< PreviousTeknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 110 a). Pembubutan memanjang Arah Sumbu Z Pembubutan memanjang dengan kecepatan pemakanan terpro-gram. Dalam hal ini tidak terdapat gerakan inter-polasi (sisipan) Gambar 6.3 Arah pembubutan memanjang. Contoh 2.1): Pahat harus bergerak ke arah Z 23.5 mm (22.5 + 1), dengan posisi pahat seperti terlihat pada Gambar 6.4. Masukan untuk pempro-graman: a. Menuliskan nomor blok b. Menuliskan G01 c. Menuliskan harga X = 0 d. Menuliskan harga Z dalam per seratus (SPD = 1/100), dalam hal ini = –2350 e. Menuliskan harga F = 80 Gambar 6.4 Arah pembubutan arah sumbu –Z . Lembar program: Pembubutan Memanjang arah sumbu –Z N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan ... ... 01 0 – 2350 80 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 111 b). Pembubutan melintang Arah Sumbu X Pembubutan melintang dengan ke-cepatan pemakanan terprogram. Dalam hal ini juga tidak terdapat gerakan interpolasi (sisipan) Gambar 6.5 Arah pembubutan melintang. Contoh: Untuk pembubutan muka (facing), pahat harus bergerak dari permukaan keliling diameter terbesar menuju diameter ter-kecil benda kerja, lihat Gambar 6.5. Masukan untuk pemprograman: a. Menuliskan nomor blok b. Menuliskan G01 c. Menuliskan harga X dalam per sera-tus (SPD = 1/100), dalam hal ini = –500 d. Menuliskan harga Z e. Menuliskan harga F = 80 Gambar 6.6 Pembubutan melintang Lembar program: Pembubutan Melintang arah sumbu –X N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan ... ... 01 – 500 0 60 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 112 Contoh: Sebuah poros bertingkat Gambar 6.6, akan dihaluskan dengan sekali jalan, dengan kedalaman pemotongan 0.2 mm. Posisi pahat seperti terlihat pada Gambar 6.7. Posisi pahat harus dikembalikan ke posisi di mana puncak mata pahat berada 1 mm dari ujung muka benda kerja dan 5 mm dari permukaan keliling benda kerja 22 mm. Gambar 6.7 Pembubutan melintang Gambar 6.8 Pembubutan melintang Lembar program: Pembubutan Poros Bertingkat N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan 00 00 – 500 0 01 01 0 – 1320 50 01 01 200 0 50 03 01 0 – 600 50 04 01 300 000 50 05 00 500 0 06 00 0 1920 07 M30 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 113 c). Pembubutan Tirus Sisipan antara Sumbu X dab Z Pembubutan tirus dengan mesin bubut konvensional, eretan atas dapat digunakan untuk membubut tirus, yakni dengan memutar keretan atas sesuai dengan besar sudut ketirusan. Selanjutnya ro-da tangan yang terdapat pada eretan atas diputar ke kanan atau ke kiri untuk mendapatkan hasil pembubutan tirus, Gambar. 7.9. Sementara Mesin bubut CNC tidak memiliki eretan atas, apalagi yang dapat di putar. Gerak penyayatan harus dilakukan dengan eretan memanjang dan eretan melintang. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil pembubutan tirus, eretan memanjang dan eretan melintang harus bergerak secara bergantian dengan masing-masing jarak berdasarkan sudut ketirusan yang me-rupakan perbandingan anta-ra X dan Z (X : Z). Pada mesin CNC, mikrop-rosesor akan menghitung nilai perbandingan X dan Z, lalu meneruskan infor-masi lintasan ke motor langkah (motor step). Hasil perhitungan perbandingan lintasan antara sumbu X dan sumbu Z inilah yang di-sebut dengan interpolasi linier. Gambar 6.9 Mesin bubut konvensional Pembubutan tirus dengan kece-patan pemakanan terprogram. Da-lam hal ini terdapat gerakan inter-polasi (sisipan), Pergerakan sum-bu X dan sumbu Z saling bergan-tian, sampai membentuk hasil bu-butan tirus, mulai dari titik awal s sampai dengan titik akhir z. Gambar 6.10 Arah pembubutan tirus. Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 114 Contoh 3.1): Untuk sudut ketirusan = 45, perbandingan X : Z adalah 1 : 1, artinya dalam pemesinan CNC, eretan memanjang dan eretan melintang bergerak dalam interval yang sama. Lihat Gambar 6.11 Gambar 6.11 Sudut ketirusan 45 Contoh 3.2): Panjang yang akan dibubut tirus adalah 30 mm, semen-tara selisih diameter besar dan diameter kecil adalah 36 – 16 = 20 mm, sehingga perbandingan anta-ra X da Z adalah 10 : 30 atau 1 : 3. Maksudnya adalah jika eretan melintang (sumbu X) bergerak 1 mm, beranti eret-an memanjang (sumbu Z) bergerak 3 mm, lihat Gambar 6.12. Gambar 6.12 Tirus 1: 1.5 Contoh 3.3): Untuk pembubutan tirus penyelesaian (finishing), lihat Gambar 6.13, lakukan dengan prosedur berikut: Masukan untuk pemprograman: a. Menuliskan nomor blok b. Menuliskan G01 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 115 c. Menuliskan harga X (nilai ordinat pada s2), titik akhir tirus (SPD = 1/100), dalam hal ini = 500 d. Menuliskan harga Z (nilai ordinat pada s2), titik akhir tirus (SPD = 1/100), dalam hal ini = –500 e. Menuliskan harga F = ... (dititung) Gambar 6.13 Pembubutan melintang Lembar program: lintasan tirus N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan ... ... 