< PreviousTeknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 140 Gambar 6.40 Gambar kerja untuk sub-program 6.8 G27 – Pelompatan blok Adakalanya suatu program tidak harus semuanya dilaksa-nakan, tergantung keperluan. Misalnya, material yang baru dibeli, di mana ujungnya masih kasar dan atau belum rata, sehingga pada pemesinan pertama perlu dilakukan bubut muka. Tetapi pada pemotongan berikutnya tidak diperlukan lagi karena hasil pemotongan de-ngan pahat potong sudah halus dan rata, maka blok bubut muka yang ada di blok bagian atas program, tidak perlu dilakukan. Gambar 6. 41 Pelompatan blok N G X Z F,L 00 … … … … … … … … … … … … … … 15 27 101 16 … … … … … … … … … 101 … … … … … … … … … 121 27 16 … … … … … M30 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 141 Blok bubut muka tersebut tidak perlu dihapus, karena setiap materia yang baru masih harus digunakan. Oleh karena itu, blok bubut muka hanya perlu dilompati dengan memprogram G27 yang diikutu dengan alamat L sebagai alamat pelom-patan, lihat ilustrasi pada Gambar 6.41. Pelompatan ini bisa naik ke atas atau turun ke bawah. Cara kerja program sesuai dengan yang dilustrasikan pada Gambar 6.41, dapat diuraikan seperti berikut: Pada blok 15 ada perintah G27 yang menginformasikan pelompatan ke blok 101 Dari blok 101 akan dikerjakan terus ke blok 120 Pada blok 121 ada perintah G27 yang menginformasikan pelompatan kembali ke blok 16. Gambar 6.42. Penggantian G21 dengan G27 Pemakaian G27: Permukaan benda kerja selalu dikerjakan dengan selektif atau tetap tidak akan dikerjakan. Pada blok N11 s.d. N17 adalah program CNC untuk penghalusan. Oleh karena itu sebelum blok program penghalusan, programkan-lah G21, yakni pada blok N10. N G X Z F,L 00 … … … … … … … … … 10 21 11 … … … … … … … … … 17 … … … … 18 … … … … … … … … … … M30 N G X Z F,L 00 … … … … … … … … … 10 27 18 11 … … … … … … … … … 17 … … … … 18 … … … … … … … … … … M30 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 142 Perintah Pelompatan: Jika permukaan tetap kasar, gantilah G21 dengan G27 diiukuti dengan L18, sehingga ketika operasi pemesinan, blok-blok N11 s.d. N17 akan terlompati. 6.9 G33 Penguliran dengan lintasan tunggal, tusuk tetap Mesin bubut CNC unit Didaktik dapat digunakan untuk membubut ulir kanan, ulir kiri, baik luar maupun dalam, dengan kemungkinan tusuk (pitch) 0.02 s.d. 4.99 mm. Satuan panjang dasar (SPD) 1/100 mm. Sementara jumlah putaran maksimal pada pemotongan ulir dibatasi oleh beswarnya tusuk. Jika putaran sumbu utama terlalu besar, sementara kecepatan pemakanan terlalu lambat akan mengakibatkan sinkronisasi terganggu artinya penguliran bisa tidak terjadi. Oleh karena itu, sebelum operasi pemesinan ulir, programlah G20, sehingga ketika proses pemesinan, putaran mesin dapat disesuaikan, dikurangi atau dinaikkan. Putaran yang terlalu tinggi menyebabkan proses penguliran akan terhenti dan pada layar tampilan akan tertayang alaram. Untuk menghindari hal tersebut, gunakan tabel 9.1 untuk menetapkan kecepatan putaran spindel. Tabel 9.1 Hubungan Kisar Ulir dengan Kecepatan Putaran Spindel Tusuk ulir Jumlah putaran maksimal (put/min) Metris (mm) Imperial (Inci) 0.02 s.d. 0.5 0.002 s.d. 0.2 950 0.5 s.d. 1 0.02 s.d. 0.4 500 1 s.d. 1.5 0.04 s.d. 0.06 320 1.5 s.d. 2 0.06 s.d. 0.08 250 2 s.d. 3 0.08 s.d. 0.12 170 3 s.d. 4 0.12 s.d. 0.16 120 4 s.d. 4.99 0.16 s.d. 0.199 100 Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 