blanko ke dalam 6 tabung contoh lainnya. Nyalakan burner atau Bunsen serta tombol pengatur aliran pereaksi dan aliran contoh; (h) baca nilai absorbans tertinggi larutan baku kerja As dan contoh dengan blanko sebagai koreksi; (i) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi As ȋμg/mLȌ sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y; (j) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi (C); (k) lakukan pengerjaan duplo; dan (l) hitung kandungan As dalam contoh. Perhitungan: Kandungan arsen (As), (mg/kg) = fp x V x mC Keterangan: C = konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter ȋμg/mLȌ V = volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL); dan m = bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g). f = faktor pengenceran Ketelitian: Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 16% dari nilai rata-rata hasil kandungan arsen (As). Jika kisaran lebih besar dari 16%, maka analisis harus diulang kembali. Bandingkan hasil pengujian cemaran logam tepung tapioka yang Anda lakukan dengan standar mutu yang ada! Bagaimana Kesimpulannya? n) Cemaran mikroba (1) Persiapan dan homogenisasi contoh untuk uji Angka Lempeng Total dan Escherichia coli Prinsip: Pembebasan sel-sel bakteri yang mungkin terlindung oleh partikel makanan dan untuk menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin viabilitasnya berkurang karena kondisi yang kurang menguntungkan dalam makanan. Persiapan dan homogenisasi contoh bertujuan agar bakteri terdistribusi dengan baik di dalam contoh makanan yang ditetapkan. Peralatan: (a) Alat homogenisasi yang sesuai (blender) dengan kecepatan putaran 10000 rpm sampai dengan 12000 rpm; (b) Otoklaf (c) Pemanas listrik; (d) neRaca kapasitas 2000 g terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 g; 72 (e) Labu ukur 1000 ml, 500 ml, dan 50 ml terkalibrasi; (f) Gelas piala steril; (g) Erlenmeyer steril; (h) Botol pengencer steril; (i) Pipet volumetrik steril; 10,0 mL dan 1,0 mL terkalibrasi, dilengkapi dengan bulb dan pipettos (j) Tabung reaksi; dan (k) Sendok, gunting, dan spatula steril. Larutan pengencer: Butterfield’s Phosphate-Buffered Dilution Water (BPB); (a) KH2PO4 34 g (b) Air suling 500 ml Atur pH dengan NaOH sehingga pH 7,2, tepatkan volume sampai 1000 ml dengan air suling. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. Simpan pada refrigerator untuk membuat larutan pengencer 1,25 ml larutan stok diencerkan dengan air suling sampai volume 1000 ml, kemudian dimasukkan ke dalam botol pengencer sebanyak 450 ml dan ke dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml dan disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. Homogenisasi contoh: (a) Timbang 50 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 450 ml larutan pengencer steril sehingga diperoleh pengenceran 1:10, dan (b) Kocok campuran beberapa kali sehingga homogen. 73 (2) Angka lempeng total (35oC, 48 jam) Prinsip Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang sesuai selama 48 jam pada suhu (35 ± 1) °C. Peralatan: (a) Inkubator (35+ 1)oC terkalibrasi; (b) Oven/alat sterilisasi kering terkalibrasi. (c) Otoklaf; (d) Penangas air bersikulasi (45+)oC (e) Alat penghitung koloni ; (f) Tally register; (g) Botol pengencer 160 mL, terbuat dari gelas borosilikat, dengan sumbat karet atau tutup ulir plastik; (h) Pipet ukur 1 mL steril dengan skala 0,1 mL dilengkapi bulb atau pipettor; dan (i) Cawan petri gelas/plastik steril (berukuran minimal 15 mm x 90 mm). Pembenihan dan pengencer: Plate count agar (PCA) (1) Tryptone 5 g (2) Yeast extract 2,5 g (3) Glukosa 1 g (4) Agar 15 g (5) air suling 1000 ml Larutkan bahan-bahan diatas menjadi 1000 ml dengan air 74 suling dan atur pH menjadi 7,0. Masukkan