< Previous 208 2) Kurang pengetahuan Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya. 3) Peristriwa alam Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung meletus, gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya. 4) Penyalaan sendiri. Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya dari udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh: kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan. 5) Kesengajaan Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya. Api kebakaran dapat semakin membesar karena beberapa faktor penyebab berikut ini: 1) Api tidak diduga. 2) Awal kebakaran gagal dipadamkan. 3) Sarana proteksi kebakaran tidak bekerja optimal. 4) Tidak memiliki sarana evakuasi dan rescue. 209 5) Belum menyusun tanggap darurat kebakaran. 6) Belum membentuk Regu Langkar (tugas peran dan tanggungjawab manajemen). 7) Sistem penanggulangan tidak berjalan seperti yang diharapkan. f. Strategi Pemadaman Kebakaran Dari segi strategi pemadaman ada dua cara penting yang perlu diperhatikan yaitu: 1) Teknik pemadaman kebakaran Teknik pemadam kebakaran yaitu kemampuan mempergunakan alat dan perlengkapan pemadaman kebakaran dengan sebaik-baiknya. Agar menguasai teknik pemadaman kebakaran maka seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang penanggulangan kebakaran, bersikap positif terhadap penanggulangan kebakaran, terlatih dan terampil mempergunakan berbagai alat serta perlengkapan kebakaran. 2) Taktik pemadaman kebakaran Artinya adalah kemampuan menganalisis situasi sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan kerugian yang lebih besar. Taktik ini terkait dengan analisis terhadap unsur-unsur pengaruh angin, warna asap kebakaran, material utama yang terbakar, lokasi dan lain sebagainya. Dari penjelasan di atas maka kita bisa mengklasifikasikan jenis kebakaran dan cara penanganannya. Sedangkan untuk mencegah kebakaran maka perlu dibuat suatu sistem manajemen misalnya kebakaran kamar mesin suatu kapal, maka perlu di identifikasi apa yang kebakaran, penyebabnya apa dan bagaimana cara menghindari kebakaran itu terjadi. Dengan 210 mendata semua peralatan atau ruangan yang ada dan membuat sistem manajemennya maka akan dapat dikurangi resiko kebakaran. g. Perlengkapan Personal Pemadam Kebakaran Perlengkapan standar petugas pemadan kebakaran adalah sebagai berikut: 1) Helm 2) Baju tahan api 3) Sarung tangan 4) Sepatu boot Gambar 96. Perlengkapan pemadam kebakaran 211 Sedangkan pada kondisi khusus, beberapa alat/perlengkapan tambahan digunakan terutama pada kebakaran yang terjadi di kapal-kapal, gedung, ruangan-ruangan dimana pemadam banyak menghadapi asap dan berbagai macam gas yang tidak dikenal, kurangnya prosentase oksigen yang dapat membahayakan sehingga perlu menggunakan alat-alat yang menjaga pernapasan. Alat ini diperlukan latihan dalam cara menggunakannya. Macam dan jenis alat bantu pernapasan yang digunakan sesuai situasi dan kondisi tempat terjadinya kebakaran antara lain: 1) Alat bantu pelindung pernapasan penyaring (Filter masker) Terdiri dari topeng yang dihubungkan dengan alat penyaring udara (filter). Tabung alat penyaring berisikan arang yang diaktifkan yang dapat mengikat gas-gas racun, dan menahan asap masuk dengan konsentrasi yang kecil. Gambar 97. Masker udara 2) Alat bantu pelindung pernapasan pompa udara (fresh air breathing apparatus) Alat ini banyak dipakai di kapal karena dapat dipergunakan dengan mudah dan dalam waktu yang lama sekali. Dengan pompa udara isap tekan, yang ditempatkan di udara terbuka (di luar ruangan) udara di 212 tekan melalui selang penghubung kedalam masker (topeng) sampai terdapat kelebihan tekanan udara di dalam topeng tersebut. Kemudian kelebihan tekanan itu dialirkan keluar melalui lobang pengeluaran bagian bawah topeng. Dengan demikian di dalam topeng selalu mengalir udara bersih yang digunakan untuk pernapasan, sehingga tidak tergantung udara di sekitarnya. Akan tetapi dengan alat ini pemakai kurang dapat bergerak bebas dan jauh, karena terikat oleh selang penghubungnya. Gambar 98. Breathing apparatus 3) Alat bantu pelindung pernapasan dengan tabung gas Peralatan ini termasuk peralatan yang modern, peralatannya cukup rumit namun kemampuannya cukup besar. Selain digunakan untuk tugas-tugas pemadaman alat ini banyak dipakai pada tugas-tugas penyelamatan di bawah air. Terdapat 3 macam alat bantu pelindung pernapasan dengan gas yaitu: a) Dengan tabung gas yang berisi udara murni 213 b) Dengan tabung gas yang berisi oksigen (O2) c) Kombinasi antara oksigen dan udara Gambar 99. Bagian dan cara menggunakan breathing apparatus h. Sijil Kebakaran Sijil kebakaran adalah suatu daftar yang berisi tugas masing-masing individu di kapal, apabila terjadi kebakaran. Pemadaman kebakaran di kapal harus dilaksanakan secara kerja sama (Team work), maka untuk dapat dilaksanakan dengan baik harus dilakukan latihan kebakaran secara rutin. membiasakan dan membuat awak kapal menjadi profesional, tangguh dan sigap dalam melaksanakan tugasnya masing-masing di atas kapal dalam mengatasi situasi kebakaran. 