00 500 – 000 Tirus 1 : 1 Contoh 3.4): Untuk pembubutan pinggul-an 5 x 45, Gambar 6.14 adalah dengan program CNC berikut: Gambar 6.14 Pinggulan 5 x 45 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 116 Lembar program: lintasan bertahan dan tirus N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan 00 00 – 650 0 01 00 0 – 400 02 01 150 – 150 75 Kasar 03 00 0 150 04 00 – 250 0 05 01 250 –250 75 Kasar 06 00 0 250 07 00 – 350 0 08 01 350 –350 75 Kasar 09 00 0 350 10 00 – 450 0 11 01 450 – 450 75 Kasar 12 00 0 450 13 00 – 550 0 14 01 550 – 550 75 Kasar 15 00 0 550 16 00 – 500 0 17 01 0 – 100 100 18 01 500 – 500 50 Finishing 19 00 500 1000 20 M30 d). Informasi Kerja Berdasarkan Sudut Pada gambar kerja, sering ditemukan bahwa panjang kaki sudut tidak turut digambar, melainkan hanya sudutnya. Oleh karena itu dalam Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 117 operasi pembubutan dengan CNC, koordinat Z harus dihitung dengan fungsi sudut. Tan = {(D – d)/2} / Z Harga X dapat diketahui dari per-bedaan diameter terbesar de-ngan diemeter terkecil benda kerja. Namun harga Z harus dihi-tung, dengan rumus di atas. Sudut yang lazim pada benda kerja: Tan 15 0.268 30 0.577 45 1 60 1.732 75 3.732 Gambar 6.15 Benda kerja tirus Contoh: Bila pada Gambar 6.16 sudut () adalah 30, maka panjang bagian tirus (arah sumbu Z) dapat dihitung dengan: Tan = {(D – d)/2} / Z, sehingga, Z = {(D – d)/2} / Tan Z = {(30 – 20)/2} / Tan 30 Z = 5/0.577 = 8.66 mm Gambar 6.16 Tirus dengan sudut 30 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 118 Pemprograman tirus dari titik A ke titik B (secara inkremental) adalah sebagai berikut: N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan ... .. .. ... ... ... ... 01 500 – 866 80 dari A – ke B ... 6.3 G02 dan G03 Interpolasi Radius Gerak Sisipan radius Seperti pada interpolasi lurus, suatu busur lingkaran dibagi dengan sejumlah garis datar dan tegak, di mana perbandingan antara X : Z berubah tahap demi tahap, lihat Gambar 6.17. Sementara pada interpolasi lurus perbandingan X dan Z adalah secara konstan. Interpolasi Radius. Fungsi kerja interpolasi radius ini ada 2, yakni G02 (radius searah putaran jarum jam) dan G03 berlawanan arah dengan putaran jarum jam). G02 dan G03 adalah fungsi kerja (Preparatory Func-tion), dengan format sebagai berikut: Gambar 6.17 Interpolasi radius Untuk menyatakan searah jayrum jam dan berlawanan arah dengan jarum jam didasarkan pada titik pengamatan, yakni dari arah positif sumbu ke tiga. Pada mesin bubut unit didaktik eretan berada di depan sumbu memanjang mesin. Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 119 Sementara mesin industri, eret-an berada di belakang sumbu meman-jang. Oleh karena itu, untuk dapat me-netapkan searah atau berlawanan arah dengan putaran jarum jam haris dilihat dari bawah ke atas. Kalau dari atas akan kelihatan terbalik. Gambar 6.18. Tampilan G02 Bantuan pengertian: Gambarlah suatu anak panah meling-kar seperampat kuadran di atas secarik kertas, lalu lihat bayangannya dari balik kertas. Bayangan inilah yang menjadi pedoman penetapan yang tepat. Sekali lagi ditegaskan, bahwa kalau untuk mesin industri, radius searan jarum jam ditetapkan sebagaimana terlihat di atas ker-tas. Gambar 6.19. Tampilan G03 Mesin bubut unit didaktik dapat membubut radius sampai dengan 90. Apabila radius lingkaran yang akan dibubut adalah 90 (satu kuadran). Format masukan interpolasi radius adalan: Lembar program: Untuk G02 dan G03 N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan ... .. .. ... ... ... ... 02 ... ... ... ... ... 03 ... ... ... ... Apabila radius lingkaran yang akan dibubut kurang dari 90 (< dari satu kuadran). Format masukan interpolasi radius adalan: Next >