< Previous 198 Tabel 9. Jenis Bahan Bakar Bahan Bakar Contoh Gas Flammable gas (Gas yang mudah terbakar seperti; LPG, acetylene Cair Flamable liquid (Cairan yang mudah terbakar seperti; Cat, thinners, paint remover Flammable solvents (Pelarut yang mudah terbakar) seperti: bensin, paraffin, methylated spirit, white spirit, dll Padat Plastik, Karet, Material Pengepakan,Debu, Kertas, Bahan-bahan furniture (polymer, kayu, karpet, tekstil) Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan bahan bakar, yaitu: Flash point: temperatur terendah pada saat dimana suatu bahan bakar cair menghasilkan uap dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan nyala sesaat dari campuran bahan bakar dan udara (oksigen). Fire point: temperatur (akibat pemanasan) dimana suatu bahan bakar cair dapat memproduksi uap dengan cukup cepat sehingga memungkinkan terjadinya pembakaran yang kontinyu / terus menerus. d) Teori Tetrahedron Pada perkembangan selanjutnya,ditemukan bahwa selain ketiga komponen seperti yang dimaksud dalam segitiga api ada lagi komponen keempat dalam proses pembakaran yang dibutuhkan 199 oleh proses pembakaran untuk mendukung kesinambungannya dan juga untuk bertambah besar, yaitu rantai reaksi kimia antara bahan bakar dengan bahan pengoksidasi/oksidator. Dengan adanya panas maka temperatur bahan akan mencapai titik nyala dan akhirnya terbakar. Kandungan O² ditentukan dengan persentasi (%), makin besar kadar oksigen maka api akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadar oksigen kurang dari 12% tidak akan terjadi pembakaran. Suatu bahan dapat terbakar bila telah mencapai titik bakar, contohnya: Bensin = 50°C Kerosin = 40°C - 70°C Parafin = 30°C Gambar 94. Teori tetrahedron Seiring dengan menyalanya api, molekul bahan bakar juga berkurang berubah menjadi molekul yang lebih sederhana. Dengan berlanjutnya proses pembakaran, naiknya temperatur menyebabkan oksigen tambahan terserap ke area nyala api. Lebih banyak molekul bahan bakar akan terpecah, bergabung ke rantai reaksi, mencapai titik nyalanya, mulai menyala, menyebabkan naiknya temperatur, menyerap oksigen tambahan, dan melanjutkan rantai reaksi. Proses rantai reaksi ini akan berlanjut sampai seluruh substansi / bahan yang terkait mencapai area yang lebih dingin dinyala api. Selama tersedia bahan bakar dan oksigen dalam jumlah yang cukup, dan selama temperatur mendukung,reaksi rantai akan 200 meningkatkan reaksi pembakaran. Sehingga dengan demikian segitiga api tadi dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga termasuk komponen pembakaran, berubah menjadi satu bangun tiga dimensi segitiga piramida (tetrahedron). Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran. CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas Rantai Reaksi Kimia Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang berkelanjutan. Flammable Range Adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/meledak setiap saat bila diberi sumber panas. Diluar batas ini tidak akan terjadi kebakaran. o LEL/LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit): adalah batas minimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan uap bahan bakarnya (too lean). 201 o UEL/UFL (Upper Explosive Limit/Upper Flammable Limit): adalah batas maksimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap bahan bakarnya. Gas Beracun Hasil Pembakaran Selain bahaya panas tinggi ternyata ada satu bahaya yang menjadi penyebab utama kematian dalam peristiwa kebakaran, yaitu asap. Mengapa asap menjadi penyebab utama? Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas beracun yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran. Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran dapat dilihat di bawah ini: o Karbon monoksida (Carbon monoxide) Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai konsentrasi mematikan pada peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil produksi dari pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga kematian akibat karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil. Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28% volume dalam udara dalam 1 sampai 3 menit; 0,64% mematikan dalam 10 sampai 202 15 menit; 0,32% mematikan dalam 30 sampai 60 menit; dan 0,16 persen mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05% gas ini tetap menyimpan bahaya. o Karbon dioksida (Carbon dioxide) Karbon dioksida (CO²) adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh tidak mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya akan terjadi. Karbon dioksida dalam jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan pemadam api. Konsentrasi lebih dari 5% di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya,bukan karena keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh dari kondisi normal. o Hidrogen sianida (Hydrogen cyanide) Meskipun hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari karbon monoksida tetapi dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida dihasikan dari