< Previous 63 Selain itu, petani budidaya perairan tidak mendapatkan bimbingan teknis yang memadai sehingga pengetahuan mereka terbatas. Adanya institusi penyuluhan sangat diharapkan terutama dalam rangka penyebaran informasi dan bimbingan teknologi kepada pembudidaya. Betapapun, pengetahun yang cukup akan banyak membantu menghasilkan produk yang bermutu tinggi. 2) Permasalahan Industri Sekunder budidaya perairan Masalah yang timbul pada industri primer akan langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap industri sekunder. Selain belum dapat diselesaikan, masalah tersebut akan tetap menjadi masalah bagi industri sekunder. Biasanya industi sekunder telah menetapkan standar baku mutu yang harus dipenuhi oleh industri primer sebagai pemasok bahan baku. Sebagai contoh baku mutu rumput laut (Eucheuma cottoni) yang diperlukan industri sekunder adalah kadar air 31-35%, kotoran dan garam <2%, rendemen > 25%, gel strength 550. Atau (Gracillaria) kadar air 18-22%,kotoran dan garam <2%, rendemen > 14-20%. Namun seringkali baku mutu ini tidak dapat dipenuhi. Dibeberapa daerah kadar air masih mencapai 40% , kotoran lebih dari 5% dan bahkan gel strength kurang dari 500. Kondisi seperti ini akan memberikan beban biaya tambahan yang tidak kecil untuk pengeringan kembali, pembersihan dari kotoran, atau penggunaan bahan-bahan pengolah yang lebih banyak akibat rendahnya gel strength. Belum terhitung penyusutan bobot yang dialami selama penjemuran rumput laut. Industri sekunder juga menghadapi masalah belum adanya jaminan pasokan bahan baku yang tepat jumlah, mutu, waktu dan harga. Jika dibiarkan tanpa adanya kelembagaan yang mampu 64 menangani standarisasi mutu perikanan ini akan mengakibatkan industri pengolahan perikanan nasional sulit berkembang. 3) Sumber Daya Manusia Petani budidaya perairan umumnya adalah petani tamatan sekolah rendah atau nelayan yang berdomisili di desa-desa pesisir dengan tingkat pendidikan formal yang relatif rendah. Kondisi demikian tentunya menjadi penghambat dalam inovasi teknologi dan manajemen budidaya perairan. Pembinaan terhadap petani budidaya perairan dalam bentuk pelatihan dan asistensi melalui penyuluhan masih belum banyak dilaksanakan. Pembinaan dan penyuluhan diperlukan agar mutu komoditas budidaya perairan lebih baik dan menghasilkan produk akhir yang bermutu tinggi. Masalah SDM yang melimpah dan murah belum mampu menjadi daya tarik kuat karena masih rendahnya produktivitas sumber daya manusia tersebut. Dibandingkan negara lain, SDM Indonesia masih terpuruk di bawah. Jangankan dibandingkan dengan negara-negara Industri, diantara negara di Asia pun Indonesia masih berada di lapisan paling bawah. Selain itu, penyebaran SDM tersebut tidak merata dan cenderung menumpuk di Pulau Jawa. Akibatnya, pengembangan industri perikanan di wilayah perikanan potensial yang umumnya jauh dari Jawa tidak mudah. Terlebih jika dikaitkan dengan etos kerja yang dinilai masih rendah. 4) Kelembagaan Untuk meningkatkan peran stategis komoditas budidaya perairan terhadap perekonomian nasional, diperlukan adanya peningkatan kelembagaan agar seluruh stakeholders mulai dari indstri primer hingga sekunder dapat teraspirasi segala kepentingannya. Peningkatan kelembagaan diperlukan agar segala aspek 65 permasalahan dapat diselesaikan untuk meningkatkan produktivitas usaha dan industry perikanan nasional. Dibandingkan dengan komoditas lain seperti pertanian dan peternakan, komoditas budidaya perairan (perikanan) hanya memilki beberapa wadah lembaga atau organisasi petani yang sifatnya nasional untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada dalam pengembangan produksi komoditas budidaya perairan tersebut. 