< Previous220 Implantasi Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam. Pada reptilia, unggas bertelur, implantasi berarti proses melekatnya blastosis pada kuning telur oleh karena embrio berkembang di luar tubuh induk. Blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari). Plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kebuntingan dan memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara induk dan janin.Menjelang terjadi implantasi, zona pelusida lenyap dengan jalan lisis. Sebelum implantasi, cairan blastosul mengandung banyak ion kalium dan bikarbonat. Bahan ini berasal dari cairan rahim. Setelah terjadi implantasi, jumlah kalium dan bikarbonat berkurang, sehingga sama dengan kadar yang terdapat di dalam serum induk. Tetapi kadar protein dan glukosa fosfor serta klor yang mula-mula rendah menjadi tinggi, sehingga mencapai kadar seperti di dalam serum induk. Menurunnya kadar bikarbonat mungkin akibat meningkatnya kadar ensim karbonik anhidrase di dalam endometrium rahim. Kadar ensim meningkat menyebabkan asam karbonat terurai menjadi CO2 dan O2 yang akan dikeluarkan melalui peredaran darah induk. Pelepasan bikarbonat dari blatosis mempermudah tropoblas melekat pada selaput 221 lendir rahim, dengan demikian memperlancar implantasi. Setelah zona pellusida lenyap, sel-sel tropoblas langsung berhadapan dengan epitel rahim dan sel-sel tersebut berproliferasi. Pada saat itu blastosis berubah menjadi semacam gelembung, panjangnya bisa lebih dari beberapa sentimeter dan cakram embrio berupa suatu penebalan di bagian tengah gelembung tersebut. Kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya. Tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon.Susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara induk dan plasenta, sehingga zat gizi dari induk lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke induk. Mekanisme hormon saat bunting Hormon yang paling berperan dalam kebuntingan salah satunya adalah progesterone yang berfungsi menormalkan/menekan kerja hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan). 1. Progesteron dari Corpus luteum Diperlukan selama trimester kebuntingan pertama pada kebanyakan hewan (sapi, kambing, babi, dan kelinci), Corpus luteum diperlukan sepanjang kebuntingan. Sedangkan pada domba diperlukan selama 50-60 hari kebuntingan. 2. Progesteron Plasenta 222 Pada sapi, kuda dan domba, progesteron plasenta diperlukan selama trimester kedua dan ketiga kebuntingan untuk menggantikan Progesteron Corpus luteum. Pada kuda terdapat hormon yang juga berpengaruh yaitu ecg disekresikan kira-kira 30–140 hari kebuntingan selain itu juga Menginduksi pembentukan Corpus Luteum sekunder. Corpus Luteum sekunder mensuplai sejumlah progesteron untuk mempertahankan kebuntingan. 3. Estrogen Mengalami peningkatan mendekati pertengahan sampai akhir kebuntingan. Lama kebuntingan Kebuntingan merupakan periode yang dimulai dengan fertilisasi dan diakhiri dengan kelahiran. Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi setelah 11 - 15 jam dari inseminasi/perkawinan. Rata-rata lama periode kebuntingan pada babi adalah 114 hari, domba 148 hari, kambing 149 hari, sapi 281 hari, dan kuda 337 hari. Ternak kerbau mempunyai masa kebuntingan yang jauh lebih lama daripada sapi. Sedangkan masa kebuntingan kerbau lumpur jauh lebih lama daripada kerbau perah. Masa kebuntingan kerbau perah adalah selama 309 hari, kerbau murah lama kebuntingan rata-rata 313, 13 hari, sedangkan kerbau kerbau lumpur antara 325-330 hari. Sedangkan pada ternak kelinci waktu bunting antara 30 sampai 33 hari, dengan jumlah anak sekitar 8 ekor setiap kelahiran. dan dalam setahun dapat berproduksi 4 sampai 5 kali.Lama kebuntingan pada induk yang mengandung anak jantan sedikit lebih panjang dibanding dengan 223 mengandung anak betina. Demikian halnya dengan kembar, kebuntingan lebih sedikit pendek dibanding dengan tidak kembar. Selama kebuntingan awal, embrio melayang bebas pertama di dalam uviduct dan kemudian di dalam uterus. Nutrisi embrio berasal dari dalam sitoplasmanya