214 i. Teknik Pemadaman Api Terdapat empat teknik pemadaman api/kebakaran. Dengan mempertimbangkan unsur-unsur dan reaksi yang membentuk terjadinya api, maka dengan cara menyingkirkan salah satu dari unsur-unsur tersebut, ataupun reaksi yang terjadi akan dapat memadamkan api. Adapun teknik pemadaman api tersebut adalah sebagai berikut: 1) Smothering (menyelimuti), Adalah teknik pemadaman dengan cara memisahkan uap bahan bakar dengan udara. 2) Cooling (mendinginkan) Teknik pemadaman dengan cara menyerap panas dari bahan bakar yang terbakar, sehingga proses pembakaran akan terhalang. 3) Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar) Teknik pemadaman dengan cara memutuskan persediaan bahan bakar. 4) Breaking chain reaction, Teknik pemadaman dengan cara memutuskan rantai reaksi kimia/reaksi pembakaran, atau dengan menangkap radikal-radikal bebas seperti OH- dan H+, agar tidak dapat melanjutkan proses pembakaran dari api tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memadamkan kebakaran di tangki bahan bakar adalah potensi terjadinya slop over dan boil over. Slop over adalah suatu proses bila water jet dijatuhkan ke permukaan minyak yang terbakar, air akan langsung berubah menjadi uap secara cepat sekali 215 ketika menyentuh permukaan minyak (1700 kali volumenya), kemudian uap air akan membawa minyak panas tersebut ke udara. Bersama itu pula cairan minyak akan terdispersi akibat efek water jet tersebut, sehingga kebakaran minyak tersebut bertambah hebat. Sedangkan Boil Over adalah suatu proses yang terjadi secara spontan, umumnya pada kebakaran tangki terbuka yang berisi minyak bumi (crude oil), air dan emulsi yang berada di dasar tangki menerima gelombang panas selama proses pembakaran berlangsung di permukaan tangki, panas yang diterima akan mengubah air atau cairan menjadi uap air atau steam, dengan faktor pengembangan ± 1.700 kali. Uap ini akan terlontar ke udara sambil membawa bahan bakar yang berada di permukaannya, dan berakibat kebakaran bertambah hebat. j. Klasifikasi Kebakaran Klasifikasi kebakaran dimaksudkan sebagai penggolongan atau pembagian jenis kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar yang terbakar. Pembagian atau penggolongan ini bertujuan agar diperoleh kemudahan dalam menentukan cara pemadamannya. 1) Klasifikasi Indonesia Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per. 04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut: a) Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam) b) Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar c) Klas C: Instalasi listrik bertegangan 216 d) Klas D: Kebakaran logam 2) Klasifikasi Eropa Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu kepada Committee European de Normalisation sebagai berikut. a) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu b) Klas B: Bahan bakar cair. Contoh: bensin, solar, spiritus dan lain sebagainya c) Klas C: Bahan bakar gas. Contoh: LNG, LPG dan lain sebagainya d) Klas D: Bahan bakar logam. Contoh: magnesium, potasium dan lain sebagainya. 3) Klasifikasi Amerika versi National Fire Protection Association (NFPA) a) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu b) Klas B: Bahan bakar cair atau yang sejenis c) Klas C: Kebakaran karena listrik d) Klas D: Kebakaran logam Label menurut klasifikasi NFPA untuk fire extinguisher seperti gambar berikut: Gambar 100. Klasifikasi pemadam kebakaran menurut NFPA 217 4) Klasifikasi Amerika versi U.S. Coast Guard a) Klas A: Bahan bakar padat b) Klas B: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya: bensin, benzena dan lain sebagainya c) Klas C: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: ethanol, aceton dan lain sebagainya d) Klas D: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih besar atau sama dengan 170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya:minyak kelapa, minyak pendingin trafo dan lain sebagainya e) Klas E: Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih tinggi dari 170 derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: gliserin, etilin dan lain sebagainya f) Klas F: Bahan bakar logam misalnya: magnesium, titanium dan lain sebagainya g) Klas G: Kebakaran listrik. Next >