5) Sosial Ekonomi dan Budaya Usaha budidaya budidaya perairan selain umumnya dilakukan di darat dan di laut lepas dengan berbagai metode. Dengan metode budidaya yang sifatnya terbuka, mengakibatkan rawannya penjarahan terhadap hasil budidaya perairan. Kondisi demikian diakibatkan dari rendahnyaa tingkat taraf hidup masyarakat disekitar lokasi budidaya dan budaya masyarakat yang tidak mau bersusah payah mmelihara dalam jangka waktu tertentu. Permasalahan-permasalahan tersebut biasa dijumpai di beberapa sentra produksi perikanan. 6) Pemasaran Hubungan yang kurang harmonis dan kurang fair antara pembudidaya sebagai produsen perikanan dengan pengumpul lokal baik di tingkat desa atau kecamatan, serta antara pengumpul lokal dengan pengumpul besar di tingkat kabupaten atau propinsi telah menjadi masalah yang tidak kunjung dapat diselesaikan. Tidak baiknya hubungan tersebut terlihat dari tidak transparannya dalam menentukan harga jual dan beli komoditas budidaya perairan sehingga mengakibatkan munculnya penurunan animo masyarakat untuk membudidayakan komoditas perikanan. Tidak transparanya harga juga diikuti oleh berfluktuasinya harga yang 66 sangat signifikan pada saat panen hasil budidaya perairan di sentra produksi. Pada tingkat Industri sekunder, aspek pemasaran ke luar negeri menjadi kendala yang menurunkan minat para pelaku usaha untuk berusaha dalam industri pengohan perikanan. Indonesia belum memiliki jaringan internasional yang mampu menjebatani industri pengolahan perikanan dengan pasar dunia. Jaringan tersebut sangat diperlukan untuk memberikan kepastian kepada pelaku industri pengolahan dalam memasarkan produknya. Kondisi di lapangan menujukkan bahwa perkembangan usaha budidaya perairan sangat dipengaruhi oleh standar mutu komoditas yang dibudidayakan yang ditentukan oleh kalangan industri (pabrikan) dan panjangnya mata rantai penjualan komoditas sehingga harga komoditas perikanan di tingkat petani sangat rendah. Petani dalam hal menjual produknya tidak dapat langsung ke industri tetapi harus melalui jalur pedagang pengumpul. Kemudian dari pedagang pengumpul dilakukan transaksi dengan pedagang besar. Selanjutnya pedagang besar menjualnya ke pihak pabrikan. Dengan demikian terjadi perbedaan harga yang cukup signifikan antara harga di tingkat petani dengan harga ditingkat industi. Harga di tingkat petani kurang cukup berkembang walaupun telah dilakukan peningkatan mutu, karena belum ada standar mutu yang baku. Disamping itu, penyebab utama rendahnya harga pada komoditas budidaya perairan disebabkan adanya praktek yang mengarah pada pasar oligopoli, sehingga harga tersebut banyak dipengaruhi oleh pembeli dari kalangan industri dengan tingkat harga yang rendah. 67 Terciptanya oligopoli pada mata rantai pemasaran komoditas perikanan disebabkan oleh berbagai faktor. Pada tingkat pengumpul, penyebab utamanya adalah ‘entry barrier’ yang terkait dengan adanya ‘patron client’ dan perlunya modal besar untuk menjadi pengumpul. Pada tingkat pedagang besar penyebab utamanya adalah ‘entry barrier’ yang terkait dengan modal besar dan pembayaran terlambat yang dilakukan oleh eksportir. Pada tingkat eksportir penyebab utamanya adalah ‘entry barrier’ yang terkait dengan resiko kualitas, fluktuasi nilai tukar mata uang dan