dan dengan penyerapan dari susu uterus (uterine milk). Setelah plasentasi terjadi (embrio melekat pada uterus), embrio memperoleh makanan dan membuang produk buangan melalui darah induk. Plasentasi setelah fertilisasi terjadi sekitar 12 – 20 hari pada babi, 18 – 20 hari pada domba, 30 –35 hari pada sapi, dan 50 –60 hari pada kuda. Tabel 10. Lama kebuntingan pada species dan bangsa yang berbeda Bangsa Rata –rata kebuntingan (hari) Sapi : Ayshire Guemsey Jersey Holstein Brown Swiss Angus Hereford Shorthorn Brahman Domba : Hampshire Soutdown Merino (9 bulan 10 hari) 278 283 279 279 290 279 284 283 293 ( 5 bulan) 145 145 151 224 Bangsa Rata –rata kebuntingan (hari) Kuda Belgium Morgan Arabian Kambing Babi Anjing Kerbau Kerbau perah Kerbau Murrah Kerbau lumpur (11 bulan) 335 342 337 149 ( 3 bulan, 3 minggu, 3 hari) 2 bulan 309 308,8 325-330 Sumber : Bearden dan Fuquay (1992) dalam M. Yusuf (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya kebuntingan : - Lama kebuntingan dipengaruhi oleh faktor induk, faktor fetus, faktor genetis serta faktor lingkungan. - Organ – organ reproduksi pada saat kebuntingan akan mengalami perubahan dengan berbagai variasi untuk tempat berkembangnya fetus. - Berdasarkan jumlah ovum yang diovulasikan atau jumlah fetus yang dikandung tiap kebuntingan, hewan piara dibedakan menjadi 2 kelompok: unipara(monotocosa) atau satu anak dan multipara(polytocosa) lebih dari 2 anak sedangkan domba dan kambing disebut hewan bipara (beranak dua). - Pada hewan unipara kebuntingan kembar sangat berbahaya karena dapat menyebabkan abortus dan distokia serta kelahiran prematur. 225 - Lama dan daya reproduksi dipengaruhi oleh dua factor yaitu penyakit dan kerusakan organ reproduksi. Ciri-ciri kebuntingan Pengetahuan tentang apakah ternak yang dipelihara mengalami kebuntingan atau tidak adalah sangat penting. Ada beberapa cara untuk membantu mendiagnose seekor ternak bunting atau tidak. Berbagai cara yang dapat dilakukan adalah: Secara Eksternal - ternak tidak mengalami berahi lagi. Sebagai indikasi kebuntingan yang cukup sederhana dan efektif adalah bahwa setelah 45 hari setelah perkawinan ternak tersebut tidak berahi lagi. Cara ini akan ada juga melesetnya karena ada ternak-ternak tertentu yang mengalami silent heart (berahi tenang). Hal ini bisa disebabkan karena dalam ovariumnya terdapat corpus luteum yang persisten. - Rambut terlihat mengkilat - Abdomen cenderung membesar - perubahan kontur abdomen. Pada ternak yang bunting maka akan terjadi penurunan pada dinding abdominal (pelebaran abdomen). - Ambing membesar - Berat badan meningkat - pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan palpasi per rektum yaitu dengan cara memasukkan tangan dalam rektum dan meraba organ-organ reproduksi tertentu. Untuk ini dibutuhkan seorang yang ahli dan terampil. Diagnose kebuntingan ini didasarkan kepada tingkat perkembangan fetus dan perubahan-perubahan pada genetalia dan struktur-struktur yang terkait pada hewan betina. 226 Secara internal yaitu perubahan-perubahan organ yang terjadi saat kebuntingan Perubahan pada ovarium Perubahan-perubahan pada ovarium adalah : - folikel de Graaf yang telah kosong (setelah terjadi ovulasi) maka merupakan suatu kawah dan diisi oleh darah yang cepat membeku dan disebut corpus hemorrhagikum - corpus hemorrhagikum akan terbentuk sel-sel baru yang berwarna kuning yang disebut sel luteum - sel-sel luteum makin lama makin banyak dan akhirnya mengisi penuh ruangan tersebut dan diberi nama cprpus luteum - Selama kehamilan corpus luteum tetap ada dan berfungsi terus selama masa kehamilan - apabila tidak terjadi kehamilan maka corpu luteum akan dinon aktifkan oleh prostal gandin dan mengalami degenerasi dan berubah menjadi jaringan ikat yang berwarna putih mengkilat yang disebut corpus albican. Perubahan pada uterus Pada ternak yang mengalami kebuntingan maka akan terjadi perubahan-perubahan pada uterusnya, seperti : - Terjadi vaskularisasi pada endometrium - Terbentuknya lebih banyak kelenjar endometrium - Myometrium menjadi tenang yaitu tidak mengalami kontraksi lagi - Setelah terjadi implantasi, penyaluran makanan dari induk ke anak lebih lancar. Ada hubungan yang lebih erat dari trophoblast dengan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium - Terjadi pertukaran zat makanan dari induk ke anak dan zat buangan dari anak ke induk. Hal ini terjadi sejak terjadinya implantasi yang juga disertai oleh terbentuknya anyaman pembuluh darah. 