143 Kecepatan spindel lebih besar dari 5% dari ketentuan dalam Tebel 9.1 akan mengakibatkan munculnya alaram A06. a) Besaran Ulir Baut dan mur merupakan bagian mesin yang harus dapat dipertu-karkan satu dengan lainnya, oleh karena itu perlu persyaratan tertentu yang harus dipenuhi yang disebut dengan standar. Standar dimaksud sangat berkaitan dengan: a. Ketentuan kualitas, b. Ketentuan pengujian, dan c. Identifikasi berbagai jenis ulir. Dalam buku teks ini akan dikemukakan ulir metris, sesuai dengan standar ISO, menurut DIN 13 (ISO = International Standard Organisation = Organisasi Standar Internasional, dan DIN = Deutsches Institut fur Normung = Institut Standarisasi Jerman). Gambar 6.43. Besaran ulir metris ISO menurut DIN 13 Keterangan Gambar 6.43 P = Tusuk ulir d = diameter luar baut Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 144 D = d = diameter nominal baut dan mur d2 = D2 = diameter tusuk baut dan mur d3 = diameter minor baut D1 = diameter minor mur H = ketinggian profil ulir, tanpa pinggulan dan perataan (ke-tinggian profil segitiga bayangan) h3 = dalamnya ulir baut = ½ (d – d3). H1 = kedalaman bidang dukung ulir r = radius pinggulan = H / 6 = 0.14434 x P H = 0.86603 x P h3 = 0.61343 x P H1 = 0.54127 x P r = 0.14434 x P Tabel 9.2 Besaran Ulir Baut dan Mur D dan d P d1 d3 h1 h3 r 3 0.5 2.459 2.387 0.271 0.307 0.072 4 0.7 3.242 3.141 0.379 0.429 0.101 5 0.8 4.134 4.019 0.433 0.491 0.115 6 1.0 4.917 4.773 0.541 0.613 0.144 8 1.25 6.647 6.466 0.677 0.767 0.186 10 1.50 8.376 8.160 0.812 0.920 0.217 12 1.75 10.106 9.853 0.947 1.074 0.253 16 2.0 13.835 13.546 1.083 1.227 0.289 20 2.5 17.294 16.933 1.353 1.534 0.361 ... ... ... ... ... ... ... b) Pahat Ulir Sisipan (Threading Carbide Insert) Dalam industri moderen, alat potong ulir yang digunakan adalah Threading Carbide Insert (alat potong ulir sisipan), jauh lebih praktis dan Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 145 efektif. Alat potong ulir sisipan ini ada dua macam lihat Gambar 6.44, yakni: 1). Pahat ulir profil penuh dan 2). Pahat ulir profil sebagian Pahau ulir profil penuh Pahat ulir profil sebagian Gambar 6.44 Pahat ulir profil penuh dan sebagian Untuk mesin bubut CNC unit didaktik, alat potong ulir yang direkomendasikan adalah alat potong ulir profil sebagian yang dapat memotong ulir dengan jenjang tusuk ulir 0.5 s.d. 1.5 mm, atau 16 s.d. 48 ulir per inci, dengan sudut ulir 60 dan pinggulan radius 0.04 s.d. 0.045 mm. Oleh karena itu, diameter minor d3 untuk masing-masing tusuk berubah dari standar ISO dan dalamnya ulir pun menjadi lebih besar. Iluistrasi profil penuh Ilustrasi profil sebagian Baut Mur Gambar 6.45 Ilustrasi profil ulir penuh dan profil sebagian Diameter luar ikut terkalibrasikan Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 146 Tabel 9.3 Harga h3 dan H1 Tusuk ulir P (mm) H3 menu-rut ISO DIN 13 H3 pada pe-makaian pa-hat dengan radius pun-cak 0.04 mm H1 menurut ISO DIN 13 (radius pun-cak berubah untuk setiap tusuk H1 pada pe-makaian pa-hat dengan radius 0.04 mm 0.5 0.307 0.339 0.271 0.302 0.6 0.368 0.415 0.325 0.371 0.7 0.429 0.490 0.379 0.440 0.75 0.460 0.528 0.406 0.474 0.8 0.491 0.566 0.433 0.508 1.0 0.613 0.718 0.541 0.646 1.25 0.767 0.907 0.677 0.817 1.5 0.920 1.100 0.812 0.988 c) Sinkronisasi Pada mesin bubut konvensio-nal, gerakan transportir ber-asal dari roda gigi lewat roda gigi-roda gigi pengganti yang terdapat dalam lemari roda