< Previous 174 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dasar Artistik 1 bahan busana memiliki karakteristik berbeda, tergantung bahan dasar yang digunakan untuk menyusun bahan busana tersebut, dan untuk itu perlu perlakuan tersendiri. Bahan tersebut adalah: 1) Bahan alami Bahan alami adalah untuk bahan bersama yang tersusun dari bahan alam tanpa melalui pemrosesan. Bahan alam antara lain daun, serat tumbuhan, dan kulit kayu. Bahan alami tidak bisa bertahan lama ketika digunakan untuk bahan busana pementasan dan harus mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan. Misalnya daun tumbuhan, harus dipilih daun yang tidak memiliki bulu halus pada permukaan yang bisa menyebabkan gatal pada kulit. Contoh daun yang bisa digunakan sebagai bahan busana pentas adalah daun pisang. Kulit pohon yang bisa digunakan sebagai bahan busana pentas adalah kulit pohon harus sudah mengalami proses menghilangkan getah dan proses pengeringan. Serat tumbuhan yang bisa digunakan sebagai bahan busana adalah serat tumbuhan yang kuat dan telah mengalami proses perendaman untuk menghilangkan zat pengikat serat. Setelah serat terpisahkan dan mengalami proses pengeringan, baru serat bisa digunakan sebagai bahan dasar busana. Serat yang bisa digunakan sebagai bahan busana antara lain serat tanaman agave, serat rami, dan serat pohon waru. 2) Tekstil atau kain Tekstil adalah bahan pabrikan yang banyak digunakan pada pembuatan busana, bahan yang paling mudah untuk diproses, dan bisa dijadikan beragam bentuk busana. Tekstil merupakan bahan yang disusun dari benang dengan cara penenunan dan perajutan. Yang membedakan jenis tekstil adalah bahan dasar yang digunakan untuk memintal benang. Misalnya bahan kapas menghasilkan tekstil katun, bahan bulu domba menghasilkan wool, bahan nilon (benang yang kandungan plastiknya tinggi) menghasilkan polyster, dan serat kepompong ulat sutra menghasilkan silk. berdasarkan bahan dasar yang digunakan untuk memintal benang, maka akan mudah menangani tekstil untuk bahan busana. Misalnya tekstil katun, lebih tahan terhadap panas waktu proses pengepresan (disetrika) dan permukaan tidak licin, jadi lebih mudah untuk dijahit (mesin maupun tangan). Jatuhnya ke tubuh lebih lemes atau lembut dan tidak 175 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dasar Artistik 1 kaku, tergantung pada ketebalan pada waktu proses penenunan. Tekstil polyster tidak terlalu tahan terhadap panas pada waktu proses pengepresan dan memiliki permukaan yang agak licin, sehingga lebih sulit untuk dijahit maupun dipotong. Tekstil wool memiliki karakteristik yang lebih kaku tetapi tahan terhadap panas. Untuk menjahit tekstil wool juga perlu penanganan khusus, karena lebih tebal. Tekstil silk memiliki karakteristik lembut dan tipis dengan permukaan licin, sehingga akan lebih sulit untuk dijahit. 3) Bahan sintetis Bahan sintetis yang digunakan sebagai bahan busana memerlukan penangan khusus karena dipengaruhi oleh bahan dasar pembuatan. Misalnya bahan sponse, masih bisa dijahit mesin maupun tangan, selain itu juga bisa dikerjakan dengan cara di lem menggunakan lem adhesive leter. Bahan vinyl bisa diaplikasikan dengan cara dijahit maupun dilem menggunakan adhesive leter, tetapi kalau dilem menggunakan lem bening akan kaku. Bahan sterofoam tidak bisa kena panas atau diaplikasikan dengan cara dilem adhesive leter maupun lem bening karena akan terjadi pelelehan. Lem yang bisa digunakan untuk sterofoam adalah lem kayu. 4) Kulit Bahan kulit adalah bahan yang agak sulit penanganannya untuk bahan dasar busana. Karakteristik bahan kulit adalah kaku, kecuali bahan kulit domba dengan proses penyamakan yang tipis, maka akan sedikit lembut. Bahan kulit ini tidak terlalu banyak digunakan sebagai bahan busana pentas. Bahan kulit bisa diaplikasikan dengan cara dijahit maupun dilem dan biasa digunakan untuk bahan busana kaki. Selain bahan kulit original, ada juga bahan kulit suede yaitu bahan kulit dari proses penyesetan kulit binatang yang tebal. Kulit suede tidak memiliki permukaan yang halus atau licin, tetapi kulit suede adalah bahan kulit yang lembut. Sama dengan bahan kulit original, bahan kulit suede juga bisa diaplikasikan dengan cara dijahit maupun dilem menggunakan lem adhesive leter, tetapi kalau menggunakan bahan lem bening, maka bahan kulit akan kaku