227 - Pada saat kehamilan juga terjadi pembesaran volume uterus. Dimana pada saat permulaan kebuntingan sebagian besar di sebabkan oleh pertambahan cairan amnion dan allantois, tetapi pada pertengahan kebuntingan maka pertambahan volume cairan menjadi hampir sama dengan per tambahan volume uterus dan pada akhir kebuntingan maka sebagian besar merupakan volume vetus. - Pembesaran volume uterus pada permulaan kebuntingan sebagian besar disebabkan oleh pertambahan cairan amnion dan allantois, sedang volune enbrio hamper tidak berarti. Pada pertengahan kebuntingan, pertambahan volume cairan menjadi hamper sama pertambahan volume fetus, sedang pada saat masa kebuntingan hendak berakhir, volume uterus dalam ruang abdomen, sebagian besar merupakan volume fetus. - Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan juga mengalami perubahan. Hampir pada semua spesies cairan amnion menjadi lebih banyak daripada volume cairan allantois, tetapi pada akhir masa kebuntingan cairan allantois menjadi lebih banyak.Volume cairan allantois pada kuda ± 10 L, domba ± 1,75 L, sapi ± 20 L. Perubahan pada Servix. Setelah terjadi fertilisasi maka kripta-kripta serviks akan menghasilkan lendir yang kental dimana semakin tua kebuntingannya maka semakin kental lendir yang dihasilkan. Kekentalan lendir ini diperlukan untuk menyumbat lumen cervix (sumbat cervix). Selain perubahan sekresi, cervix mengalami perubahan lain yaitu kontraksi tonus dari muskulatur cervix, berlangsung selama kebuntingan sampai akhir partus. Perubahan pada Vulva dan Vagina 228 Pada saat kehamilan maka tidak terjadi perubahan pada alat kelamin vulva maupun vagina tetapi setelah terjadi kebuntingan 6 sampai 7 bulan (pada sapi) maka akan terjadi eidema /membengkak. Perubahan vagina terlihat sebagai pertambahan vaskularisasi mukosa vagina Mendeteksi Kebuntingan Untuk mendeteksi kebuntingan ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti: - Sinar X. Diagnose kebuntingan dengan menggunakan sinar X kurang begitu efektif dan bermanfaat. Sinar X akan efektif apabila diguna kan untuk menetapkan kebuntingan setelah tulang-tulang fetus telah mengalami kalsifikasi - Ultra suara (Ultra sound). Ultra sound dapat digunakan untuk mendeteksi kebuntingan pada berbagai jenis ternak seperti sapi. Teknik ultra sonik didasarkan kepada timbulnya bunyi dengan frekuensi yang tinggi (1 sampai 10 juta cycle tiap detik) melalui jaringan - Uji Biologik dengan mengamati adanya hormon gonado tropin dalam serum darah maka dapat dipastikan bahwa ternak tersebut bunting. Hormon gonadotropin dihasilkan/diproduksi oleh placenta sewaktu bunting - Palpasi rectal - Biopsy vagina - Essay progesterone - Pemeriksaan hematologi 229 Kegiatan -2 Menanya Berdasarkan hasil mengamati (membaca lembar informasi) yang telah anda lakukan, dan untuk meningkatkan pemahaman anda tentang kebuntingan pada ternak, lakukan diskusi kelompok dan jawablah pertanyaan – pertanyaan berikut ini: 1. jelaskan perkembangan embrio dari mulai terjadi fertilisasi sampai menjadi fetus 2. Apakah ternak unggas mengalami proses kebuntingan? mengapa? 3. Apa manfaat dalam mendeteksi kebuntingan pada ternak ? 4. jelaskan hormon-hormon yang berperan dalam memelihara kebuntingan “Jika dalam pelaksanaan diskusi kelompok atau selama mempelajari materi ini ada permasalahan atau ada materi yang belum Anda pahami, silahkan anda ungkapkan dalam bentuk pertanyaan secara lisan dan tuangkan dalam bentuk pertanyaan tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pertanyaan dibuat per individu sesuai dengan permasalahan atau materi yang belum dipahami. Pertanyaan dituangkan dalam format berikut ini”. Next >