ke dalam botol. Sterilkan dengan menggunakan otoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Cara kerja: (a) Buat tingkat pengenceran sesuai kebutuhan seperti pada Gambar 1. dengan menggunakan larutan pengencer Butterfield’s Phosphate-Buffered Dilution Water (BPB); Gambar 1. Tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer Butterfield’sPhosphate-Buffered Dilution Water (BPB) (b) Pipet masing-masing 1 ml dari tingkat pengenceran (F) 10-1 sampai dengan 10-4 ke dalam cawan petri steril secara duplo, (c) Tuangkan 12 ml sampai dengan 15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu (45 ± 1)°C ke dalam masing-masing cawan petri, (d) Goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh dan pembenihan tercampur merata dan memadat; (e) Kerjakan pemeriksaan blanko dengan mencampur air pengencer untuk setiap contoh yang diperiksa, 75 (f) Biarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat, (g) Masukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam lemari pengeram pada suhu 35°C selama (48 ± 2) jam, dan (h) Catat pertumbuhan koloni (n) pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 48 jam. Perhitungan: Standar Plate Count (SPC) = n × 1/F Keterangan: n = rata-rata koloni dari dua cawan petri dari satu pengenceran, dinyatakan dalam koloni per gram (koloni/gram atau koloni/ml); dan F = faktor pengenceran dari rata-rata koloni yang dipakai. Pernyataan hasil: Cara menghitung: (a) Pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25 koloni sampai dengan 250 koloni setiap cawan petri. Hitung semua koloni dalam cawan petri menggunakan alat penghitung koloni. Hitung rata-rata jumlah koloni dan kalikan dengan faktor pengenceran. Nyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri per gram; (b) jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25 koloni atau lebih besar dari 250 koloni, hitung jumlah koloni yang terletak antara 25 koloni sampai dengan 250 koloni dan kalikan dengan faktor pengenceran. Nyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri per gram; 76 Contoh : 10-2 10-3 120 25 105 20 ALT= 210(0,1x1)x (1x2)25 + 105 + 120 = 124,9375 (c) jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25 koloni sampai dengan 250 koloni, hitung jumlah koloni dari masing-masing pengenceran koloni per g dengan rumus: ALT = d)x (0,1xn)(1xn21C Keterangan: C adalah jumlah koloni dari tiap-tiap petri; n1 = jumlah petri dari pengenceran pertama yang dihitung; n2 = jumlah petri dari pengenceran kedua; dan d = pengenceran pertama yang dihitung; Contoh : 10-2 10-3 131 30 143 25 ALT= 210(0,1x2)x (1x2)2530 + 143 + 131 = 164,3357 77 (d) jika jumlah koloni dari masing-masing petri lebih dari 25 koloni nyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan; (6) jika jumlah koloni per cm2 kurang dari 100 koloni, maka nyatakan hasilnya sebagai jumlah perkiraan: jumlah bakteri dikalikan faktor pengenceran. Contoh : )4x10640.000(6,1000x640640~perkiraan bakteriJumlah 1010532 (7) jika jumlah koloni per cm2 lebih dari 100 koloni, maka nyatakan hasilnya: area x faktor pengenceran x 100 contoh rata-rata jumlah koloni 110 per cm2 contoh : )100.000(5,9x590100x1059596490~),5x106500.000(6x10065x10657150~perkiraan bakteriJumlah )area(cm10106363232x (e) jika jumlah koloni dari masing-masing koloni yang tumbuh pada cawan petri kurang dari 25, maka nyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari 25 koloni dikalikan pengenceran yang terendah; dan (f) menghitung koloni yang merambat; Perambatan pada koloni ada 3 macam, yaitu : - perambatan berupa rantai yang tidak terpisah; - perambatan yang terjadi diantara dasar cawan petri dan pembenihan; dan - perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan pembenihan. Next >