karena pengaruh lem. 176 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dasar Artistik 1 4. Tahap Menata Busana a. Menganalisis naskah lakon Naskah lakon adalah sumber gagasan sebuah pementasan teater. Gagasan kreatif seorang penata busana mengacu langsung pada naskah yang akan dipentaskan. Menganalisis naskah artinya adalah memahami naskah secara utuh. Seorang penata busana menganalisis naskah untuk mengetahui jenis busana, model, warna, tektur, dan motif yang dibutuhkan. Memahami naskah bermula dari mempelajari tokoh, jaman maupun suasana dari latar cerita lakon. Keutuhan tokoh yang menyangkut dimensi fisik, psikologis, dan latar sosial sangat menentukan arah rancangan busana. Seorang penata busana perlu juga mempelajari aktivitas tokoh yang menyangkut karakteristik akting. Seorang tokoh yang dalam naskah banyak melakukan adegan perkelahian dengan motif gerak silat, sehingga penata busana perlu membuat busana yang memiliki pola tertentu maka memberi ruang gerak maksimal. Dengan mempelajari naskah, seorang penata busana bisa mengetahui perubahan busana dalam setiap adegan atau babak. Semua aspek yang menyangkut fungsi busana dalam sebuah pementasan perlu dicermati oleh penata busana. Memahami naskah akan memberikan ide kreatif terhadap penata busana. Saat mempelajari naskah, seorang penata busana perlu membuat catatan penting terkait gagasan atau hal-hal yang akan didiskusikan dengan tim artistik lain. Seorang penata busana juga perlu mencatat kesulitan, baik menyangkut model busana, maupun aspek teknik, sehingga memperoleh gambaran utuh tentang rancangan busana yang dibutuhkan. b. Diskusi dengan sutradara dan penata artistik Penata busana perlu melakukan diskusi dengan sutradara untuk memperoleh pemahaman yang sama terhadap naskah. Gagasan sutradara tentang busana merupakan masukan penting bagi penata busana. Diskusi menyangkut model busana, bentuk, warna, motif, garis, dan kemungkinan akting yang membawa konsekuensi pada rancangan busana. Masukan sutradara menjadi landasan untuk membuat desain. Diskusi dengan tim artistik menjadi proses kerja yang penting bagi seorang penata busana, khususnya dengan penata cahaya. Pencahayaan berpengaruh langsung pada dimensi dan 177 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dasar Artistik 1 warna busana. Penata busana perlu menyampaikan warna yang dipakai sehingga tidak memunculkan efek lain yang tidak diinginkan. Dalam diskusi, semua gagasan artistik diungkapkan untuk mencapai kesepakatan pengolahan unsur estetik. c. Mengenal tubuh pemain Membuat busana terkait langsung dengan bentuk tubuh pemain. Tokoh dalam naskah mempunyai karakteristik tubuh yang tidak selalu sesuai dengan bentuk tubuh pemain. Bentuk tubuh pemain memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dalam membuat rancangan busana. Oleh karena itu, penata busana perlu mencatat dengan cermat karakteristik tubuh pemain. Anatomi tubuh yang tidak sesuai perlu dicarikan solusinya sehingga sesuai dengan kebutuhan tokoh. d. Mendesain busana Desain busana menentukan proses pengadaan dan produksi. Pengadaan dan produksi terkait dengan waktu, biaya, dan tenaga yang terlibat. Pengadaan busana dengan cara memadukan busana yang sudah ada, membutuhkan waktu dan biaya yang sedikit. Sebaliknya, busana yang harus diproduksi membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang banyak. Hal ini perlu dipertimbangkan agar busana dapat disediakan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Desain busana berarti rancangan tentang suatu bentuk dan model busana. Desain menjadi media untuk menggambarkan gagasan perancang busana dan menjadi penuntun dalam hal model, motif, warna, bentuk, dan tekstur. Desain dalam produksi idealnya terwujud dalam bentuk desain produksi yang memuat petunjuk teknik, ukuran, dan detail busana. Fungsi lain desain adalah sebagai alat mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain untuk dapat diwujudkan dalam bentuk busana. Secara garis besar, desain dibedakan menjadi dua, yaitu desain ilustrasi dan desain produksi. 