pembakaran senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit karet, sutra, wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga tingkat 203 bahayanya lebih tinggi pada kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan. o Phosgene (COCl²) Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida. Phosgene beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam waktu 30 sampai 60 menit. o Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride) Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene, HCl berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di lingkungan yang terdapat gas ini. c. Tahap Pengembangan Api 1) Tahap kebakaran awal Pada tahap ini kebakaran dini yang dimulai oleh terjadinya penyalaan; a) Kebakaran terbatas hanya pada benda yang tersulut atau penyalaan; b) Asap dan gas hasil pembakaran mulai dihasilkan dan terkumpul di langit-langit ruangan. c) Perubahan dari tahap ini ketahap selanjutnya akan terjadi Rollover. Rollover adalah suatu keadaan dimana uap yang sangat panas menyala dan kobaran muka api atau lidah api melintasi langit-langit. 204 d) Pada tahap awal temperatur ruangan sedikit di atas 38° C, gas panas mulai naik dan udara ruangan berkisar 20% oksigen. 2) Tahap kebakaran mantap a) Pada tahap ini penyalaan bebas oksigen dan bahan bakar di dalam bangunan atau ruangan tersedia dalam jumlah yang cukup, sehingga api dapat menyala bebas dan membakar seluruh ruangan; b) Dan terjadilah flashover, ini adalah kejadian dimana seisi ruangan memiliki titik nyala yang hampir sama dan akan menyala bersamaan. Flashover dapat juga disebut penyalaan simultan terhadap semua benda yang mudah menyala di dalam ruangan dan tingkat panas yang tinggi dari lantai hingga langit-langit. c) Pada tahap kebakaran mantap temperatur ruangan berkisar 700°C, panas berkumpul pada bagian atas ruangan, suplai oksigen tinggi dan keterlibatan api penuh. 3) Tahap panas menyurut atau mengecil d) Pada tahap ini api menurun secara perlahan karena menipisnya atau dipindahkanya persediaan bahan bakar atau oksigen; e) Apabila tersedia bahan bakar baru akan membuat tahap pengembangan awal yang kedua (api menyala kembali). f) Pada tahap panas menyurut atau mengecil temperatur ruangan terus meninggi, tingkat karbon monoksida dan karbon tinggi dan di ruangan atau di dalam asap sangat tebal serta oksigen di bawah 15%. Pada keadaan ini jika ada kesempatan udara masuk maka akan terjadi backdraft. Backdraft adalah kobaran api disertai ledakan dan api kembali ketahap awal dan mantap karena terdapatnya sumber oksigen yang baru. 205 d. Pencegahan Kebakaran Mencegah bahaya kebakaran akan lebih baik dari pada mengatasi atau memadamkan kebakaran. Pada setiap kejadian kebakaran tindakan awal atau sedini mungkin adalah sangat menentukan, karena pada saat itu api masih kecil dan mudah dikendalikan. Tindakan awal ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena keterlambatan atau kesalahan bertindak dapat mengakibatkan kegagalan fatal. Untuk dapat bertindak dengan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang memadai Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materiil. Pemerintah sebagai penentu kebijakan mengeluarkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai kebakaran dan penanggulangannya, diantaranya: 1) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja Penanggulangan kebakaran berarti segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian, untuk memberantas kebakaran. Sedangkan pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali. Pencegahan kebakaran mengandung dua pengertian yaitu: 1) Penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar tidak terjadi penyalaan api. 2) Penyalaan api sudah ada dan usaha pencegahan ditujukan agar api tetap terkendali. 206 Pencegahan kebakaran menurut Kepmen No. 186/Men/1999 adalah mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi: 1) Pengendalian setiap bentuk energi. 2) Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi 3) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas. 4) Pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja. 5) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala. 6) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. Prinsip Penanganan Bahan Rawan Api 1) Kendalikan panas agar tidak melebihi suhu nyala bahan. 2) Kendalikan bahan-bahan agar tidak bereaksi yang memicu kenaikan temperatur. 3) Kendalikan penjalaran panas gas agar tidak masuk pada tempat sumber api. e. Penyebab Kebakaran Berdasarkan beberapa kejadian, kebakaran sering terjadi dikarenakan beberapa sebab berikut ini: 1) Listrik 2) Sambaran petir 3) Listrik Statis 207 4) Rokok 5) Api terbuka 6) Pemotongan/pengelasan 7) Permukaan panas 8) Bunga api pembakaran 9) Bunga api Mekanik 10) Reaksi kimia 11) Bahan peledak Gambar 95. Mengelas dan petir Dari data di atas, berbagai faktor penyebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Kelalaian manusia Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain sebagainya. Next >