< Previous 201 Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Keenan dkk., 1989). 4) Asam asetat Pa Asam asetat termasuk ke dalam golongan asam karboksilat dengan rumus molekuh CH3COOH, berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap, dengan bau tajam khas cuka, titik leburnya 16,7 oC, dan titik didihnya 118,5 oC. Senyawa murninya dinamakan asam etanoat glasial. Dibuat dengan mengoksidasi etanol atau dengan mengoksidasi butana dengan bantuan mangan (II) atau kobalt (II) etanoat larut pada suhu 200 oC. Asam asetat digunakan dalam pembuatan anhidrida etanoat untuk menghasilkan selulosa etanoat (untuk polivinil asetat). Senyawa ini juga dapat dibuat dari fermentasi alkohol, dijumpai dalam cuka makan yang dibuat dari hasil fermentasi bir, anggur atau air kelapa. Beberapa jenis cuka makan dibuat dengan menambahkan zat warna (Daintith, 2005). 5) Aseton Aseton dengan rumus molekul CH3COCH3, memiliki titik lebur -95,4 oC, titik didihnya 56,2 oC. Propanon adalah senyawa keton yang paling sederhana yang dapat bercampur dengan air. Senyawa ini dibuat melalui oksidasi propanadiol atau diperoleh sebagai reaksi sampingan dalam pembuatan fenol dari kumena. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan mentah pembuatan plastik (Daintith, 2005). 6) BufferPospat Larutan buffer berfungsi menahan perubahan pH bila asam atau basa ditambahkan atau bila larutan diencerkan. Buffer asam terdiri dari asam lemah dengan garam asam. Garam menyediakan A-, yaitu basa konjugat dari asam HA. Contohnya adalah H2PO4- atau HPO42- 202 (Daintith, 1994).Dalam buffer asam, misalnya molekul HA dan ion A- ada bersama-sama. Bila asam ditambahkan, maka sebagian besar proton diambil oleh basa (Daintith, 2005):A- + H+ HABila basa ditambahkan, sebagian besar kelebihan ion hidroksida bereaksi dengan asam yang tak berdissosiasi (Daintith,2005): OH- + HA A- + H2O Jadi penambahan asam ataupun basa hanya sedikit mengubah pH. Konsentrasi ion Hidrogen dalam buffer dirumuskan dengan: Ka=[H+]=[A-]/[HA] c. Perhitungan konsentrasi bahan kimia Konsentrasi dapat diartikan sebagai ukuran yang menentukan banyaknya zat yang berada di dalam suatu campuran dan dibagi dengan volume total pada campuran tersebut. Biasanya konsentrasi dinyatakan pada satuan fisik, seperti halnya satuan volume, satuan kimia, ataupun satuan berat seperti mol, ekuivalen dan massa rumus. Pada bahasan ini, konsentrasi berhubungan dengan persen konsentrasi, PPM (Parts per Million) atau PPB (Parts per Billion), fraksi mol, molaritas, dan molalitas. 1) Persen konsentrasi Pada umumnya di bidan kimia, persen digunakan untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan. Persen konsentrasi dapat dibagi menjadi persen volume dan persen berat. Untuk mengukur persen berat (%W/W) menggunakan rumus : Sedangkan untuk mengukur persen volume (%V/V) menggunakan rumus : 203 2) PPM (Parts per Million) dan PPB (Parts per Billion) Untuk yang ini biasanya digunakan pada larutan yang sangat enver dengan satuan PPB dan PPM. Satuan PPM ekuivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 liter larutan, sedangkan PPB ekuivalen dengan 1 ug zat terlarut per 1 liter larutan. PPM dan PPB memang merupakan satuan yang mirip seperti persen berat. Jika persen berat, gram zat terlarut per 100 gram larutan, maka PPM gram teralrut per satu juta gram larutan, serta PPB zat terlarut per miliar gram larutan. 3) Fraksi Mol (X) Fraksi mol merupakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol dari seluruh komponen. Bila suatu larutan mengandung zat P dan Q dengan jumlah mol masing-masing nP dan nQ, maka rumus untuk menentukan fraksi mol pada tiap komponen adalah : 204 4) Molaritas (M) Molaritas atau bisa disebut juga konsentrasi molar pada suatu larutan merupakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan atau jumlah milimol dalam satu mililiter larutan. Untuk menentukan molaritas suatu larutan diperlukan rumus : 3) Molalitas (m) Molalitas berbeda dengan molaritas, molalitas sendiri adalah jumlah dari mol zat terlarut tiap seribu gram pelarut. Untuk menentukan molalitas suatu zat diperlukan rumus : Normalitas (N) ditentukan oleh banyaknya gram ekivalen zat terlarut dalam 1000 ml larutan. Berat ekivalen (BE) dapat ditentukan berdasarkan jenis reaksi, sebagai berikut : Dalam reaksi netralisasi , setiap senyawa akan melepaskan atau menerima atom hidrogen. Jadi berat ekivalen (BE) berdasarkan reaksi netralisasi (asam basa) dapat ditentukan sebagai berikut : 205 Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan oleh valensi dari senyawa tersebut. Berat ekivalen (BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya elektron yang dilepaskan atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi. Contoh perhitungan Berat Ekivalen: a) Reaksi asam basa : BE HCl = Mr HCl, BE H2SO4 = ½ Mr H2SO4, BE NaOH = Mr NaOH b) Reaksi pengendapan : BE AgNO3 = Mr AgNO3, BE NaCl = Mr NaCl c) Reaksi oksidasi (dalam suasana asam) : BE KMnO4 = 1/5Mr KMnO4 BE K2Cr2O7 = 1/6 Mr K2Cr2O7 Contoh Perhitungan Normalitas : a) Berapa normalitas (N) dari HCl pekat yang mempunyai BJ = 1,1878 dan konsentrasinya 37% (Mr =36,5) Jawab :- BJ = 1,1878 gram berarti di dalam 1 Liter larutan terdapat 1187,8 gram - Konsentrasi 37% 206 439,486 = 36,5 12,04 b) Berapa Normalitas (N) H2SO4 pekat dengan BJ= 1,19 dan konsentrasinya 98% (Mr=98). Jawab : - BJH2SO4 = 1,19 Berarti dalam 1Liter larutan terdapat 1190gram - Konsentrasi 98 % Secara langsung dapat dihitung sebagai berikut : Jadi untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 mL yang dibuat dari HCl pekat dengan konsentrasi 37% dan BJ 1,1878 yang mempunyai normalitas 12,04 (hasil perhitungan nomor 1). Maka HCl pekat tersebut yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus : 207 Jadi HCl pekat yang dibutuhkan adalah 8,3 mL Untuk membuat larutan dengan bahan yang digunakan dalam bentuk padatan, maka banyaknya bahan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Contoh: Untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 500 mL, maka AgNO3 padatan yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut : Masa AgNO3 = V X N BE AgNO3 Masa AgNO3 = 500 X 0,1 BE AgNO3 (180) mg AgNO3 = 500 x 0,1 x 180 = 9,000 mg = 9 gram 1). Untuk membuatlarutan NaCl 10% sebanyak 500 mL, maka bahan padatan NaCl yang dibutuhkan adalah 50 gram NaCl dilarutkan sampai dengan 500 mL. Jadi AgNO3 yang dibutuhkan sebanyak 9 gram 2). Untuk membuat larutan NaCl 100 ppm maka dilarutkan sebanyak 100 mg kedalam 1 Liter larutan. 208 TUGAS 1. Amatilah dengan mencari informasi terkait dengan perhitungan konsentrasi bahan kimia (persen konsentrasi, ppm dan ppb, fraksi mol, molaritas (M), molalitas (m) dan Normalitas) melalui buku-buku, media cetak, internet, dan sumber referensi lainnya. 2. Tanyakan kepada guru dengan mengajukan pertanyaan untuk mempertajam pemahaman perhitungan konsentrasi bahan kimia (persen konsentrasi, ppm dan ppb, fraksi mol, molaritas (M), molalitas (m) dan Normalitas), misalnya : a. Bagaimana perbedaan dan persamaan dari konsentrasi molaritas dan molalitas ? b. Apa perbedaan persen konsentrasi, ppm dan ppb? 3. Lakukan ekplorasi/experimen/ praktik : a. Praktek membuat larutan moralitas, molalitas dan normalitas b. Mengasosiasi/ Menganalisis hasil praktek pengamatan dengan kelompok anda serta membuat kesimpulan dan buatlah laporan 4. Komunikasikan laporan anda dengan : Menyampaikan atau presentasikan hasil praktik/ laporan anda di depan kelas. 209 d. Prosedur pembuatan larutan/reagensia (numbering diganti ) 1) Sifat zat Pengenalan terhadap zat merupakan hal yang sangat penting dan suatu keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan zat( terutama di laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan mengemas, menggunakan , atau memperlakukan zat itu dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan ini sangat penting dan sangat membantu bagaimana orang itu seharus dan sebaiknya berbuat sehingga diri dan lingkunganya tetap besih , sehat , dan aman disamping pekerjaannya menjadi lebih lancar dan cepat 2) Zat dalam keseharian dapat dibedakan sebagai : a) Bahan(material) yakni zat yang menjadi komponen dari suatu proses atau pembentukan barang atau produk b) Pereaksi(reagent) yakni zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau ditetapkan untuk tujuan analisis kimia Tabel 18. Beberapa zat dan Sifatnya : Sifat Contoh zat Bahaya Mudah terbakar/menyala Pelarut organik,P Kebakaran Mudah meledak TNT Ledakan Iritasi saluran pernafasan Cl2,NO2 Merusak jaringan Iritasi kulit Basa kuat,fenol Kulit melepuh Iritasi mata Metanol Buta Hidrasi H2SO4 pekat Membakar kulit Oksidator HNO3,H2SO4 Merusak plastik Korosif Asam-asam Merusak benda Racun Benzena,toluena Kanker Pencemar Limbah kimia pencemaran 210 3) Pembuatan reagen Larutan baku primer berfungsi untuk Membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu yaitu larutan/;pereaksi yang ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku(larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan tersebut bersifat stabil sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain atau kadar suatu cuplikan. Larutan baku primer harus dibuat seteliti dan setepat mungkin (secara kuantitatif)zat baku primer harus memenuhi syarat : a) Kemurniaanya tinngi b) Stabil tidak bereaksi dengan udara luar,tidak mudah menguap,tidak terurai) c) Memiliki bobot molekul atau bobot equivalen tinggi Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan untuk analisa kuantitatif harus mempunyai spesifikasi reagen-analar(AR)Disamping larutan baku primer , dikenal juga larutan baku sekunder larutan ini kebakuannya (kepastian molaritasnya)ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer. Jika suatu larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas/disimpan dengan benar , larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi. Mengenal alat-alat volumetrik baik fungsi, sifat kesalahan, maupun cara menggunakan dan cara membacanya adalah penting untuk menghindarkan kesalahan yang tidak perlu dan agar kita dapat Next >