juga modal besar. Mengeksplorasi/Eksperimen Lakukan observasi dan wawancara terhadap potensi dan peranan budidaya perairan disekitar lingkungan sekolah terutama pada lokasi budidaya dan tempat pemasaran hasil perikanan. Obyek observasi yang dilakukan adalah: a) Hasil produksi perikanan. b) Pemanfaatan produksi perikanan. c) Pendapatan masyarakat dari produksi perikanan. d) Peraturan/kebijakan pengembangan perikanan. Alat-alat atau bahan yang harus disediakan : 1. Sumber belajar (buku, internet, lokasi budidaya, lokasi pengolahan perikanan, pasar dll). 2. Kamera. 3. Alat tulis menulis. 68 Langkah-langkah yang harus anda kerjakan adalah : 1. Lakukan observasi pada lokasi-lokasi yang potensial pengembangan budidaya perairan di sekitar sekolah anda ! 2. Lakukan pengamatan dan wawancara pada masyarakat sekitar terhadap jenis biota air yang ada di lokasi tersebut dan permasalahan pengembangan budidaya perairan ! 3. Lakukan pendataan hasil produksi perikanan di lokasi tersebut ! 4. Lakukan pengamatan proses pemasaran hasil produksi perikanan ! 5. Lakukan pengamatan proses pengolahan hasil produksi perikanan ! 6. Lakukan pengamatan pemanfaatan hasil pengolahan perikanan tersebut terhadap pemenuhan kebutuhan manusia ! 7. Lakukan pengambilan dokumentasi hasil pengamatan dan pencatatan hasil observasi ! 8. Dapat dilakukan kegiatan yang sama pada lokasi budidaya perairan lainnya ! 69 Tabel 3. Pengamatan potensi budidaya perairan No Indikator Pengamatan Identifikasi kegiatan Jenis Usaha/Produksi 1. Sungai/waduk/tambak/ teluk/pantai dll ………………………………. Potensi pengembangan : Perairan tawar/ payau/ laut ………………………. Jenis biota air yang dapat dikembangkan : 1. … 2. … 3. … 4. … 2. Pengolahan hasil perikanan Bahan baku pengolahan : Ikan/Krustacea/Moluska/Alga dll : ……………………. Hasil pengolahan : (Contoh: nugget, perhiasan, jelly dll) 1. … 2. … 3. … 3. Pemasaran Pemasaran benih/bahan baku/semi jadi/bahan jadi: ………………………….. Tempat pemasaran : (Contoh : pembudidaya, pengolah, masyarakat dll) 1. … 2. … 3. … 70 Tabel 4. Pengamatan hasil produksi budidaya perairan No Materi yang diamati Jumlah produksi Luas lahan budidaya 1. Budidaya ikan 2. Budidaya krustacea 3. Budidaya kerang (Moluska) 4. Budidaya rumput laut 5. Budidaya perairan lainnya (Contoh : Echinodermata, kodok dll) 71 Tabel 5. Permasalahan pengembangan budidaya perairan No Materi yang diamati Jenis permasalahan Keterangan 1. Lokasi Budidaya 2. Kualitas benih/bibit 3. Serangan hama penyakit 4. Aspek hukum 5. Permodalan 6. Pemasaran Isilah lembar pengamatan dengan benar dan bila terdapat kegiatan/keterangan lain yang tidak ada pada format dapat ditambahkan/dikembangkan sesuai hasil pengamatan. Setelah anda melaksanakan kegiatan pengamatan pada lokasi observasi, buatlah kesimpulan hasil eksplorasi tersebut pada format yang telah disediakan! 72 Mengkomunikasikan Presentasikan hasil kerja kelompok anda di depan teman-teman. Apakah ada tanggapan / masukan / sanggahan dari hasil kerja kelompok anda. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi Kesimpulan hasil eksplorasi : 1. Lokasi observasi/pengamatan : ……………………………………………………. 2. Potensi kegiatan budidaya perairan : …………..………………..……………… ………………………………………………………………………………………..……..…… 3. Jenis/produk yang dipasarkan : ……………………………………………………. 4. Hasil produksi : a. Ikan : b. Udang (Krustasea) : c. Kekerangan (Moluska) : d. Rumput laut (Alga) : e. Biota air lainnya : Guru Mata Pelajaran Kelompok …. (……………………………………) (……………………………………….) Next >