1) Desain ilustrasi Desain ilustrasi busana merupakan desain dasar yang tidak memiliki keterangan spesifik tentang busana. Desain Ilustrasi busana berupa gambar yang menjadi gagasan dasar dan membutuhkan penjabaran teknik apabila hendak diproduksi. Desain busana bisa dibuat dengan gambar detail realistik, tetapi bisa juga desain busana juga dibuat dalam bentuk sketsa yang memuat ide secara global. Desain ilustrasi 178 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dasar Artistik 1 dengan gambar detil realistik akan memberikan kemudahan bagi sutradara dan tim tata artistik lain untuk memahami. Tetapi karena desain ilustrasi masih merupakan tahap awal, akan sedikit menyulitkan bagi penata busana untuk menggambar desain ulang setelah mendapatkan penyesuaian dari sutradara. Pada tahap awal, gambar desain berupa sketsa lebih dianjurkan karena masih ada penyesuaian di sana-sini sehingga tidak terlalu menyulitkan dalam mengubah gambar desainnya. Gambar 222. Desain ilustrasi 2) Desain produksi Desain produksi adalah suatu desain yang dibuat dengan tujuan untuk diproduksi. Oleh karena itu mengandung keterangan teknik yang lebih rinci dan jelas, sehingga dapat dibaca dan diwujudkan ke bentuk busana yang sesungguhnya. Desain produksi sudah terkait dengan ukuran, model, potongan, teknik, dan pernak-pernik yang ada dalam busana. Misalnya busana yang harus mengaplikasikan payet atau benang tertentu sebagai hiasan dari busana tersebut. e. Mempersiapkan alat dan bahan Persiapan alat adalah mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk bekerja, atau kalau menggunakan tata busana dengan teknik drapery, maka peralatan yang digunakan tidak terlalu rumit, karena tata busana teknik drapery tidak terlalu banyak peralatan yang digunakan untuk bekerja. Peralatan utama yang digunakan hanya gunting untuk memotong bahan, dan pin sebagai alat bantu untuk penyemat kain. 179 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dasar Artistik 1 Bahan busana perlu disiapkan untuk tata busana pementasan sesuai dengan konsep dan gaya pementasan yang digagas oleh sutradara. Bahan busana bisa menggunakan busana yang sudah tersedia dan mengaplikasikan teknik padu padan, tetapi bisa juga busana harus diadakan demi pemenuhan konsep dan gaya pementasan. Ketika tata busana yang akan dibuat menggunakan teknik drapery, maka bahan yang perlu disiapkah hanya lembaran tekstil sejumlah pemeran yang ada dan berbagai jenis tali. f. Memproduksi busana Membuat busana untuk pementasan teater membutuhkan persiapan matang dan tata urutan kerja yang sistematik. Seorang perancang busana tidak bisa bekerja sendiri, karena karyanya berhubungan dengan tata artistik lain. Dimensi dan warna busana tergantung pencahayaan yang dikerjakan penata cahaya. Rancangan busana harus mempertimbangkan masukan sutradara, karena sutradara yang mengetahui bentuk, pola, gaya permainan pemeran, dan konsep keseluruhan dari pertunjukan. Pengerjaan busana untuk pementasan teater tergantung desain dan teknik pengerjaan. Suatu busana mungkin tidak perlu dibuat, karena dapat memanfaatkan busana yang ada tinggal ditata sesuai dengan disain rancangan. Ketika desain busana menuntut untuk diproduksi baru, maka bisa diwujudkan dengan menyiapkan bahan sampai proses penjahitan. 5. Menata Busana Dasar (Drapery) Tata busana dasar untuk pembelajaran pertama diutamakan pada tata busana dengan mengaplikasikan teknik drapery. Teknik drapery adalah teknik pemakaian busana dari lembaran kain yang diaplikasikan ke tubuh dengan mengaitkan dan mengikat untuk memperoleh bentuk tertentu. Teknik ini bertujuan memperoleh bentuk tertentu dari pengolahan lembaran kain. Misalnya teater Yunani memakai teknik drapery untuk busana bagian luar. Pemakaian teknik ini biasanya pemain harus memakai busana dasar. Busana dasarnya semacam baju tanpa lengan dengan bentuk lurus dan bisa juga celana. Menata busana dengan teknik drapery mengaplikasikan busana bungkus yaitu busana yang terdiri dari selembar kain berbentuk segi empat dan cara pemakaian dililitkan pada tubuh. Teknik drapery bisa berdiri sendiri dalam tata busana (busana drapery), tetapi bisa diterapkan pada busana lain. Penggunaan teknik drapery di Asia yaitu 180 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dasar Artistik 1 penggunaan kain saree di India, dan di Indonesia, khususnya di suku Jawa adalah teknik penggunaan kain jarik. Sedang teknik drapery yang diaplikasikan pada busana jaman modern adalah aplikasi pemakaian jilbab pada busana muslim di Indonesia. a. Teknik drapery pada pemakaian kain saree Kain saree adalah sepotong kain panjang berbentuk segi empat yang digunakan sebagai bahan tata busana dengan cara membalut tubuh sehingga cocok untuk ukuran atau bentuk tubuh apapun. Panjang kain saree sekitar 5,5 meter dari bahan tekstil, dan cara pemakaiannya dengan menggunakan teknik drapery. Penggunaan kain saree biasanya digunakan pada busana luar, sedang untuk busana dasar menggunakan petticote (semacam rok panjang). Langkah pemakaian kain saree sebagai berikut: 1) Lilitkan petticote di pinggang seketat mungkin agar petticote tidak mudah lepas, sebaiknya memakai blouse yang pas dengan badan. 