gigi, lihat Gambar 6.46. Dalam hal ini, terdapat hubungan mekanis antara transmisi tena-ga tersebut, di mana jika sum-bu utama berputar lebih lam-bat karena beban lebih be-sar, maka transportir juga akan berputar lebih lambat ju-ga, tetapi demikian, pada pe-motongan ulir, tusuk/kisarnya tetap sama. Gambar 6.46 Roda gigi dan transportir Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 147 Pada mesin CNC unit didaktik tidak ada hubungan transmisi antara spindel utama dengan transportir, sinkronisasi hanya terjadi lewat CPU (Central Processing unit), dengan prinsip kerja sebagai berikut, lihat Gambar 6.47. Prinsip kerja: 1. Pengirim pulsa 1 mendapatkan informasi jumlah putar-an spindel dari piringan berlubang dan meneruskannya ke CPU. Nilai tusuk ulir segera diubah dan diteruskan ke motor penggerak eretan. 2. Proses penguliran dilakukan beberapa kali hingga kedalaman yang dibutuhkan tercapai sesuai dengan tuntutan standar Perintah awal dalam pemotong-an ulir adalah di mana sumbu utama harus pada kedudukan sudut tertentu. Posisi sudut tersebut dikirimkan ke CPU melalui alur yang terdapat pada piringan berlunang dengan pengirim pulsa, Gambar. 7.47. Gambar 6.47 Lemari puli dan piringan berlubang Ringkasan sinkronisasi: 1). Kecepatan pemakanan dan penguliran dikendalikan melalui piring-an berlubang yang terdapat pada ujung poros transportir. 2). Lubang pada piringan berlubang meneruskan kedudukan sudut sumbu utama yang merupakan perintah awal untuk motor langkah (motor step) eretan memanjang. Dengan demikian pahat bubut ulir akan tetap berada pada posisi yang sama. Alur untukisinkronisasi Pengiriman pulsa untuk asutan awal Pengirim pulsa 1 untuk kecepatan pemakanan Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 148 Gambar 6.48 Alur Sinkronisasi d) Proses Pemotongan Ulir dengan G33 G33 adalah fungsi kerja untuk pemotongan ulir dengan tusuk tetap. Fungsi kerja ini merupakan blok tunggal, artinya hanya berlaku untuk sekali jalan penguliran. Pengaturan kedalaman pemotongan ulir dan penarikan dilakukan dengan fungsi lintasan cepat G00. Contoh: untuk melakukan pemotongan ulir hingga kedalaman ulir h3, harus dilakukan bebrapa kali pemakanan. i). Kedalaman pemakanan ulir hanya pada arah sumbu X. Untuk bahan Aluminium Otomatis (dural) Kedalaman pemotongan I = 0.2 mm Kedalaman pemotongan II = 0.1 mm Kedalaman pemotongan terakhir = 0.05 mm ii). Kedalaman pemakanan ulir arah sumbu X dan sumbu Z. Gambar 6.49. Jenis pemakanan ulir Transmisi Putaran Transmisi Posisi Sudut Impuls untuk Kecepatan pemakanan Instruksi awal Kalkulasi/Transformasi Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 149 Contoh: Sebuah ulir metris, M20 x 1.5 akan dikerjakan pada mesin bubut CNC unit didaktik, Susunlah program CNC untuk pemesinan ulir tersebut. = 60 Tusuk (P) = 1.5 mm h3 = 1.10 mm Gambar 6.50 Gambar kerja ulir dan setingg awal alat potong ulir Format blok dalam lembaran program untuk pemotongan ulir: N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H Keterangan ... .. .. ... ... 12 00 –30 0 13 33 –2400 150 14 00 30 0 16 00 2400 Arah lintasan program penguliran hasil pemprograman di atas adalah seperti diilustrasikan pada Gambar 6.51 Gambar 6.51 Blok penguliran 6.10 G64 Pemutusan Arus ke Motor Langkah (Motor Step) Ketika mesin sakelar utama dihidupkan, mesin telah dialiri arus yang terlihat dari lampu-lampu indikator yang menyala, tetapi motor langkah belum Next >