2) Ambil ujung saree dan selipkan salah satu ujung saree ke petticote (pada langkah ini yang perlu diperhatikan adalah ujung kain saree yang diselipkan berbeda dengan kain saree yang disampirkan, jadi jangan sampai terbalik). Kemudian putar saree ke kiri satu putaran penuh dan pastikan ujung saree satunya menyentuh lantai. 3) Mulai dari bagian saree yang terselip, dibuat lipatan (drapery) saree yang besarnya 7-12 cm dan jumlah lipatan kurang lebih 7 sampai 10 lipatan atau disesuaikan dengan panjang saree dan harus disisakan sebagian untuk disampirkan. 4) Selipkan lipatan yang telah dibuat di pinggang agak ke kiri sebelah pusar, kemudian selipkan bagian sisa saree (bukan ujung bagian saree yang akan disampirkan) dan pastikan ujung saree yang akan disampirkan menyentuh lantai. 5) Sampirkan sisa kain saree dan agar tidak mudah lepas bisa menggunakan peniti atau bross untuk menempelkan saree di blouse di bagian bahu. 181 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dasar Artistik 1 Gambar 223. Langkah memakai busana bungkus dengan teknik drapery b. Teknik drapery pada pemakaian jarik Jarik adalah kain persegi panjang yang biasa digunakan oleh suku Jawa untuk tata busana bawah. Jarik memiliki ukuran lebar sekitar 1,25 m dan panjang sekitar 2 m. Pemakaian jarik menggunakan satu titik pusat drapery, pada bagian tengah, yang di sebut wiron. Tata aturan penggunaan jarik berbeda antara pria dan 182 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dasar Artistik 1 wanita. Tata aturan masih bisa bertambah kalau menggunakan jarik dengan motif batik. Tetapi yang paling utama adalah tata aturan pemakaian kain jarik antara pria dan wanita menggunakan teknik drapery. 1) Pemakaian jarik untuk wanita a) Kaki kanan di posisikan di depan kaki kiri (seperti orang melangkah). Tujuan agar setelah jarik dipakai, masih bisa berjalan dengan nyaman. b) Jarik dililitkan ke tubuh dari arah kiri ke kanan melingkari tubuh sampai kain jarik tersisa kurang lebih 60 cm untuk wiron. c) Pertama kali jarik dililitkan, jarik yang disematkan harus ditarik agak banyak atau dilipat ujung atasnya membentuk segi tiga. Fungsi jarik ditarik agak banyak atau dilipat membentuk segi tiga adalah, ketika jarik dililitkan ke tubuh, jarik bagian dalam tidak terlihat atau menggantung (dalam bahasa Jawa “ngelewer). Fungsi lain adalah agar bentuk lilitan jarik bisa membentuk lekuk tubuh bagian bawah. d) Ujung jarik yang tersisa, kemudian dibuat wiron atau wiru atau lipatan-lipatan jarik dan ditempatkan tepat ditengah-tengah kaki. e) Jarik yang dililitkan ketubuh bagian bawah harus menutupi mata kaki. f) Setelah selesai jarik dililitkan ke tubuh, kemudian lilitan jarik tersebut diikat dengan tali, dan dililit dengan stagen (kain seperti obi tapi panjang dan berfungsi seperti ikat pinggang). 183 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dasar Artistik 1 Gambar 224. Pemakaian kain jarik pada wanita dengan teknik drapery 2) Pemakaian jarik untuk pria a) Posisi berdiri dengan kaki direnggankan senyaman mungkin. b) Jarik dililitkan ketubuh dari arah kanan (jadi kebalikan dengan cara yang digunakan wanita). c) Pertama kali jarik dililitkan, jarik yang disematkan harus ditarik sedikit, agar bagian dalamnya nanti tidak menggantung. d) Jarik yang dililitkan harus diberi sisa kurang lebih 50 cm untuk membuat wiron. e) Wiron dipaskan atau jatuh di tengah-tengah kaki. f) Jarik yang dililitkan tidak menutupi mata kaki, tetapi harus menggangtung kurang lebih 5 cm di atas mata kaki. g) Kain jarik yang dililitkan untuk pria, hasil akhirnya tidak membentuk lekuk tubuh bagian bawah, melainkan jatuh lurus ke bawah. h) Setelah selesai melilitkan jarik, kemudian diikat dengan tali dan diperkuat dengan menggunakan stagen. Next >